Monday, February 15, 2016

Betara dibuat susah. Percakapan Imajiner Mangku Gede dgn Ida Betara Sesuhunan



           
Ini salah satu kisah dimana suatu hari Jero Mangku Gede Onya-onya kedatangan pemedek di pura tempatnya ngayah jadi pemangku. Kenapa ia disebut dengan Mangku Gede Onya-onya karena orang menilai dia sebagai mangku yang gede awak (badan besar), munyi gede (volume suara besar dan tinggi) dan bicara agak sedikit tinggi, walaupun bayune enduk. Jero mangku ini kebetulan ngayah di sebuah pura yang terkenal sangat tenget dan terletak di kesunyian.
            Suatu malam ia kedatangn rombongan tangkil ke pura untuk melakukan dewasraya dengan tujuan tertentu. Yang datang itu adalah bapak-bapak kita yang tak asing lagi di layar televisi. Maksud dan tujuannya adalah untuk memohon kehadapan Ida Betara yang melingga melinggih di pura ini mengabulkan permohonannya yakni menjadi penguasa di daerah ini. Ketika itu Jero Mangku Gede Onya-onya telah mempermaklumkan permohonan bapak-bapak tersebut kehadapan Ida Betara.
            Pada malam berikutnya jero mangku kedatangan penangkilan lagi yakni rombongan bapak-bapak dengan tujuan yang sama. Acara pun berlangsung dengan hidmat sampai tengah malam menjelang pagi.
            Minggu besoknya kembali datang serombongan orang tengah malam yakni bapak-bapak yang sudah tak asing lagi untuk mengikuti pemilihan kepala daerah.
            Jero mangku tak ambil pusing, ia menghaturkan dan ngastawang haturan yang dibawa, juga mempermaklumkan maksud dan tujuan dari rombongan yang tangkil kehadapa Ida Betara Sesuhunan. Dan jero mangku pun mendapatkan sesari dan lungsuran bapak-bapak tersebut.
            Pada rerahinan berikutnya, jero mangku ke pura menghaturkan canang. Dalam kesunyian di pura, jero mangku mendapat kleteg pewisik mengenai orang-orang yang menghaturkan sembah beberapa waktu lalu. Seolah-olah jero mangku gede berdialog dengan Ida Betara Sesuhunan di sana. Mungkin begini kalau diterjemahkan sabda beliau “eh mangku gede, semua yang menghadap ke sini minta agar menang dalam pilkada nanti. Setahuku hanya diperlukan seorang pemimpin. Tapi yang minta menang ada tiga, kan tidak mungkin semuanya menang. Sungguh amat sulit bagiku sebagai Betara untuk mengambil keputusan. Semuanya minta dengan sangat, agar dikabulkan doanya” demikian kira percakapan batin tersebut.
            Kemudian belum sempat Ida Betara mengambil keputusan atas permintaan para kandidat tersebut, bapak-bapak yang bersangkutan telah datang kembali untuk memohon lebih keras lagi agar cita-citanya terkabul, ditambah lagi ia mengumbar sesangi (kaul) di mana-mana“. Ida Betara sedikit kesal dan beliau bersabda kepada mereka semua itu “ yang jadi betara itu aku atau kamu. Kalau kamu memang bersikeras, lebih baik kamu saja yang jadi betara, sehingga kau bisa semaumu”. Demikian Ida Betara sedikit kesal terhadap pemedek yang bersikeras tersebut. Mereka datang ketika perlu, namun pada saat mereka tak perlu atau sedang bersenang-senang, tak pernah ingat ngaturang bhakti kehadapan Ida Betara. Kalau orang mengistilahkan tain blek tain belenget, suba jelek mara inget.
            Di lain pihak ada seorang pemedek yang menghubungi jero mangku gede onya-onya untuk menghaturkan bhakti agar sembuh dari segala penyakit, sekalian mendapat kerahayuan dan rejeki. Sungguh banyak permintaan dari orang itu ketika datang ke pura menghaturkan sarana pejati asoroh. Kembali Ida Betara mengalami kesulitan atas permohon pemedek tersebut. Sebab menjadi Ida Betara tak boleh pelit sebab Ida Betara adalah maha pemurah. Namun di lain pihak Ida Betara mengetahui bahwa yang bersangkutan secara karma harus mengalami sakit, tidak rejekian. Inilah yang membuat Betara semakin sulit.
            Setelah sekian kali orang tersebut nunasica, permohonannya tak terkabulkan. Sampai akhirnya pada suatu saat terjadi dialog batin antara Jero Mangku Gede Onya-onya dengan Ida Betara Sesuhunan. Kira-kira dialog tersebut sebagai berikut “mengapa orang yang nunasica sekian kali tak terkabul doanya. Kenapa Ida Betara begitu sulit untuk memberikan kesembuhan kepada manusia. Padahal Betara sangat sakti”. Demikian kata Jero Mangku.
            Karena saking kesalnya, maka keluar kata-kata Jero Mangku Gede Onya-onya “tiang icen dados betara, betara dados manusa. Kalau tyang jadi betara, apa yang diminta manusia akan saya kabulkan”. Demikan omongan dari Jero Mangku Gede yang disahut oleh Ida Betara. “Ida Betara sing ja pripit, Ida Betara sangat sih (penyayang), tetapi manusia memiliki karma yang harus dijalankan. Demikian juga manusia seringkali datang memuja dan meminta ketika mereka kesusahan atau perlu. Padahal semestinya manusa datang setiap saat memuja Ida Betara. Manusa bhakti ring betara, betara sih tekening manusa. “kalau manusia bhakti kehadapan Ida Betara, maka Betara pun akan sayang kepada manusia”. Ida Betara pun “mur” kembali ke kayangan untuk mengakhiri dialog batin dengan Jero Mangku Gede Onya onya yang bikin kesal.
Mangku Gede pun mepamit dari pura sambil bergumam “mungkin Ida Betara lelah”. 
Demikianlah Mangku Gede, seperti bicara dengan temannya saja.  Haaa… (Ki Buyut/ Kanduk).


No comments:

Post a Comment