Inilah Tantu Panggelaran, hendaknya diperhatikan oleh
orang yang bijaksana. Ketika dunia masih kosong, manusia belum ada, dan gunung
Mahameru pun belum ada. Adapun gunung Mandala atau Mandara yaitu gunung besar
dan tinggi yang menjadi lingganya dunia berada. Itulah yang menyebabkan dunia
ini menjadi goyang. Oleh Karena itu Bhatara Jagatkarana melaksanakan yoga
bersama dengan Bhatara Prameswari. Tempat tersebut kemudian disebut dengan
Dihyang.
Setelah lama beryoga, maka Bhatara kemudian menyuruh Sang Hyang Brahma dan
Wisnu menciptakan manusia. Sang Hyang Brahma kemudian menciptakan manusia dari
kepalan-kepalan tanah. Maka terciptalah manusia laki-laki yang tampan bagaikan
dewa. Sang Hyang Wisnu juga mencipta manusia dari kepalan tanah, sehingga
terciptalah manusia perempuan. Tempat Sang Hyang Brahma dan Wisnu menciptakan
manusia dari kepalan tanah, disebut dengan Gunung Winih.
Manusia Laki-laki dan perempuan ciptaan Sang Hyang
Brahma dan Wisnu tersebut kemudian dipertemukan, sehingga kemudian beranak
pinak, dan berkembanglah manusia itu. Ketika itu tanpa memiliki rumah,
telanjang, dan tinggal di hutan, hidup dengan mematahkan cabang pohon, sebab
tidak ada yang membentuk tingkah lakunya. Tidak ada yang ditiru atau dijadikan
panutan. Tidak mengerti dengan kata-kata (tanpa bahasa) Ia memakan buah dan
daun. Kemudian melihat keadaan demikian, maka para dewa berkumpul menghadap Bhatara
Guru. Bhatara Guru atau Jagatnatha memerintahkan agar para Dewa mengajarkan dan
mengatur kehidupan mereka.
Bhatara Jagatnata / Mahakarana menitahkan: Anakku Sang
Hyang Brahma, turunlah ke dunia. Ajarkan manusia itu membuat
peralatan-peralatan yang tajam-tajam. Ajarkan mereka menjadi pande besi. Ketika
menjadi Pande Besi namamu adalah Epu Sujiwana. Kemudian tita kepada Sang Hyang
Wiswakarma: turunlah ke dunia. Ajarkan manusia membuat rumah. Dan namamu adalah
Undagi. Sang Hyang Iswara, turunlah ke dunia. Ajarkan manusia tentang tata
tertib, tingkah laku dan tata susila, serta tata bahasa. Engkau menjadi gurunya kepala desa, dan
namamu adalah Guru Desa. Sedangkan engkau Sang Hyang Wisnu, agar turun ke dunia
mengajarkan manusia, dan memberi teladan kepada manusia. Engkau menjadi gurunya
manusia, dan engkau memegang negara. Dan engkau Sang Hyang Mahadewa, turunlah
engkau ke dunia menjadi pande mas.
Bhagawan Cipta Gupta turun ke dunia mengajarkan manusia melukis. Maka
namamu menjadi Empu Ciptangkara, karena melukis. Demikian perintah Bhatara Guru
kepada seluruh para dewa.
Sanghyang \ Brahma kemudian turun ke dunia menjadi
pande besi. Dimintalah panca mahabhuta untuk membantu. Tanah dijadikan
landasan, air dipakai sebagai jepitan, cahaya dipakai sebagai api, angin
sebagai puputan (peniup), akasa sebagai palu. Itulah sebabnya kemudian ada
Gunung Brahma.
Sanghyang Wiswakarma
turun ke dunia mengajarkan manusia membuat rumah. Sehingga manusia sekarang
mempunyai rumah. Maka kemudian munculah yang namanya desa Medang Kemulan,
dimana di sanalah manusia pada awalnya belajar membuat rumah. Sanghyang Iswara
juga turun ke dunia mengajarkan tata bahasa. Beliau dijuluki Guru Desa. Batara
Wisnu turun ke dunia bersama Bhatari Sri raja dari awang-awang. A artinya tidak
ada, Wa artinya tinggi, Hyang artinya Bhatara. Maka Betara Wisnu bernama
Rahyang Kandyawan. Betari Sri bernama Sang Kanyawan di negara Medang Gana.
Itulah awalnya ada negara terdahulu. Karena para dewa mengajar manusia, maka
manusia tahu memintal benang. Berpakaian, dll.
Tersebutlah
Sang Hyang Kandyawan berputra lima orang.
Yang tertua bernama Mangukuhan, kemudian Sang Sandanggarbha, Sang
Katungmalaras, Sang Karung Kalah, dan Sang Wretikandayun. Ketika itu pula
datanglah burung kendaraan Bhatari Sri sebanyak empat ekor. Yakni titiran, kuteh, sugem, dara wulung
(merpati hitam). Burung-burung tersebut kemudian diburu oleh kelima anak
tersebut. Hinggap di pohon warwang, dibidik oleh Sang Wretikandayun. Mengenai blimbi
atau tembolok dari burung tersebut. Dari dalam tembolok titiran, tersebut
kemudian keluar biji beras putih. Tembolok merpati hitam keluar injin (biji
hitam), Sugem keluar biji merah, burung kuteh temboloknya keluar biji kuning
yang baunya wangi semerbak. Senang
hatinya kelima anak tersebut, dan biji yang berwarna kuning dan berbau harum
kemudian dimakan habis.
Sang
Mangukuhan menanam biji yang putih, hitam, dan merah. Inilah yang tumbuh
menjadi padi sampai sekarang. Adapaun biji yang kuning yang telah habis
dimakan, kemudian kulitnya yang tersisa ditanam, maka tumbuhlah menjadi kunyit.
Itulah sebabnya tidak ada biji beras kuning sampai sekarang.