Tuesday, October 4, 2016

Bermula dari Kerauhan Warga, HYANG SUCI NIRMALA DI KAKI GUNUNG RAUNG



Cara Leluhur Memuliakan Air

kanduksupatra.blogspot.com. “Dimana air menyembul / empul di sana Dewa berstana. Dimana air mengalir di sana Dewa berstana. Dimana air berkumpul, di laut, di danau, di sungai, di bendungan, di sanalah Dewa berstana. Di sanalah tempat suci. Dirikanlah tempat pemujaan di sana. Agamamu memuliakan air. Agama tirtha sebutannya. Hyang Dewi Gangga turun dari kayangan menganugrahkan kehidupan. Hyang Dewi Mangening membersihkan alam semesta. Hyang Dewi Suci Nirmala menganugrahkan kesucian jiwa raga. Bersujudlah kepadaNya !” Demikian para leluhur berpesan untuk mengawali tulisan ini.


Pura Anantaboga demikian tempat suci ini diberi nama, merupakan pura beji (tirta) yang terletak di tengah hutan pinus di lereng Gunung Raung. Tepatnya di Dusun Wonoasih, Desa Sumberwadung, Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi, kurang lebih satu jam perjalanan dari Kota Banyuwangi. Terletak di kawasan tertutup hutan pinus yang sangat luas, tanpa tembok pembatas, menyatu dengan hutan pinus yang subur, sejuk dan indah dengan aura suci nan magis.
Perjalanan menuju areal pura dimulai dengan menapaki jalan bebatuan mulai dari sebuah Desa di pinggir hutan yang bernama Desa Sumber Wadung, kurang lebih satu kilo meter, lalu memasuki kawasan pura. Untuk bersembahyang di kawasan suci ini, pemedek akan melalui beberapa tahapan, yakni:
1.      Pelinggih Ratu Gede sebagai penjaga kawasan suci ini, sebagai tempat pemujaan Ratu Gede Dalem Ped, sekaligus sebagai permohonan atau pekeling pertama untuk melakukan persembahyangan di kawasan ini.  Dari pelinggih ini selanjutnya menuju:
2.      Pancoran Solas yang di tengahnya terdapat Lingga Yoni. Tempat ini digunakan untuk tempat menyucikan jiwa raga (melukat) sebelum persembahyangan lebih lanjut. Pancoran solas yang berada di bagian kiri (barat) untuk laki-laki, yang kanan (timur) untuk perempuan. Sedangkan yang di hulu adalah pancoran khusus untuk memohon kesembuhan. Dari pancoran solas ini menuju ke bagian yang lebih tinggi, yakni:
3.      Pelinggih Siwa Buda yang berada di bawah pohon beringin raksasa. Pada bagian ini terdapat sebuah pelinggih padma capah di bagian depan. Pohon beringin ini diyakini dahulu adalah sebuah pelinggih yang ditumbuhi beringin. Pada bagian atas batang beringin terdapat lingga yoni yang besar. Untuk mencapainya harus menaiki batang  pohon beringin.
4.      Linggih Ibu Pertiwi. Terletak di pinggir kolam yang jernih airnya dengan beberapa tingkatan yang bersumber dari mata air di lereng Gunung Raung. Pelinggih ini adalah untuk memuja Hyang Ibu Pertiwi yang telah memberikan pijakan hidup kepada manusia di dunia.
5.      Pelinggih Wisnu diwujudkan dengan patung Dewa Wisnu berwanakan burung garuda yang terletak di atas gumuk bebatuan.
6.      Di bagian timur paling selatan terdapat pelinggih Gana / Ganesa berupa patung di atas gumuk bebatuan. Dewa ini dipuja adalah ssebagai penjaga kayangan para dewa, serta sebagai pemberi perlindungan serta memohon kecerdasan.
7.      Pelinggih  Tirta Empul terletak di hulu kolam dengan mata air pegunungan sebagai beji dari Ida Betara. Tempat ini berupa sebuah pelinggih gedong batu sebagai tempat pemujaan Dewi Gangga memohon kesucian untuk membersihkan segala kekotoran jasmani dan rohani. Airnya yang mengalir akan memberi kehidupan bagi mahluk di dunia.
8.      Gumuk Bedawangnala terletak di bagian barat kawasan ini. Tempat ini berupa gumuk bebatuan dan sangat baik untuk bermeditasi.
9.      Paling di hulu adalah pelinggih Padmasana, terletak di atas bebatuan. Padmasana terbuat dari batu hitam, di depannya ditempatkan patung Lembu Nandini, sebagai simbol Purusha Predana.

Menurut penuturan jero mangku yang ngayah di pura Anantaboga, situs pura ini baru ditemukan tahun 2010. Berawal dari seseorang umat yang ketika bersembahyang di Pura Sandya Dharma (pura yang ada di Desa Sumber Wadung) mengalami kerauhan. Dari kerauhan tersebut didapat petunjuk untuk menelusuri kawasan suci yang merupakan beji Ida Betara. Setelah ditelusuri ke tengah hutan, didapatilah tempat ini dengan beberapa sumber mata air serta beberapa peninggalan-peninggalan pemujaan jaman dahulu.
Atas dasar tersebut kemudian masyarakat berkoordinasi dengan pihak Perhutani yang memiliki kewenangan mengelola wilayah ini. Lalu diijinkanlah untuk membuat tempat pemujaan secara terbatas. Sebab tempat ini bukan diperuntukkan bagi keperluan ibadah, hanyalah untuk perkebunan. Atas ijin tersebut, maka dibuatlah pelinggih – pelinggih tanpa dibatasi tembok penyengker. Inilah menjadi ciri khas dari pura Anantabhoga yang menyatu dengan alam, berpenyengker pepohonan pinus. Artinya luas pura menjadi tak terbatas.
Pembangunan pura ini rampung tahun 2012 dengan biaya dari dana punia masyarakat Hindu sekitarnya, serta para dermawan dari Bali maupun luar Bali. Terwujudlah tempat ini menjadii tempat suci yang disebut dengan Pura Beji Anantaboga.
Dan atas berdirinya pura ini, semoga Hyang Dewi Gangga / Hyang Dewi Mangening / Hyang Suci Nirmala senantiasa mengalirkan air kehidupan, menganugrahkan kesucian di Tanah Jawa, serta memancarkan vibrasi kesadaran bagi insan-insan Tanah Jawa akan keagungan budi pekerti leluhur. Rahayu…rahajeng……
kanduksupatra.blogspot.com. (Ki Buyut Dalu).
#OriginalArtikelByKanduk


No comments:

Post a Comment