Para tetua Bali selalu mengatakan,
jangan mengobral pembicaraa pada saat hari rerainan. Apalagi “Rerahinan Gede”.
Lalu jangan sekali-kali berbicara yang cah cauh atau ngawur pada hari rerahinan
seperti pemagpag kajeng kliwon, kajeng kliwon atau rerahinan lainnya. Sebab
akan dapat menimbulkan sesuatu yang tak baik seperti cekcok, pertengkaran, dll.
Lain cerita lagi, ada seseorang yang
memiliki karakter dimana setiap menjelang rerhainan atau saat rerahinan, maka
orang tersebut mudah tersinggung, mudah marah. Sehingga ketika menjelang
rerahinan atau pada saat rerahinan seringkali mahah-marah, atau seringkali
terjadi peretngkaran, Padahal masalah yang dipertengkarkan tersebut adalah masalah
yang sangat spele. Dan bahkan penyebab marahnya kadangkala tak masuk akal.
Kenapa bisa demikian? Hal ini konon disebabkan
oleh hari tersebut seperti kajeng kliwon, memiliki aura atau energi yang
berbeda dengan hari lainnya. Pancaran energi pada hari itu cenderung memiliki
aura magis, yakni aura “pemurtian” Jadi apabila seseorang yang sensitif dalam
artian tak kuat daya pikir atau daya nalar dan pengendalian dirinya, serta tak
kuat mentalnya, maka orang tersebut pada hari itu cenderung akan terpengaruh
oleh kekuatan energi pada hari itu. Signyal dari kekuatan hari itu akan mempengaruhi
pikiran orang yang bersangkutan sehingga mudah terganggu, mudah kacau, sehingga
ia akan mudah marah, mudah tersinggung. Yang bersangkutan cenderung menunjukkan
kemarahannya, menunjukkan kekuatannya yang disebut dengan “memurti”. Tak jarang pula pada hari-hari itu, bagi mereka yang inguh-inguhan atau gangguan jiwa seriing kumat pada hari hari tersebut, atau orang-orang yang mengalami sakit non medis sering kambuh pada hari-hari pemagpag kajeng klion atau pada hari kajeng klion.
Karena sifat energy pada hari itu adalah
magis dan pemurtian, maka banyak para penekun ilmu kedigjayaan dari berbagai
aliran yang bertujuan untuk membangkitkan kekuatan magis atau pemurtian, sangat
baik melakukan ritual pada hari tersebut. Karena hari itu energi pemurtiannya
menjadi sangat kuat dan besar, sehingga segala sesuatu baik itu kekuatan di dalam
tubuh maupun kekuatan magis, sebuah benda akan dilakukan ritual pada hari itu
yakni pada hari kajeng kliwon, seperti pemasupatian, ngerehang sabuk, jimat,
dll.
Sehari sebelum hari kajeng kliwon
disebut dengan pemagpag kajeng kliwon. Pemagpag berasal dari kata pagpag yang artinya sambut atau
menyambut. Sehingga dengan demikian pemagpag kajeng kliwon artinya hari menjelang
kajeng kliwon. Bagi para penekun spiritual yang mengutamakan kekuatan magis,
maka hari pemagpag kajeng kliwon adalah hari yang sangat istimewa. Sebab pada
hari itu segala rencana dipersiapkan dengan matang, yang sudah tentunya yang
bersifat magis.
Pada hari pemagpag kajeng kliwon
terutama ketika memasuki waktu sandikala memang mulai memancarkan uara magis.
Pada saat itulah kemudian para penekun spiritual dari garis kedigjayaan mulai
menjalankan ritual-ritual serta menjalankan segala bentuk kedigjayaan mereka. Pada
hari pemgapag kajeng kliwon semua perguruan spiritual melakukan uji coba
terhadap segala kemampuan yang telah dimiliki dengan harapan akan menjadi
semakin mantap dan sekaligus memelihara kekuatan tersebut agar tak punah. Dengan
demikian, hari itu sangatlah keramat terutama pada malam hari. Sebab pada hari itu
pual akan dilakukan latihan bersama, uji coba kekuatan, latih tanding. Atau
bahkan perang kewisesan (siat peteng) antar perguruan untuk mengukur kekuatan
masing-masing dilakukan pada malam itu. Sehingga pada hari itu adalah hari yang
sangat keramat, karena aura magis dari hari tersebut, ditambah lagi dengan
banyak orang yang mengaktifkan kekuatan magis pada hari itu.
Keesokan harinya pada hari kajeng kliwon
adalah hari dimana semua latihan tanding, semua uji kekuatanm sudah
dilangsungkan. Pada hari itu adalah hari untuk melakukan ritual pemberisihan,
ritual penyuicn, ritual pemujaan kehadapan Ida Betara yang telah menganugrahkan
kekuatan tersebut. Sehingga pada hari kajeng kliwon adalah hari yang baik untuk
menghaturkan segala sesaji yang bertujuan untuk memelihara kekuatan magis,
memohon kekuatan magis, serta pemujaan kehadapan Betari sebagai penguasa dari
ilmu kedigjayaan. Pada hari itu dilakukan ritual ngaturang banten, laba, dan
penyamblehan, sebagai sarana permohonan kekuatan, penyucian kekuatan serta
pemujaan kehadapan Hyang Betari.
Dengan demikian, maka hari yang magis
dipenuhi dengan aura kesaktian dan pemurtian adalah pada hari pemagpag kajeng
klwon. Sedangkan pada hari kajeng kliwon semuanya sudah kembali pada posisi masing-masing
untuk melakukan ritual pemujaan dan persembahan. Oleh sebab itu, orang tua
mengatakan jangan berpergian jauh atau jangan melakukan perjalanan yang tak
perlu pada hari pemagpag kajeng kliwon terutama
pada malam harinya. Sebab akan sering mendapatkan celaka. Karena pada
hari itu banyak orang yang memiliki kekuatan batin, kekuatan ilmu magis akan mengaktifkan
kekuatannya serta melakukan uji coba serta melakuakn pemurtian terhadap segala
kemampuan ilmu yang dimilikinya. Sehingga dikawatirkan pancaran ilmu itu akan
mengeni orang yang sedang lewat. Kalau dalam bahasa bali disebut dengan “kena
tamplig” (kena imbas) yang bisa menyebabkan celaka. Nah itulah sebabnya kenapa
pada hari pemagpag kajeng kjliwon dianggap sebagai hari yang sangat keramat dan
bahkan dirasa lebih kerama dari hari kajeng kliwon.
Kurang lebih demikian. Ampura. (Taksu/kanduk)