Wednesday, July 12, 2017

I BELIS dan I SETAN Dalam Budi Pekerti Nusantara




Sebelum ngomong-ngomong tentang “I Belis” dan “I Setan” ada baiknya disajikan kutipan Lontar Kanda Pat Bhuta, koleksi Gedong Kertya No. IIIc/574/4, disalin tahun 1979 oleh I Nyoman Tjateng, terjemahan tahun 1986 Jero Mangku Ketut Ginarsa. Sebagai berikut:

         “………..  demikian pula nama-nama Hyang Panca Mahabhuta harus diketahui. Selanjutnya, jika badanmu ditimpa penyakit, maka ingatlah saudaramu sekalian yang ikut lahir dari kandungan ibumu. Dan juga tingkah-laku para Dewa yang ada di dalam badanmu.
………... Keputusan Dewa tersebut adalah: Dewa yang ada pada miyu (mèru) namanya I Belis, Dewa yang ada di sanggar pemujaan disebut I Setan, yang ada pada batu namanya I Kancal, yang ada di tegalan namanya I Jajil, yang ada pada air namanya …….  Itu patut cipta dalam pikiran. Segala macam musuh diruwat olehnya.
………. Selanjutnya, masuknya mereka itu harus diketahui juga. I Belis kembali kepada jantung, I Setan kembali kepada hati, I Kancal kembali kepada limpa, I Jajil kembali kepada paru-paru, …….. dst. “kanduksupatra.blogspot.com

         Masyarakat nusantara sejak lampau meyakini bahwa proses penciptaan manusia dan kehidupan di dunia tak terlepas dari “empat saudara lahir”. Saudara empat itu sejatinya adalah perwujudan Sanghyang Tunggal / Embang yang terlibat langsung dalam proses penciptaan, kelahiran dan kehidupan manusia. Dalam proses pembentukan janin dan kelahiran manusia, kekuatan Sanghyang Embang bersemayam di dalam empat komponen tubuh manusia yakni ari ari, tali pusar, air ketuban, dan darah. Empat komponen ini oleh para leluhur disebut dengan “nyama papat” (empat saudara lahir). Ada yang menyebut dengan “adi lekad” (adik yang menyertai lahir).
         Pengetahuan tentang saudara empat ini disebut “kanda pat”, yang telah diwarisi secara turun - temurun di tanah nusantara. Dan sampai sekarang dikenal beberapa kanda pat seperti Kanda Pat Rare, Kanda Pat Bhuta, Kanda Pat Dewa, Kanda Pat Sari. Bahkan kini ada yang telah mengembangkan menjadi 25 macam kanda pat. Dan seterusnya.  
         Secara singkat dapat diuraikan bahwa sejak janin, saat lahir, dan setelah lahir, nyama papat memiliki berbagai sebutan. Saat janin mereka bernama Babu Lembana, Babu Ugiyan. Babu Kere, Babu Abra. Setelah lahir berganti nama menjadi I Anta, I Preta, I Kala dan I Dengen. Saat kepus udel berganti nama lagi menjadi I Jelahir, I Selahir, I Mokahir, dan I Makahir. Kemudian saudara empat berpisah. I Jelahir menuju ke timur menjadi Sanghyang Anggapati, I Selahir menuju ke barat menjadi Sanghyang Prajapati, I Mokahir menuju ke utara menjadi Sanghyang Banaspati, I Makahir menuju ke selatan menjadi Sanghyang Banaspatiraja. Dan seterusnya kembali ke alam dewata. Ketika mereka berwujud dewa dan berkedudukan di meru namanya I Belis. Ketika berwujud dewa yang ada di sanggar pemujaan disebut I Setan. Yang ada pada batu namanya I Kancal, yang ada di tegalan namanya I Jajil, yang ada pada air namanya I Amad …….dan seterusnya. (untuk keperluan tulisan ini, hal tersebut tidak dilanjutkan). kanduksupatra.blogspot.com
        
         Tulisan ini  tidak fokus pada nama dan perjalanan nyama papat yang begitu panjang dan unik.         Namun yang menarik perhatian dari kutipan lontar di atas adalah adanya nama I Belis dan I Setan. Dan menurut kutipan lontar di atas, ternyata “I Belis” dan “I Setan” tak lain dan tak bukan adalah sebutan bagi Sanghyang Panca Maha Bhuta yang menyertai manusia lahir dan hidup di dunia. Mereka sejatinya adalah perwujudan dewa. Ketika tugasnya sudah selesai menghantarkan kelahiran manusia, kekuatan Sanghyang Panca maha Bhuta itu menuju ke tempatnya masing – masing. Dan ketika manusia membutuhkan bantuannya, maka kekuatan Sanghyang Panca Maha Bhuta yang sudah berstana di meru / candi (bernama I Belis), di sanggar pemujaan (bernama I Setan) dan saudara yang lain bisa dipanggil dengan cara mencipta dalam pikiran (ngastawa). Kekuatan Sang Panca Maha Bhuta tersebut memasuki jiwa raga manusia melalui jalan seperti yang disebutkan di ddalam kuitpan lontar di atas, untuk meruwat segala musuh dan penyakit.
         Dalam pustaka di atas secara tegas dinyatakan bahwa I Belis dan I Setan adalah perwujudan Dewa / Sanghyang Panca Maha Bhuta yang telah berstana di meru dan di sanggar pemujan. Namun kenyataannya I Belis (disebut Iblis) dan I Setan (disebut Setan) dikatakan sebagai mahluk jahat dan mengerikan. Mengapa I Belis dan I Setan dicitrakan sebagai sebuah roh jahat dan mengerikan? Siapakah yang mendiskreditkannya? kanduksupatra.blogspot.com
         Perjalanan sejarah nusantara sepertinya memberikan jawaban terhadap hal ini. Pergulatan keyakinan di tanah nusantara pada masa lalu sepertinya menggiring opini bahwa I Belis dan I Setan sebagai berhala yang tak patut disembah. Barangkali ini adalah strategi untuk menjauhkan manusia nusantara dari tradisi memuja dewata di meru / candi atau sanggar pemujan lainnya. Nama I Belis dan I Setan sengaja dipinjam untuk menyebut roh - roh jahat dari dunia kegelapan yang biadab, mengerikan, mengganggu dan mencelakai kehidupan manusia. I Belis dan I Setan berhasil dicitrakan sebagai kekuatan jahat. Manusia nusantara tidak lagi memuja di pelinggih meru / candi maupun di sanggar pemujaan, untuk selanjutnya mengikuti keyakinan tertentu yang tidak lagi menghiraukan cara pemujaan leluhur.
         Dengan mengetahui kesejatian ini, sepertinya perlu kiranya insane nusantara merehabilitasi nama baik I Belis dan I Setan agar tidak terkena “tulah” kualat terhadap nyama papat. Karena sesungguhnya di dalam budi pekerti nusantara terdapat pemahaman “dewa ya bhuta ya” dimana antara dewa dan bhuta adalah tunggal. Jika ketidakharmonisan terjadi, maka dewa akan memurti menjadi bhuta. Dan ketika keharmonisan tercipta maka Bhuta akan somya menjadi dewa.  
         Pustaka kuno menyuratkan demikian. Budi pekertiku juga meyakini demikian. Mohon ampun, semoga tak terkena cakrabhawa rajapinulah sosod uphadrawa. Semoga rahayu, dirgahayu, dirgayusa, shanti. 
        
#KandaPat #IblisSetan #BudiPekertiNusantara #SanatanaDharma
kanduksupatra.blogspot.com


No comments:

Post a Comment