Wednesday, January 3, 2018

Anantaboga di Sapta Patala




Dikisahkan sesosok naga bernama Nagasesa, putra dari Sang Anantawisesa dan Dewi Wasu (putri dari Anantaswara). Dalam keadaan biasa Nagasesa berwujud serupa manusia, tetapi ketika bertriwikrama tubuhnya berubah menjadi naga raksasa, dimana setiap 1000 tahun sekali ia berganti kulit. Batara Guru pernah mengambil kulitnya yang tersisa saat berganti kulit dan menciptanya menjadi makhluk ganas yang disebut Candrabirawa.
Suatu hari Nagasesa bertapa di Goa Ringrong (Rangreng) dengan mulut terbuka. Tiba-tiba seberkas cahaya masuk ke mulutnya. Nagasesa langsung menutup mulutnya. Lalu muncul Bathara Guru dan menanyakan kemana perginya cahaya itu. Nagasesa mengatakan bahwa cahaya mustika itu ada pada dirinya. Mustika itu akan diserahkan kepada Batara Guru apabila berkenan memeliharanya baik-baik. Batara Guru menyanggupinya. Lalu Cupu Linggamanik yang semula berwujud cahaya itu diserahkan.
Cupu Linggamanik sangat penting bagi para dewa di kayangan. Atas kebaikannya, Nagasesa diberikan kedudukan sederajat para dewa dan berhak atas gelar Batara / Sanghyang. Sejak itu ia bergelar Sanghyang Anantaboga berkedudukan di Saptapatala (lapisan ketujuh dasar bumi). Anantaboga juga diberi Aji Kawastram yang membuatnya bisa berubah wujud menjadi apa saja.
Anantaboga juga mampu menghidupkan orang mati, karena memiliki Tirta Amerta. Diceritakan suatu ketika para dewa “ngebur” (mengaduk) dasar samudra untuk mendapatkan  Tirta Amerta. Para Dewa mencabut Gunung Mandara dibawa ke samudra, lalu dibalik sehingga puncaknya berada di bawah, selanjutnya diputar untuk mengaduk dasar samudra. Setelah mendapatkan Amerta, para dewa tidak sanggup mencabut kembali gunung itu. Anantaboga datang membantu dengan cara melilit lalu mengangkatnya ke tempat semula. Itulah sebabnya Anantaboga diperkenankan memiliki Tirta Amerta.
Lalu untuk membangun ikatan keluarga, para dewa memberikan Anantaboga seorang bidadari bernama Dewi Supreti sebagai istrinya, yang kemudian melahirkan Dewi Nagagini dan Naga Tatmala. (Dewi Nagagini nantinya menikah dengan Bima, melahirkan Sang Antareja). 
Atas kepemilikan Aji Kawastrawam, Anantaboga pernah menjelma menjadi “garangan” (sejenis musang) yang menyelamatkan Pandawa dari amukan api pada peristiwa Bale Sigala-gala (istana kardus).
Dalam kisah selanjutnya, Anantaboga memberikan Tirta Amerta itu kepada cucunya yakni Antareja. Pernah digunakan untuk menghidupkan Dewi Subadra yang terbunuh oleh Burisrawa dalam kisah “Subadra Larung” / “Antareja Takon Bapa”. Tirtha Amerta ini juga pernah digunakan oleh Dewi Supreti untuk menghidupkan anaknya yakni Naga Tatmala yang dihukum mati oleh Batara Guru.
Demikian dikisahkan dalam Kelir Wayang Purwa. Ampura.
#WayangPurwa #Anantaboga #Nagasesa #CupuLinggaManik #BataraGuru #SaptaPatala
kanduksupatra.blogspot.com











No comments:

Post a Comment