Friday, March 9, 2018

WATUGUNUNG RUNTUH Kajeng Klion Pemelastali





Sang Prabu Kulagiri (dari garis keturunan Raja Sagara) dari kerajaan Kundadwipa memiliki istri Dewi Sinta dan Dewi Landep. Mereka berdua ditinggal ke Gunung Mahameru untuk bertapa. Saat itu Dewi Sinta sedang hamil. Karena lama tak kembali, Dewi Sinta dan Dewi Landep menyusul Sang Prabu ke pertapaan. Dalam perjalanan Dewi Sinta melahirkan di atas sebuah batu. Bayi itu kemudian diberinama Watugunung.
Singkat cerita, tabiat anak itu keras kepala dan suka makan. Tak sabar untuk makan, sehingga ibunya kesal saat memasak. Saking kesalnya, ibunya memukul kepala Watugunung dengan “siut” (pengaduk nasi), sampai terluka.
Watugunung marah, lalu meninggalkan kerajaan. Ia bertapa di hutan dan berhasil mendapat anugrah Dewa Brahma, berupa kesaktian yang tak terkalahkan oleh siapapun. Hanya dikalahkan oleh musuh yang ber-Triwikrama (Wisnu). Sejak itu, Watugunung menjadi angkara murka. Ia menaklukkan raja-raja mulai dari kerajaan Sang Prabu Ukir, Prabu Kulantir, Tolu, Gumbreg, Wariga.. dan seterusnya sampai Sang Prabu Dukut. Ia pun menaklukkan kerajaannya sendiri yakni Kundadwipa, lalu menikahi permaisuri kerajaan yang tak lain adalah ibunya sendiri yakni Dewi Sinta dan Dewi Landep.
Saat bercengkrama, Dewi Sinta melihat bekas luka di kepalanya. Ia terkejut bahwa suaminya itu adalah anaknya sendiri. Ia berusaha untuk memisahkan diri. Dewi Sinta mencari akal dengan mengatakan bahwa ia ingin seorang pelayan bernama Dewi Nawang Ratih, yang tak lain adalah permaisuri Dewa Wisnu. Karena menyayangi istrinya, Watugunung menyanggupi. Ia pergi ke Wisnuloka untuk mendapatkan Dewi Nawang Ratih. Tentu saja Dewa Wisnu tak berkenan. Pertempuran sengit pun terjadi.
Singkat cerita, Dewa Wisnu terdesak. Bhagawan Wrehaspati lalu mengutus Bagawan Lumanglang untuk mencari tahu kesaktian Watugunung. Bagawan Lumanglang mengambil wujud laba-laba menyusup ke kamar Watugunung mengintip pembicaraan tentang rahasia kesaktiannya kepada Dewi Sinta. Rahasia itu kemudian disampaikan kepada Dewa Wisnu.
Dalam pertarungan berikutnya, pada hari Redite Kliwon (minggu) Dewa Wisnu ber-Triwikrama. Watugunung dikalahkan, tubuhnya terhempas jatuh ke bumi. Maka pada hari itu disebut “Watugunung Runtuh”. Disebut juga “Kajeng Klion Pemelastali”, karena dengan tewasnya Watugunung maka lepaslah ikatan tak wajar antara Watugunung dengan ibunya Dewi Sinta. Kajeng Klion ini juga merupakan kajeng klion terakhir dari rangkaian wuku dalam satu putaran.
Keesokannya Soma Umanis (senin), Watugunung menemui ajalnya, jasadnya tersangkut di batang pohon talas (candung). Maka hari itu disebut “Candung Watang”. Besoknya, hari Anggara Paing (selasa), jasad Watugunung diseret – seret, hari itu disebut “Paid - paidan”. Pada hari Buda Pon (rabu), Watugunung siuman kembali, sehingga hari itu disebut “Buda Urip”. Keesokan harinya Wraspati Wage (kamis), Watugunung kembali dibunuh oleh Dewa Wisnu, hari itu. Namun atas belas kasihan Dewa Siwa, maka Watugunung dihidupkan kembali. Hari itu kemudian disebut dengan “Urip Kelantas” (hidup terus). Pada hari Sukra Kliwon (jumat), Watugunung membersihkan diri (sapuhawu), melakukan tapa brata yoga semadi, memohon pengampunan, serta memohon kepradnyanan / ilmu pengetahuan. Hari itu disebut dengan “Pangeredana”. Keesokannya, Saniscara Umanis (sabtu), Dewa Brahma menurunkan ilmu pengetahuan untuk semua umat manusia di dunia. Hari itu disebut dengan “Saraswati”.
Dewa Wisnu saat itu berkata bahwa dalam setiap enam bulan Watugunung akan mengalami keruntuhan. Apabila jatuhnya di bumi (darat), maka akan turun hujan, apabila jatuhnya di laut, maka di bumi tak turun hujan. Demikian kutukan Dewa Wisnu kepada Watugunung. Bersamaan dengan itu pula, semua raja yang telah dikalahkan oleh Watugunung dihidupkan kembali. Nama Dewi Sinta dan Dewi Landep, nama-nama raja taklukan, dan nama Watugunung sendiri dijadikan nama-nama wuku. Sehingga dikenal wuku dari Sinta ….. sampai Watugunung.
Demikian salah satu versi mitologi “Watugunung”. Ampura. Srayang sruyung di karang suwung, mangenan dewek puyung.
(ilustrasi: Lukisan Prabhu Watugunung bergulat dengan Wisnu Triwikrama, karya I Gusti Nyoman Lempad).
#WatugunungRuntuh #Saraswati #KajengKlionPemelastali #GamaBali #HinduBali #GamaTirtha kanduksupatra.blogspot.com


No comments:

Post a Comment