Friday, June 3, 2016

Roro Anteng dan Joko Seger lahirkan Suku Tengger serta berdirinya PURA LUHUR POTEN BROMO




Gunung Bromo


Seperti yang sudah diungkapkan di dalam Lontar Tantu Panggelaran, bahwa Gunung Bromo (Gunung Brahma) adalah gunung yang diciptakan untuk meyangga Gunung Semeru agar kondisinya tetap kokoh. Dengan kokohnya Gunung Semeru, maka Tanah jawa akan menjadi stabil.

Pura Luhur Poten di Lautan Pasir Bromo

Di kawasan Gunung Bromo terdapat banyak gunung-gunung lainnya. Kawasan tersebut dinamakan Pegunungan Tengger yang dihuni oleh masyarakat pemeluk Hindu Jawa. Mereka disebut masyarakat Suku Tengger. Nama Tengger berasal dari legenda masyarakat di sana yakni kisah cinta Roro Anteng (wanita cantik keturunan Majapahit) dengan Joko Seger (anak seorang brahmana). Dari kedua nama itu dipadukan menjadi Teng-Ger (roro anTENG dan joko seGER). Pasangan suami istri tidak memiliki keturunan, lalu memohon kehadapan Dewa yang berstana di Gunung Brahma (Bromo). Permohonannya terkabul dan memiliki banyak anak. Atas rasa syukur mereka kehadapan Batara di Gunung Brahma, mereka menghaturkan sesaji setiap bulan purnama sasih sada. Persembahan syukur inilah yang melahirkan upacara Kesodo (ke-sada) di Gunung Bromo oleh masyarakat Tengger.

Pura Luhur Poten
Dalam perjalanan sejarah masyarakat suku Tengger, tahun 2000 didirikanlah sebuah tempat pemujaan kepada Dewa yang berstana di Gunung Bromo. Tempat pemujaan itu dibangun di sebuah poten (sebidang tanah di lautan pasir). Setelah berdiri tempat pemujaan itu diberi nama PURA LUHUR POTEN (pura yang berada di lautan pasir). Pura ini menjadi pusat kegiatan pemujaan dalam rangka yadnya kesada dan kegiatan keagamaan Suku Tengger. Pura Luhur Poten sebagai tempat pemujaan kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam Prabhawa sebagai Batara Brahma. Pura ini disungsung oleh ribuan umat di kawasan Tengger yang terdiri dari desa-desa pegunungan seperti desa Argosari, Ngadisari, Ngadas, Sukapura, Tosari, Wonokitri, dll., yang tersebar di empat kabupaten yakni Lumajang, Probolinggo, Pasuruan, dan Malang.(Ki Buyut Dalu, 2016).

No comments:

Post a Comment