Friday, April 29, 2016

Prof. Dr. I B Mantra "Sang Budayawan" 3. #SENI BAGI MANUSIA#





          Ketika berbicara tentang “Seni dan Waktu”, Prof. Mantra menguraikan sesuatu yang sangat penting kita catat. “Kedua unsur ini, yakni seni dan waktu sangat penting. Bila hanya karya seni semata-mata perhitungannya adalah ekonomi dan pembuatannya sangat cepat dan lalu komersial sukses, hal ini sudah bertentangan dengan dasar-dasar dari konsep kebudayaan. Karena karya budaya tidak bisa masuk dalam karya massal yang lebih menekankan pada kuantitas dari pada kualitas. Tiap-tiap benda budaya mempunyai keunikannya. Dengan dasar-dasar tadi maka peranan individu dalam keseimbangannya telah ditempatkan secara sadar untuk membina integritas para siniman serta hasil-hasil karyanya yang bermutu.
        Pernyataan tersebut di atas telah menegaskan tentang pandangan Prof. Mantra tentang kualitas seni itu sendiri, tetapi juga pandangan beliau tentang hubungan seni dan teknologi. Sebuah perumpamaan disampaikan: ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dapat diumpamakan sebagai pedal-gas, dan seni budaya sebagai roda. Orang tidak bisa demikian menjalankan mobil tanpa kedua-duannya. Roda memberi arah dan pedal gas memberi dorongan untuk maju. Jadi keduanya diperlukan untuk berkembang.
        Demikian pandangan Prof. Mantra tentang kualitas seni, hubungan seni dengan waktu, seni dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pandangan dengan visi yang jauh ke depan. Maka dengan demikian kita pun mulai menangkap apa yang menjadi latar belakang diselenggarakannya Pesta Kesenian Bali, yang ternyata tidak semata-mata dalam hubungannya dengan dunia kepariwisataan.
        Berbicara khusus tentang seni budaya Bali, dinyatakannya bahwa seni budaya Bali telah hidup kembali dengan penuh kesadaran dan berkembang dengan suburnya dengan penuh jiwa yang dinamis penuh kreativitas. Ia telah mengatasi unsur-unsur yang melemahkan kreativitas dan merosotnya mutu akibat dari keadaan ekonomi tahun-tahun sebelumnya yaitu saat mulai pelita tahun 1969. “Sekarang orang tidak lagi merasa pesimis menghadapi perkembangan-perkembangan perubahan masyarakat karena seni akan mampu mengatasinya dan sebaliknya, akan memanfaatkan kemajuan yang telah dicapai dan ini berkat dinamik serta kreativitas yang tinggi dari masyarakat sendiri. Orang-orang luar negeri yang biasanya sangat pesimis melihat Bali dijadikan pusat pengembangan pariwisata yang akan membawa malapetaka akan kehidupan kebudayaan Bali, akhirnya hormat dan mengakui bahwa Bali memiliki potensi dan kemampuan yang sangat besar”.
        Sampai di sini kita teringat dengan landasan-landasan yang mendalam yang mendasari kebudayaan Bali: 1) Agama Hindu adalah sumber inspirasi dari seni budaya. Seni sacral sebagai akibat dari ini sangat mendalam dan meresap jiwa umatnya 2) seni adalah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakatnya, ia adalah satu. Oleh karena itu nilai estetik, keindahan adalah sangat kuat dalam masyarakat Bali. Sangat tinggi kesadaran seninya. Antara seniman dan masyarakat penontonnya terdapat komunikasi yang hidup 3) seni mempunyai fungsi dalam masyarakat dan mempunyai kedudukan sosial yang dihormati. Seperti wayang, ketekok jago, dll, ia dipentaskan / dipertunjukkan pada waktu upacara-upacara tertentu 4) seni dilihat sebagai unsur yang dapat menumbuhkan rasa kemuliaan dalam hidup.
        Landasan-landasan tersebut kiranya mengandung nilai-nilai universal bagi mansuia. Bahwa seni sesungguhnya tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, bahwa seni dapat mengangkat “derajat” manusia, dapat menumbuhkan rasa religiusitas, dapat menumbuhkan kehalusan rasa, rasa kemulian dalam hidup.

No comments:

Post a Comment