Ketika orang – orang sedang giat bekerja, ketika pamong negeri sibuk menata kehidupan sosial ekonomi, ketika para panglima kesatrya negeri sedang getol membenahi alat pertahanan, ketika para seniman sedang bersukacita berkarya, ketika para atlet sedang berjuang merebut medali dan unjuk prestasi, ketika para mahasiswa dan pelajar konsentrasi belajar, ketika para teknokrat bergulat membenahi ketertinggalan infrastruktur, ketika para ekonom berjibaku menggenjot pertumbuhan ekonomi, …….
Tiba-tiba situasi diramaikan oleh kehadiran para penebar kebencian, tuduh sana tuduh sini, provokasi kanan kiri, bicaranya ngawur, ini tak boleh itu tak boleh, ini salah itu salah, ini harus bongkar itu harus dibongkar. Sepertinya tak ada yang benar di negeri ini. Konon atas dasar keimanan.
Ketentraman masyarakat terusik, masyarakat terbelah, keutuhan negeri terancam. Masyarakat yang “paras paros” (bersatu) kini jadi “poros porosan” (terbelah). Negeri ini sedang direpotkan oleh segerombolan “jelema punyah” yang sedang mabuk ideologi, mabuk keyakinan, mabuk kebenaran, mabuk surga. “Nyapa Kadi Aku” – maunya sendiri.
Para tetua Bali menyebut “Aduk Sere Aji Keteng” – ketentraman orang banyak dikacaukan oleh segelintir orang yang tak benar, tapi merasa diri paling benar.
Lebih mending “punyah tuak” daripada punyah di atas. Karena “tuak adalah nyawa” hahaha….. Ampura.
kanduksupatra.blogspot.com #AdukSereAjiKeteng #FilosofiBali #BudayaBali #KiBuyutDalu
No comments:
Post a Comment