Friday, July 1, 2016

Pura Manik Kembar. Anak Kembar Sebaiknya Tangkil ke sini




 Perjalanan dari Denpasar ke pura ini mengarah ke timur laut, tepatnya di Balik Gunung Agung dengan menempuh perjalanan kurang lebih sembilan puluh km, selama dua setengah jam. Di pertigaan Karangasem (pertigaan Abang, menuju ke arah Utara), memasuki desa Padang Kerta, Desa Ababi, Abang, Culik, Kebon, dan Datah. Memasuki desa Culik, para pemedek sudah disuguhi pemandangan yang lain daripada yang lain, dimana sepanjang jalan akan terlihat hamparan batu lahar yang membeku ditumbuhi rumput di sela-selanya, diramaikan pohon ental dan pohon intaran. Namun sekarang dengan adanya upaya penghijauan, maka banyak juga sudah tumbuh pohon gamal sebagai bahan makanan ternak. Namun kesan gersang, kering dan tandus masih sangat tampak.
            Desa Datah tersebut terletak antara gunung dan laut diamna jadi jarak ke gunung dan ke pantai sangatlah dekat. Orang di sana mengatakan bahwa arah gunung adalah kaja, padahal secara kompas arah gunung adalah arah berada di barat, kemudian pantai di arah kelod, yang sejatinya secara kompas adalah timur. Namun itulah di Bali bahwa arah gunung sebagai luanan atau hulu disebut dengan kaja, sedangkan pantai adalah teben atau hilir disebut kelod.
            Di pinggir jalan akan terlihat sebuah papan beton yang menunjukkan arah pura bertuliskan Pura Manik Kembar Batu Belah. Sekitar lima ratus meter ke arah pantai dari papan tersebut akan didapatkan pura di pinggir pantai.
            Pura Batu Belah adalah merupakan pura Dang Kayangan dan juga sebagai pura Kayangan Jagat. Pura ini berada persis di pinggir pantai di atas bebatuan lahar yang membeku. Sehingga deburan ombak pas mengenai dinding pura. Nama Batu Belah diambil konon ada tirtha yang medal dari belahan batu. Tirtha tersebut adalah tirtha tawar yang keluar dari belahan batu yang ada di pinggir pantai. Ketika laut pasang maka tirta yang keluar akan terlihat menyembur ke atas bercampur dengan air laut. Namun air laut surut maka tirtha yang medal terlihat mengalir dari belahan batu. Demikian Jero Mangku Sukertya dari Datah menjelaskan.
            Jero mangku menambahkan bahwa Pura Batu Belah juga merupakan petilasan Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh, mungkin ketika beliau mengelilingi pulau Bali untuk menuju ke Ponjok Batu dan kemudian ke Sasak.
            Nama Manik Kembar tersebut diambil dari nama Ida Betara yang melinggih di sana embas kembar (lahir kembar). Jadi dengan demikian pura Manik Kembar adalah tempat pemujaan dari Dewa Kembar. Sehingga pada hari-hari tertentu banyak orang yang memiliki anak kembar menghaturkan bhakti (nangkil) ke pura tersebeut untuk memohon keselamatan. Sehingga diharapakn sekali bahwa bagi yang memiliki anak kembar, untuk seyogyanya nangkil ke pura Manik Kembar memohon keselamatan dan tuntunan hidup.
            Pura Manik Kembar walupun terletak di daerah yang tandus, namun di sekitar pura tidaklah panas, sebab di areal pura tumbuh beberapa pohon besar salah satunya pohon celagi/asem yang tenget/keramat yang membuat pura menjadi sejuk. Pepohonan ini meneduhi pelinggih yang ada di sekitar pura diantaranya: Padmasana linggih Ida Sang Hyang Widhi Wasa, meru tumpang linggih Ida Betara Bagus Muter, gedong simpen linggih Ida Betara Bagus Kembar, kemudian di sebelahnya terdapat pelingih para Sedahan.  Di tengah-tengah pura terdapat Bebaturan / tepasana dan batu besar adalah linggih Ida Betara Sri Sedana. Di dekat pemedalan menghadap ke laut terdapat sebuah pelinggih bebaturan sebagai linggih Ida Betara Baruna. Di sebelah utara dari kompleks pura terdapat pelinggih yang merupakan tempat keluarnya tirtha dari belahan batu. Di jaba pura terdapat banguna wantilan dan bale pesandekan dan sarana lainnya termasuk ada beberapa dagang yang menjual makanan dan minuman.
            Pengempon dari pura ini adalah warga masyarakat banjar Tegal Langlangan, Desa Datah, Abang, Karangasem. Petirthan di Pura Manik Kembar jatuh pada hari Purnama Kapat. Pemedek yang tangkil ke pura ini adalah masyarakat dari desa Datah dan di luar desa Datah. Dan ketika Ida Betara dihaturkan piodalan, Ida Betara Nyejer selama tujuh hari.
            Jero Mangku Sukertya menambahkan bahwa Pura Manik Kembar telah beberapa kali mengalami rehab dan juga upacara ngenteg linggih. Namun samapai sekarang masih ada beberapa bangunan pelinggih serta kawasan di sekitarnya memang memerlukan perhatian dari umat sedharma.
            Pura ini juga sering dikunjungi pemedek pada hari purnama, tilem, rerahinan terutama Galungan. Pura ini adalah salah satu tempat untuk melakukan tirtha yatra di belahan Bali timur, dengan alamnya yang eksotik, ditambah keberadaannya di pinggir pantai dan dekat dengan lereng Gunung Agung, menambah indah dan nikmatnya suasana di Pura Manik Kembar Batu Belah.
(Ki Buyut Dalu/Inks/21 Januari 2008)   

1 comment:

  1. Om suastyastu ampura ty saking Klungkung jgi metaken napi ngerahine wenten jro Mangku jenek ring Pura riantukan ty wenten pengrencana jagi pedek tangkil tur napi wenten no tlp jro Mangku,suksma

    ReplyDelete