Thursday, October 6, 2016

TITAH BHATARA GURU DI TANAH JAWA. DARI GUNUNG SALAKA DI BARAT SAMPAI SEMERU DI TIMUR


 Manusia Bakti, Leluhur Berkenan, Dewata Memberkati

kanduksupatra.blogspot.com. Tradisi Leluhur Adiluhung. “Gunung adalah Lingga Acala (lingga besar yang tak bergerak dan tak dibuat oleh manusia). Gunung adalah Lingga Yoni. Gunung adalah stana para Dewa. Gunung adalah tempat suci. Dimana lingga acala berdiri di sanalah para Dewa berstana. Buatlah pemujaan di gunung. Bersujudlah kepada Gunung. Di Jawa gunung berwujud Candi. Di Bali gunung berwujud Meru. Manusia akan diberkati dewa gunung dan diberkati para leluhur” Demikian para leluhur nusantara memahami gunung.
Dalam Lontar Tantu Panggelaran diceritakan bahwa pada jaman dahulu Pulau Jawa masih goyang-goyang (tidak stabil) di atas laut karena tak ada pemberatnya. Atas situasi tersebut kemudian Sanghyang Mahakarana (Batara Guru / Sanghyang Parameswara / Batara Siwa) mencari penguatnya. Batara Guru beryoga, kemudian memutar Taya (ketiadaan / kekosongan) menjadi buih putih, maka terciptalah Gunung Hyang (Gunung Dieng). Tanah tempat pijakan Batara Guru saat itu menjadi Gunung Limohan. Pulau Jawa belum juga stabil.
Batara Guru kemudian menitahkan para dewa pergi ke Jambudwipa untuk memindahkan puncak Gunung Mahameru ke pulau Jawa, untuk dijadikan pemberat. Gunung Mahameru disebut juga Gunung Mandara / Mandara Giri adalah gunung yang sangat besar dan tinggi. Kaki dan badannya di bumi, sedangkan puncaknya di angkasa setinggi seratus yojana sampai di kayangan. Untuk memotong puncak Gunung Mahameru, maka Batara Wisnu menjadi Nagaraja (raja naga) melilit gunung, Batara Brahma menjadi Kurmaraja (raja penyu) untuk menyangga potongan puncak gunung, sedangkan Batara Bayu menerbangkan puncak gunung.
Saat memotong puncak gunung Mahameru, keluar air yang mengandung racun sangat dasyat yang disebut racun Kalakuta. Racun ini terminum yang menyebabkan para dewa menjadi lemah. Hal tersebut diketahui oleh Batara Guru, lalu meminum semua racun itu. Karena dasyatnya racun Kalakuta, menyebabkan hitam pada leher Batara Guru. Oleh sebab itu Batara Guru disebut Batara Nilakanta (berleher hitam). Dengan terserapnya racun itu, para dewa kembali mendapatkan kekuatannya.
Singkat cerita, puncak Gunung Mahameru sudah berhasil dipotong lalu diterbangkan ke pulau Jawa dan diletakkan di bagian barat. Gunung tersebut tampak bersinar putih bagaikan jejak kaki para dewa, maka disebut Gunung Kelasa. (Kailas / Kailasa, gunung bersalju stana Dewa Siwa). Karena berwarna putih seperti perak, maka gunung itu kemudian disebut dengan Giri Salaka (Gunung putih seperti perak). Lalu dalam perkembangannya disebut dengan Gunung Salak. Karena diletakkan di ujung barat, maka pulau Jawa berat sebelah. Untuk menyeimbangkan, puncak Gunung Mahameru yang sudah ditempatkan di barat kembali dipotong dan diterbangkan ke timur pulau Jawa. Dalam perjalanan ke timur, bagian bawah gunung jatuh berceceran. Reruntuhannya berturut-turut menjadi Gunung Katong (Gunung Lawu), Gunung Wilis, Gunung Kampud (Gunung Kelud), Gunung Kawi, Gunung Arjuna, Gunung Kemukus. Sedangkan puncaknya menjadi Gunung Semeru.
Dalam kedudukan yang baru di timur, Gunung Semeru masih belum kokoh, karena bagian bawahnya runtuh dalam perjalanan. Agar kedudukannya kokoh, maka Gunung Semeru disandarkan pada Gunung Brahma (Gunung Bromo), sehingga kedudukannya menjadi sangat kokoh. Itu sebabnya Gunung Semeru disebut Gunung Nisada (gunung yang kokoh).
Setelah tugas tersebut selesai, Batara Guru beserta para dewa berkumpul, semua memuja Gunung Mahameru (raja dari semua gunung). Gunung Semeru adalah Lingga Acala (lingga yang tak bergerak dan tak dibuat oleh manusia). Gunung yang suci stana Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam prabawa sebagai Batara Guru / Batara Mahakarana / Batara Jagatkarana / Sanghyang Siwa Pasupati / Batara Parameswara / sebutan lainnya.
Semoga sentana / keturunan Tanah Jawa dan Nusantara senantiasa memegang keyakinan ini, dan senantiasa memuliakan gunung sebagai tempat bersujud memohon kerahyuan di dunia dan di sunialoka. Manusia bakti, leluhur berkenan, dewata memberkati. Rahayu… rahayu… rahayu….. (kanduksupatra.blogspot.com / Ki Buyut Dalu / kesimpar ybt). #OriginalArtikelByKanduk

No comments:

Post a Comment