Sunday, May 10, 2015

RATU PENYARIKAN “Dewa Banjar dan Dewa Kantor”




Bagawan Penyarikan atau Batara Penyarikan adalah putra Sanghyang Parma, yang berarti cucu Sanghyang Taya. (Sanghyang Taya adalah adik dari Sanghyang Wenang). Betara Penyarikan mempunyai saudara kandung bernama Bathara Darma yang dikenal sebagai dewa keadilan. Bathara Bagawan Panyarikan mempunyai suatu keahlian yang tidak dimiliki para dewa lainnya, yaitu tulisannya sangat bagus serta pandai menulis cepat.
Bathara Penyarikan memiliki daya ingatan yang sangat tajam. Apa saja yang pernah didengar dan dilihatnya akan selalu diingatnya dengan baik. Selain itu ia juga pandai menyimpan rahasia. Oleh Bathara Guru, Bathara Bagawan Panyarikan ditugaskankan sebagai juru tulis kadewatan. Mencatat dan mendokumentasikan semua hasil persidangan dan keputusan yang  telah diambil para dewa.
Menjelang pecah perang Bharatayudha di Tegal Kurusetra antara keluarga Pandawa melawan keluarga Kurawa, Bathara Bagawan Panyarikan mempunyai tugas dan peranan yang sangat penting. Bersama Bathara Kuwera, ia ditugaskan mencatat hasil sidang para dewa yang memutuskan lawan-lawan yang akan saling berhadapan dalam perang Bharatayuda, serta rahasia kematian setiap senapati perang, baik yang berpihak pada keluarga Pandawa maupun berpihak pada keluarga Kurawa. Sebagaimana para dewa lainnya, karena berwujud akyan / badan halus, maka hidup  Bathara Panyarikan bersifat abadi.
Bagawan Penyarikan di Bali dikenal sebagai Dewa Pengayom organisasi, karena beliau adalah Dewa Adaministrator yang Agung. Beliau dipuja atau distanakan di banjar-banjar dengan sebutan Ratu Bagawan Penyarikan, sebagai dewa organisasi, dalam hal ini banjar. Demikian juga beliau distanakan di Bale Agung sebagai dewa organisasi pada tingkat desa. Dan semestinya Ratu Bagawan Penyarikan juga distanakan di setiap kantor pemerintahan di Bali, sebagai pemujaan terhadap Sekretaris Jendral Kedewatan yang bergelar Ratu Bagawan Penyarikan. Sementara sekarang semua kantor pemerintahan menstanakan Padmasana. Padahal sejatinya Padmasana adalah linggih / stana Ida Sanghyang Widhi yang maha “nir” atau maha “acintya”, tak terpikirkan atau tak terjangkau oleh alam pikiran dan logika manusia. Mestinya untuk di kantor pemerintah dibangun pelinggih Gedong Bebaturan sebagai stana Ratu Bagawan Penyarikan, karena kantor adalah sebagai lembaga fungsional dan lembaga administrasi serta birokrasi. Dan status dari pura di gedung perkantoran adalah tergolong Pura Swagina atau pura fungsional, sebagaimana halnya dengan pura melanting di pasar, serta pura subak di sawah. Namun entah darimana mulai, serta siapa yang memulai, sehingga pura kantor adalah Padmasana. Artinya, membangun gedong penyarikan di sebuah kantor adalah untuk memuja Hyang Wdhi dalam aspek sserta fungsi administrasi dan birokrasi. Maka untuk itu dewanya adalah Ratu Bagawan Penyarikan.
Ratu Bagawan Penyarikan distanakan di pelinggih berbentuk gedong batu bebaturan. Dilengkapi dengan wastra poleng, karena beliau adalah sebagai pelaksana tugas administrasi kedewatan.

No comments:

Post a Comment