Titah dari Sanghyang Tuduh (perintah
Sang Maha Pencipta) atau Pituduh dari Sanghyang Titah (Ketetapan Sang Maha
Kuasa). Beliau Maha Pencipta, Maha Pemelihara dan Maha Pelebur kembali segala
ciptaan. kanduksupatra.blogspot.com
Sanghyang Titah telah menetapkan
kebangkitan budi pekerti leluhur. Tak ada yang dapat menghalangi. Ketetapan
Sanghyang Parama Kawi bahwa ajaran budi pekerti leluhur adalah langgeng
(sanatana dharma). Hanya saja terkadang terbawa arus, tergulung ombak,
terhempas di pantai, namun akan berdiri kembali saat badai mereda. Ia tak akan pernah
melawan arus, ia tak akan pernah menerjang ombak, ia tak akan pernah menembus
badai, ia pun tak akan pernah menabrak batu karang. Sanatana dharma akan selalu
mencari celah - celah dalaam kesejukan. Kurang lebih demikian karakter budi
pekerti leluhur dalam keabadiannya di nusantara ini yang selanjutnya penulis
sebut dengan “Peradaban Kapur Sirih” (Peradaban Budi Pekerti Leluhur). kanduksupatra.blogspot.com
Salah satunya adalah Peradaban Kapur
Sirih di Tanah Luhur Blambangan. Tanah Luhur Blambangan dalam sejarahnya memang
otonum. Majapahit konon tak sepenuhnya dapat menguasai Blambangan. Ketika jaman
Mataram Baru pun Blambangan tersentuh. Melanjut ke jaman kolonial, Belanda juga
tak bisa menguasai Blambangan secara penuh. kanduksupatra.blogspot.com
Proteksi diri yang kuat kaum Blambangan
melahirkan Suku Osing (suku yang tak menerima peradaban baru). Blambangan hanya
bisa dikuasai oleh dirinya sendiri. Blambangan hanya bisa dibujuk oleh
keyakinannya sendiri. Blambangan tak pernah melepaskan pekerti leluhur.
Blambangan senantiasa memelihara situs - situs Peradaban Kapur Sirih. kanduksupatra.blogspot.com
Sampai kini Tanah Luhur Blambangan menyimpan
kekuatan magis tanah nusantara, aura supranatural masa lampau. Ketika para
leluhur terdesak di nusantara, maka di timur (purwo), di Tanah Blambangan
mereka masih merasakan kenyamanan. Di purwo masih ada tempat berlindung. Di
bawah lindungan leluhur, alam, niskala dan lindungan para Danghyang Tanah Jawa.
Sejatinya peradaban leluhur masih terpelihara
baik di sana, cuman disamarkan oleh insan - insan bijak agar tidak tampil
menonjol apalagi norak. Sekian ratus tahun berlalu, kini tak ada hujan tak ada
angin, tak ada badai, pekerti leluhur pelan - pelan menggeliat. Kebangkitan Peradaban
Kapur Sirih bagaikan angin sepoi-sepoi menghampiri setiap insan Tanah Luhur Blambangan.
Bagaikan angin semilir membisiki pesan leluhur ke dalam setiap nurani pewaris Tanah
Blambangan. Antara ada dan tiada, samar-samar tapi ada, para Danghyang mengingatkan
pretisentana tanah Jawa. Ia terjaga dalam sepi. Terbangun tanpa propaganda, bergulir
tanpa intimidasi. Tak banyak publikasi, apalagi “selfi”. Rupanya kebangkitan
ini sudah ditetapkan Sanghyang Tuduh, sehingga ia muncul tak menghiraukan
jaman. kanduksupatra.blogspot.com
Tak disangka dan tak diduga, kantong - kantong
Peradaban Kapur Sirih tak semuanya terjamah oleh peradaban keyakinan baru. Semuanya
disembunyikan oleh waktu. Titik - titik spiritual pun terbangun. Sekonyong –
konyong berdiri situs leluhur di pinggir pantai seperti Pura Candi Purwo Gumuk
Gadung Pondok Asem dan Pura Tawang Alun Pulau Merah. Yang ada di hutan meliputi
Pura Giri Selaka dan banyak pura di sekitarnya. Sedangkan di kawasan Lereng
Gunung Raung berdiri Petilasan Gumuk Kancil, Pura Sandya Darma, Pura Natarsari,
Pura Anantabhoga, Pura Banyu Bening, Pura Sugih Waras, Pura Kawasan Rowo Bayu,
Pura Tirto Jati Di kawasan lainnya juga berdiri Pura Gunung Srawet, Pura Puja
Dharma, Giri Wiseso, Pura Giri Nata, Pura Purwo Katon, dan banyak lagi. Sedangkan
yang monumental serta menjadi titik sentral adalah Pura Agung Blambangan. kanduksupatra.blogspot.com
Sebaran situs spiritual ini meliputi
pantai, hutan, pemukiman, sungai, danau, dan gunung. Konsep SEGARA - GUNUNG
seperti di Bali secara tak sengaja (atas titah Sanghyang Tuduh) terwujud di
Tanah Blambangan. Namun ketika melihat bentangan alam yang begitu luas di Tanah
Blambangan, maka konsep Segara Giri layak diperluas menjadi SEGARA – WANA –
GIRI. Mempertemukan kekuatan alam di laut (segara) yang membentang di timur dan
di selatan, di daratan Banyuwangi / hutan Purwo (Wana) serta kekuatan di gunung
(Giri) yakni Gunung Raung. kanduksupatra.blogspot.com
Konsep Segara – Wana - Giri
mempertemukan kekuatan purusa dan predana, kekuatan lingga dan yoni dipertemukan
di daratan sebagai penataran yakni Pura Agung Blambangan,yang diyakni sebagai
peninggalan kerajaan Blambangan. kanduksupatra.blogspot.com Atau kekuatan
Segara Giri dipertemukan di hutan (wana) yakni di Pura Giri Selaka Alas purwo
sebagai tempat mesandekan / peristirahatan, penyepian serta tempat beryoganya
para leluhur ketika mengalami berbagai tantangan di masa lalu.
Dengan terwujudnya Segara – Wana – Giri
di Tanah Luhur Blambangan, maka kekuatan kaja – kelod – kangin - kauh / lor –
kidul – wetan - kulon / utara – selatan – timur - barat, membentuk TAPAK DARA,
membentang menjadi SWASTIKA, lalu bergerak PURWA DAKSINA (memutar sesuai dengan
arah jarum jam) menggerakkan CAKRA SEMESTA di Tanah Blambangan. Perputaran
Cakra Semesta akan memancarkan vibrasi pekerti luhur untuk keharmonisan dan
kerahyuan Jagat Blambangan, Jagat Nusantara, dan Jagat Semesta.
Semoga Segara – Wana – Giri terwujud di
tempat lain di Jawa Dwipa. Semoga rahayu, rahayu, rahayu ……. Ampura.
#SegaraGiri
#SegaraWanaGiri #HinduNusantara #PeradabanKapurSirih
#OriginalArtikelbyKiBuyutDalu
kanduksupatra.blogspot.com
No comments:
Post a Comment