Thursday, May 21, 2015

BIJI PADI menurut Lontar TANTU PANGGELARAN




Inilah Tantu Panggelaran, hendaknya diperhatikan oleh orang yang bijaksana. Ketika dunia masih kosong, manusia belum ada, dan gunung Mahameru pun belum ada. Adapun gunung Mandala atau Mandara yaitu gunung besar dan tinggi yang menjadi lingganya dunia berada. Itulah yang menyebabkan dunia ini menjadi goyang. Oleh Karena itu Bhatara Jagatkarana melaksanakan yoga bersama dengan Bhatara Prameswari. Tempat tersebut kemudian disebut dengan Dihyang.
Setelah lama beryoga, maka Bhatara         kemudian menyuruh Sang Hyang Brahma dan Wisnu menciptakan manusia. Sang Hyang Brahma kemudian menciptakan manusia dari kepalan-kepalan tanah. Maka terciptalah manusia laki-laki yang tampan bagaikan dewa. Sang Hyang Wisnu juga mencipta manusia dari kepalan tanah, sehingga terciptalah manusia perempuan. Tempat Sang Hyang Brahma dan Wisnu menciptakan manusia dari kepalan tanah, disebut dengan Gunung Winih.
Manusia Laki-laki dan perempuan ciptaan Sang Hyang Brahma dan Wisnu tersebut kemudian dipertemukan, sehingga kemudian beranak pinak, dan berkembanglah manusia itu. Ketika itu tanpa memiliki rumah, telanjang, dan tinggal di hutan, hidup dengan mematahkan cabang pohon, sebab tidak ada yang membentuk tingkah lakunya. Tidak ada yang ditiru atau dijadikan panutan. Tidak mengerti dengan kata-kata (tanpa bahasa) Ia memakan buah dan daun. Kemudian melihat keadaan demikian, maka para dewa berkumpul menghadap Bhatara Guru. Bhatara Guru atau Jagatnatha memerintahkan agar para Dewa mengajarkan dan mengatur kehidupan mereka.
Bhatara Jagatnata / Mahakarana menitahkan: Anakku Sang Hyang Brahma, turunlah ke dunia. Ajarkan manusia itu membuat peralatan-peralatan yang tajam-tajam. Ajarkan mereka menjadi pande besi. Ketika menjadi Pande Besi namamu adalah Epu Sujiwana. Kemudian tita kepada Sang Hyang Wiswakarma: turunlah ke dunia. Ajarkan manusia membuat rumah. Dan namamu adalah Undagi. Sang Hyang Iswara, turunlah ke dunia. Ajarkan manusia tentang tata tertib, tingkah laku dan tata susila, serta tata bahasa.  Engkau menjadi gurunya kepala desa, dan namamu adalah Guru Desa. Sedangkan engkau Sang Hyang Wisnu, agar turun ke dunia mengajarkan manusia, dan memberi teladan kepada manusia. Engkau menjadi gurunya manusia, dan engkau memegang negara. Dan engkau Sang Hyang Mahadewa, turunlah engkau ke dunia menjadi pande mas.  Bhagawan Cipta Gupta turun ke dunia mengajarkan manusia melukis. Maka namamu menjadi Empu Ciptangkara, karena melukis. Demikian perintah Bhatara Guru kepada seluruh para dewa.
Sanghyang \ Brahma kemudian turun ke dunia menjadi pande besi. Dimintalah panca mahabhuta untuk membantu. Tanah dijadikan landasan, air dipakai sebagai jepitan, cahaya dipakai sebagai api, angin sebagai puputan (peniup), akasa sebagai palu. Itulah sebabnya kemudian ada Gunung Brahma.
Sanghyang Wiswakarma turun ke dunia mengajarkan manusia membuat rumah. Sehingga manusia sekarang mempunyai rumah. Maka kemudian munculah yang namanya desa Medang Kemulan, dimana di sanalah manusia pada awalnya belajar membuat rumah. Sanghyang Iswara juga turun ke dunia mengajarkan tata bahasa. Beliau dijuluki Guru Desa. Batara Wisnu turun ke dunia bersama Bhatari Sri raja dari awang-awang. A artinya tidak ada, Wa artinya tinggi, Hyang artinya Bhatara. Maka Betara Wisnu bernama Rahyang Kandyawan. Betari Sri bernama Sang Kanyawan di negara Medang Gana. Itulah awalnya ada negara terdahulu. Karena para dewa mengajar manusia, maka manusia tahu memintal benang. Berpakaian, dll.
Tersebutlah Sang Hyang Kandyawan berputra lima orang.  Yang tertua bernama Mangukuhan, kemudian Sang Sandanggarbha, Sang Katungmalaras, Sang Karung Kalah, dan Sang Wretikandayun. Ketika itu pula datanglah burung kendaraan Bhatari Sri sebanyak empat ekor.  Yakni titiran, kuteh, sugem, dara wulung (merpati hitam). Burung-burung tersebut kemudian diburu oleh kelima anak tersebut. Hinggap di pohon warwang, dibidik oleh Sang Wretikandayun. Mengenai blimbi atau tembolok dari burung tersebut. Dari dalam tembolok titiran, tersebut kemudian keluar biji beras putih. Tembolok merpati hitam keluar injin (biji hitam), Sugem keluar biji merah, burung kuteh temboloknya keluar biji kuning yang baunya wangi semerbak.  Senang hatinya kelima anak tersebut, dan biji yang berwarna kuning dan berbau harum kemudian dimakan habis. 
Sang Mangukuhan menanam biji yang putih, hitam, dan merah. Inilah yang tumbuh menjadi padi sampai sekarang. Adapaun biji yang kuning yang telah habis dimakan, kemudian kulitnya yang tersisa ditanam, maka tumbuhlah menjadi kunyit. Itulah sebabnya tidak ada biji beras kuning sampai sekarang. 


No comments:

Post a Comment