Friday, January 23, 2015

Koalisi Alam Gaib Perjanjian Membawa Petaka

Pada bulan-bulan terakhir kemarin, kata koalisi hampir setiap menit ada yang menyebut di media televisi, pertemuan, ataupun dalam dialog resmi maupun tak resmi. Pasalnya masyarakat Indonesia sedang melakukan proses demokrasi yakni pemilihan presiden dan wakil presiden. Koalisi antara partai-partai pengusung pasangan calon telah membentuk dua kubu politik yang sangat riskan, dimana rakyat dibawa kepada dua kutub bagaikan membelah semangka. Jika terjadi gesekan, pastilah bangsa ini akan terpecah menjadi dua. Namun beruntung semua elemen masyarakat menyerukan pentingnya persatuan dan kesatuan, sehingga Indonesia terhindar dari krisis politik seperti yang terjadi di Negari Tailand.
Mohon maaf, tulisan ini bukan membahas mengenai politik internasional, namun  tertarik dengan penggunaan istilah koalisi itu sendiri. Kemarin lusa yang ngetren adalah koalisi bersyarat dan koalisi tanpa sayarat. Koalisi bersyarat penuh dengan tawar menawar, siapa mendapat apa, siapa menjadi apa, dan sebagainya. Artinya koalisi yang penuh pamrih. Sedangkan koalisi tanpa syarat lebih melihat tujuan bersama yang ingin dicapai. Sehingga proses tawar menawar bagi-bagi kekuasan tak begitu kental. Koalisi ini terasa lebih tulus, tak begitu pamrih.
Sekali lagi mohon maaf, tulisan ini pun tak akan membahas mengenai koalisi politik. Namun jauh sebelum dikenal istilah koalisi, masyarakat Indonesia telah melakukan koalisi yang  menembus batas-batas dunia nyata. Pihak yang berkoalisi berasal dari dua dunia yang berbeda yakni dunia sekala dan niskala. Manusia berkoalisi dengan mahluk gaib seperti wong samar, dedemit, memedi, gamang, ataupun roh-roh tertentu. Koalisi lintas dunia berbeda ini hakekatnya sama dengan koalisi yang dilakukan oleh partai-partai yakni bergabung bekerjasama untuk tujuan tertentu.
Bisa jadi koalisi manusia dengan alam gaib menyangkut bidang kekuasaan, politik, bidang keamanan, bidang ekonomi perdagangan, kesehatan, asmara, atau bidang-bidang lainnya. Koslaisi alam gaib inipun sifatnya bersayarat yakni adanya imbal balik pendapatan antara manusia dengan mahluk gaib yangh diajak koalisi. Apabila tujuan manusia di dunia terpenuhi, maka manusia wajib memberikan sesuatu kepada mahluk gaib tersebut. Bisa berupa persembahan materi, makanan, benda-benda berharga, bahkan sesembahan hidup berupa kurban yang kerap disebut dengan tumbal.
Di bidang kekuasaan, para punggawa negeri, para pejabat kerajaan, pejabat pemerintah banyak melakukan koalisi dengan dunia gaib untuk meraih kekuasaan, untuk mempertahankan kekuasaannya, dll. Banyak ritual, banyak sesaji, banyak sesembahan dilakukan. Semua itu pastilah dilakukan secara diam-diam dan tersembunyi alias operasi senyap.
Dalam beberapa proses pemilihan pernah terjadi pengerahan pasukan wong samar untuk terlibat dalam pemilihan di TPS. Caranya bagiamana? Wong samar diperintahkan oleh si pemimpin koalisi ini untuk memasuki setiap ruang TPS untuk mempengaruhi pikiran atau kejiwaan pemilih sesuai dengan keinginan sang bosnya. Si pemilih menjadi linglung sehingga lebih gampang untuk mengarahkan coblosannya. Namun tak semua pemilih bisa dipengaruhi seperti itu. Orang yang kuat batinnya tak bisa dipengaruhi, ia tak merasakan apa-apa dan tak akan linglung. Yang menjadi sasaran adalah mereka-mereka yang lemah imannya.
Kekuatan koalisi alam gaib juga digunakan untuk melakukan teror niskala terhadap lawan politik. Banyak politisi yang tiba-tiba sakit, banyak yang ketakutan, terkena sakit ngeb / diam, dan sebagainya. Semua ini adalah gejala-gejala dari adanya pengaruh teror dari koalisi alam gaib. Bahkan seorang caleg kemarin mengaku telah membangkitkan roh-roh kuburan / buta cuil di kuburan sebuah desa unuk mendukung dirinya secara niskala dalam pemilu. Namun beruntung saja para buta cuil itu tak ngrebeda (mengganggu) ketentraman masyarakat. Mungkin para buta cuil itu masih melihat kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
Dalam dunia ekonomi perdagangan pun demikian. Koalisi dengan dunia gaib digunakan untuk mengarahkan konsumen. Biasanya tampak sangat kontras dimana usaha sejenis akan sepi sedangkan di pihak koalisi ramai. Karena kekuatan niskala diperintahkan untuk menutup aura usaha pesaingnya sehingga kelihatan buram bahkan tak terlihat oleh konsumen. Atau apabila konsumen masuk ke usaha pesaing itu, maka akan merasa tak nyaman, tak enak dll. Sedangkan dalam usaha koalisi, para mahluk alam gaib akan menciptakan ilusi yang menyenangkan, nyaman, indah, ramah, dlll. yang membuat orang tertarik untuk dating bertransaksi. Ini hanyalah baru satu model, sebenarnya banyak model yang dipraktekkan dalam dunia perdagangan.
Dalam dunia kesehatan pun demikian. Kerapkali kesehatannya dipengaruhi oleh dunia gaib, banyak penyakit yang disebabkan oleh mahluk-mahluk di luar mahluk manussia. Bisa hal itu atas perintah orang pintar yang menggunaakan kekuatan gaib unttuk menyakiti seseorang, atau memang karena kehendak mahluk gaib itu sendiri. Di lain pihak, para dukun kerapkali menggunakan jasa dedemit atau mahkuk halus lainnya untuk membujuk temannya (mahluk gaib) agar keluar dari tubuh seseorang yang sakit.  
Koalisi alam gaib dalam bidang asmara juga tak kalah heboh. Dari sekian banyak praktek ini, sebagian diantaranya menggunakan jasa mahluk alam gaib untuk mencapai tujuan asmara. Biasanya meninggalkan sebuah gejala yang tidak normal secara logika dalam proses asmara tersebut. Dan banyak lagi !.
Ini merupakan contoh kecil bahwa praktek koalisi antara manusia dengan dunia gaib dilakukan secara massif dan terstruktur (meminjam istilah keren dalam dunia politik), sangat kental dan sangat terasa. Sudah tentunya praktek ini dilakukan dengan memanipulasi kodrat seseorang. Artinya si pelaku mencoba untuk tawar menawar dengan dunia gaib untuk membelokkan karma seseorang sesuai dengan tujuan. Memang hal tersebut ada yang berhasil dan ada yang tidak. Hal itu berhasil apabila karma seseorang sejalan keinginan pelaku. Namun upaya itu akan gagal apabila  karma seseorang tak mengarah ke situasi yang diinginkan pelaku. Dari sekian banyak operasi senyap tersebut, banyak pula berhasil serta banyak pula yang gagal. Kenapa?. Ini kembali ke faktor kejiwaan seseorang yang menjadi sasaran operasi senyap, serta faktor karma seseorang.
Koalisi dengan dunia gaib adalah koalisi bersyarat. Sebelum menandatangi nota kesepahaman dengan wong samar, tonye, dedmit, lelembut, gamang, dll, maka disepakati dulu persyaratannya. Si pemohon akan memberikan apa, si mahluk alam gaaib akan melakukan apa?. Semua itu disepakati ssebelelumnya dan tak tertulis, tetapi akan terncatat di alam semesta. Maka tak heran banyak hal yang dilakukan, banyak sesaji yang tak lazim dilakukan oleh sesorang yang menjalin kontak dengan dunia gaib. Upah ini untuk memberikan motivasi kepada mahluk alam gaib dalam menacapai tujuan.
Dalam prakteknya, tak semua pelaku koalisi setia menjalankan kesepakatan. Sama dengan koalisi polItik di dunia manusia. Ada peserta koalisi yang tak jujur, lalu mangingkari kesepakatan. Ada yang curang tak memenuhi kewajibannya. Karena semua sudah tercatat di alam semesta, maka kerapkali perjanjian-perjanjian ittu menjadi hutang niskala lalu menjadi momok dalam kehidupan manusia pada masa-masa berikutnya. Banyak gangguan, banyak godaan, banyak rintangan akibat tersangkut janji terdahulu. Lalu sering terjadi hal niskala yang tak masuk akal, sehingga memerlukan penebusan atau penauran. Dalam dunai spiritual bali ddisebut dengan saud munyi (janji keceplosan) atau bisa juga berupa sesangi yakni janji yang diucapkan sescara sadar. Kira-kira demikian awalnya.
Semua yang diungkapkan di atas adalah praktek yang dilakukan di luar kelaziman. Semua itu dilakukaan mencoba untuk memanipulasi karma seseorang. Semua prakteek itu akan ada sebab akibatnya, karena dilakukan atas dasar pamrih. Artinya bahwa para pelaku koalisi alam gaib telah mengikat dirinya dengan perjanjian tertentu, yang membuat diri akan sulit di masa mendatang. Oleh sebab itu, perlu penguatan jiwa, penguatan iman, serta menjalani ritual-ritual sesuai dengan sastra agama yang tujuannya untuk memuliakan leluhur dan memuja kebesaran Betara Betari, Dewa Dewi, Ida Sanghyang Widhi Wasa. Sedangkaan ritual untuk alam gaib / gumatap gumiti adalah untuk penghormatan serta pengharmonisan alam semesta. Hanya sebatas itu. (Taksu/Ki Buyut Dalu)

No comments:

Post a Comment