Friday, April 28, 2017

ONDEL - ONDEL .... Nasibmu Tak Seindah OGOH-OGOH !!




 “Yuk kita nonton ondel ondel…. Yuuukkk….” Demikian salah satu lirik lagu Benyamin S, seorang seniman Betawi yang sangat mencintai tanah kelahiran dan budayanya.
Ondel - ondel pada awalnya lahir sebagai sosok orang - orangan sawah (seperti “lelakut” di Bali) ketika jaman agraris belangsung di tanah Betawi. Dalam budaya masyarakat Betawi, ondel - ondel juga digunakan sebagai sarana tolak bala, penolak bahaya dan penyakit (seperti “nangluk merana” di Bali). Dan pada awalnya ondel-ondel dibuat berwajah seram seperti halnya sosok kala di Bali. Demikian juga dengan proses pembuatannya memerlukan ritual dan sesaji khusus agar ondel-ondel yang dibuat memiliki kekuatan magis yang mampu mengusir roh jahat penyebab penyakit.
Dalam perjalanan kebudayaan masyarakat Jakarta, ketika pemerintahan Gubernur Ali Sadikin (tahun 1960), sosok ondel ondel tidak lagi digunakan sebagai sarana tolak bala, namun sebagai atraksi hiburan budaya masyarakat Betawi. Wajahnya diubah menjadi wajah sosok manusia biasa dengan pakaian meriah, sehingga kesan seram dan angkernya hilang.
Sosok ondel - ondel sejatinya tak jauh beda dengan sosok Barong Landung di Bali sebagai sarana tolak bala ketika upacara nangluk merana pada sasih kenem yang dikenal dengan istilah “melancaran”. Atau tak bedanya dengan sosok ogoh - ogoh yang diarak ketika pengerupukan menjelang Hari Suci Nyepi.
Ondel - ondel identik dengan Jakarta. Ondel – ondel adalah salah satu kekayaan budaya nusantara. Saat ini ia sedang berada di pinggir jurang. Sedang berada dalam dilema. Di tanah kelahirannya di Betawi (Jakarta), sedang terjadi perkembangan ekstrim terkait filosofi ketuhanan dan perubahan cara pandang terhadap kebudayaan. Ondel - ondel yang tadinya sebagai sarana tolak bala (pengusir berhala) justru kini menjadi tersangka sebagai “berhala”. Ia semakin dijauhi, semakin terpojok, dan keberadaannya makin langka. Ondel - ondel sebagai sarana “nangluk merana” justru nasibnya sedang merana.
Lebih - lebih ketika menyaksikan liputan sebuah televisi dimana ondel - ondel makin terpinggir. Ketika itu pula terbersit pikiran, bahwasannya umat Hindu yang ada di Jakarta mesti berbuat sesuatu untuk ondel - ondel. Ondel - ondel mesti disertakan dalam ritual keagamaan di Jakarta. Ogoh - ogoh dalam pengerupukan misalnya !. Ondel – ondel mesti ditarik kembali dalam dalam ritual agama dan budaya, sehingga ia akan memiliki nilai magis / taksu tersendiri.
Karena ondel – ondel dan ogoh – ogoh memiliki kesamaan. Disebut ondel - ondel karena gerakannya yang lenggak - lenggok, sedangkan ogoh - ogoh bergerak karena di “ogah – ogah” (digoyang – goyang). Sama - sama sebagai sosok yang dibuat untuk sarana ruwatan buana agung dan tolak bala, selain sebagai karya seni. Dengan demikian ondel - ondel akan memancarkan taksunya kembali di tanah Betawi. Memancarkan aura positif seperti jaman agraris dahulu di tanah Betawi. Semoga.
#OndelOndelOgohOgoh #BetawiJakarta #BudayaNusantara #BudayaBetawi #TolakBala
#ArtikelAsli oleh kanduksupatra.blogspot.com

2 comments: