Sunday, January 31, 2016

"Weda Mesambeh" Kitab Suci Gama Bali





Sejatinya Weda adalah ilmu pengetahuan yang diturunkan oleh Ida Sanghyang Tunggal melalui para insan tercerahkan, insan suci, para nabe atau Maharesi pada jaman dahulu secara langsung. Ilmu pengetahuan tersebut dijadikan pedoman hidup manusia di dunia. Weda yang diturunkan secara langsung melalui wahyu tersebut dinamakan Weda Sruti, sedangkan pengetahuan yang diberikan oleh para mahersi atas hasil analisis mengenai hukum sebab akibat lalu ditulis dan diajarkan secara turun temurun secara lisan disebut Weda Smerti.
Pengetahun manusia di dunia tak hanya terbatas pada wahyu suci dari Ida Sanghyang Widhi, namun berdasarkan pengalaman hidup manusia. Semuanya pengalaman hidup tersebut disusun dalam bentuk cerita seperti Mahabarata dan Ramayana, serta dalam bentuk purana-purana. Inilah kita suci Weda dalam Hindu, yang pada hakekatnya Weda itu adalah Ilmu pengetahuan spiritual dan duniawi. Namun tak seorangpun yang pernah tahu dimana Weda berada dan bagaimana bentuknya. Weda adalah abstrak, ia tersebar di seluruh jagat, Weda itu tersimpan di nurani nurani bijak, nurani suci dan tercerahkan di dunia ini. Weda itu diibaratkan sebagai benih-benih yang bertaburan di alam semesta.
Kembali ke masalah agama Hindu Bali, dengan kitab sucinya, Hindu Bali tak pernah melihat Weda secara utuh. Weda atau pengetahuan suci itu tersebut bagaikan pasir di laut. Ia tak bisa dikuasai oleh seseorang di dunia ini kecuali Ida Sanghyang Aji Saraswati, sinar suci Tuhan pencipta Ilmu pengetahuan. Weda di Bali terurai dalam berbagai bentuk yakni bentuk lontar, bentuk gambar, bentuk patung, bentuk sastra, bentuk cerita, bentuk adat, bentuk kesenian, bentuk peninggalan leluhur berupa benda pusaka dan pura. Weda di Bali sudah melebur menjadi kebudayaan dalam arti luas. Artinya bahwa keseharian manusia Bali sejati setiap gerak langkahnya sudah mempraktekkan Weda.
Hal di atas memang sulit untuk dipahami, karena kita sekarang terpengaruh oleh agama lain yang secara nyata dan gagah membawa dan membaca kitab sucinya secara panjang lebar lalu menjelaskan isinya secara berbusa - busa. Namun manusia Bali dengan Hindunya tak seperti itu. Manusia Bali telah menjalankan Weda dalam setiap langkahnya, dalam setiap budayanya, dan setiap adatnya, serta setiap pertunjukannya. Weda telah diselipkan dalam awig-awig desa adat. Weda telah diselipkan dalam purana-purana desa, purana pura, bhisama Betara Kawitan, Weda telah tersirat dalam sesolahaan atau gerak para penari Bali, termasuk pesan-pesan moral dalam dialognya. Weda telah digambarkan dalam bentuk lukisan dan patung, serta Weda telah dilantunkan dalam bentuk kidung dan kekawin.
Walaupun ada kitab sastra yang tertulis dalam bentuk lontar seperti pelutuk (petunjuk teknis tentang sesuatu), lontar ajian, lontar  keputusan-keputusan, dll. Semuanya itu adalah Weda tertulis yang masih diwariskan sampai sekarang. Namun sejatinya hal tersebut hanya sebagian kecil dari Weda yang sempat ditulis dan sempat diselamatkan seiring dengan perjalanan waktu. Sehingga hal ini perlu diberitahukan kepada seluruh generasi muda Hindu Bali bahwa tak perlu berkecil hati tak pernah melihat Weda. Sebab Weda itu tak bisa ditulis selengkapnya oleh manusia, karena Weda memenuhi alam semesta. Weda hanya bisa dihayati melalui kejernihan hati dan kebijaksanaan. Weda tak bisa diperlakukan seperti diktat kuliah atau buku pelajaran. Weda tak sebatas itu. Weda maha luas, maha suci, mencakup masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.
Apapun hasil olah pikir manusia berdasarkan kejernihan dan kebijaksanaan maka itulah Weda terselip di dalamnya. Artinya bahwa Hindu Bali menjalankan agamanya berdasarkan “Weda Mesambeh” artinya bahwa ilmu pengetahuan itu tersebar di alam raya. (Ki Buyut/kanduk)

No comments:

Post a Comment