Friday, April 29, 2016

Prof. Dr. IB Mantra "Sang Budayawan" 2. Pengagas Pesta Kesenian Bali





          Langkah monumental yang dilakukan oleh Prof. Mantra adalah diselenggarakannya “Pesta Kesenian Bali”. Sejak pertama kali menduduki jabatan sebagai Gubernur Bali, Pesta Kesenian Bali digelar di hari libur sekolah selama sebulan. Maka kitapun menduga ada proses transmisi budaya di sini, penerusan nilai-nilai budaya kepada masyarakat, khususnya kepada para pelajar kita.
         Suatu kali Presiden Soeharto menyatakan. “Saya membuka Pesta Kesenian Bali di lapangan puputan Badung, Denpasar. Di depan ribuan seniman dan masyarakat Denpasar itu, saya tegaskan pembangunan bangsa yang mengabaikan kebudayaannya akan melemahkan sendi kehidupan bangsa itu sendiri. Karena itu sejak semula bangsa Indonesia bertekad membangun masa depannya yang kuat dengan berpijak di atas kepribadian dan tumbuh di atas nilai-nilai budayanya sendiri. Bangsa Indonesia bukan bangsa yang miskin budaya. Karena itu kewajiban kita semua untuk memelihara dan mengembangkan kesenian tradisional atau kesenian daerah itu sama sekali bukan pemborosan. Ia mempunyai nilai investasi kultural yang sangat penting. Bukan saja bagi kehidupan sosial budaya iti sendiri, tetapi juga buat kehidupan sosial ekonomi bangsa kita”.
          Jelas sekali apa yang dinyatakan oleh Presiden Soeharto, bahwa aktivitas Pesta Kesenian Bali paling tidak mempunyai nilai ganda, nilai budaya sendiri, tetapi juga nilai sosial ekonomi. Dalam yang terakhir itu, orang pun segera mengaitkan Pesta Kesenian Bali dengan kepariwisataan.
         Prof. Dr Selo Sumarjan seorang ahli ilmu sosial yang ternama memberi penilaian sebagai berikut : “Sebagai Gubernur yang berpandangan luas maka Prof. Mantra berjasa menciptakan sarana-sarana modern di Bali yang dapat mengembangkan kepariwisataannya. Untuk menggairahkan para budayawan dan seniman Bali, Prof. Mantra waktu menjabat sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan berpendapat bahwa diperlukan suatu tempat di mana hasil seni yang terbaik dari pulau Bali mendapat kehormatan untuk dipamerkan kepada umum. Kemudian atas usahanya didirikan suatu pusat kebudayaan (Werdhi Budhaya) di Denpasar. Sekarang tempat itu menjadi impian setiap seniman Bali agar hasil karyanya dapat terpilih untuk dipajang di sana. Kesempatan untuk pentas di Pusat Kebudayaan itu dianggap sebagai pengakuan dan kehormatan yang amat tinggi”.
          Memang antara Pesta Kesenian Bali, Pusat Kebudayaan Bali dan kepariwisataan di Bali adalah suatu jalinan. Pusat Kebudayaan telah menjadi salah satu obyek wisata yang potensial di Bali. Tetapi Pesta Kesenian Bali, Werdi Budaya bukanlah semata-mata sebuah obyek wisata, tetapi lebih dari itu. Di sini daya cipta daya kreativitas ditumbuhkan, di sini transmisi dan tranformasi budaya dilakukan.

No comments:

Post a Comment