Dunia leak memang ada-ada saja. Keberadaannya memang
sangat msiterius, semuanya serba rahasia, gelap dan diam-diam. Itulah konon kabarnya.
Pada suatu malam I Nyoman Maluanrauh, I Ketut Sedengmedekes
beserta I Made Dorinanteka berencana ngintip jangkrik. Ia tak tahu kalau malam
itu malam pemapag kajeng kliwon.
Menurut orang, pada malam itu adalah malam yang tenget. Karena tak tahu, maka
tak sedikit pun terbersit pikiran yang bukan-bukan. Sampai akhirnya ia sampai
di suatu areal persawahan di pinggir desanya. Mereka belum memulai ngintip
jangkrik. Mereka cuma persiapan saja, namun suasana di tempat tersebut sangat
sepi dan sudah gelap. Karena ia berangkat sekitar jam setengah sembilan dan di
tempat tersebut sudah jam setengah sepuluh malam. Suasana malam dan
mencekam tersebut tak menyurutkan minatnya untuk ngintip jangkrik. Karena
harapannya, kalau mencari jangkrik di tempat yang jauh dan pada tengah malam,
maka ia akan mendapatkan jangkrik yang besar- besar dan kuat-kuat, dengan
harapan pada tajen jangkrik nantinya
ia akan menang, dapat uang banyak. Demikian harapannnya.
Di tempat tersebut tumbuh sebuah pohon kresek yang
besar di pinggir sungai, dimana bangsingnya terurai sampai ke tanah,
menambah angker tempat itu. Banyak orang tak berani datang ke tempat
tersebut pada malam hari, bahkan siang hari. Nah
kini giliran I Ketut dan teman-temannya mencari jangkrik di sana. Namun sebelum
sampai ngintip jangkrik, tiba-tiba dari arah timur datang sekumpulan cahaya
sepertinya nyala obor. Ia mengira awalnya itu orang-orang banyak yang datang
ngintip jangkrik. Namun setelah mendekat, kok mereka tak melihat sesosok
manusia yang datang, hanya kelebatan api saja yang datang dan menuju pohon kresek. Mereka yang berada beberapa
puluh meter dari tempat tersebut segera tiarap dan sembunyi di
bawah pohon pandan.
I Ketut Sedengmedekes ingat dengan pesan dari
orang-orang, kalau ingin melihat siapa yang ada di balik api itu, maka ia harus
telanjang bulat alias melalung. Dari
sana baru akan kelihatan siapa saja orangnya.
Mereka membuka pakian dan celana bersamaan, melalung bersama sambil mematikan api obornya, mendekat ke rimbunan
pohon pandan yang ada di sana. Akhirnya memang benar, apa yang dikatakan
orang-orang. Mereka melihat sekumpulan manusia yang sedang menari-nari di bawah
pohon kresek tempat api tersebut
ngumpul, sambil membawa sarana-sarana tertentu dan membawa dupa.
Namun alangkah terkejutnya mereka, sebab dari
wajah-wajah yang tadinya samar-samar, lama lama makin jelas, dimana mereka melihat sosok-sosok yang sebagian
besar mereka kenal. Para liak itu melenggang-lenggang ke sana kemari, kegirangan,
karena mereka telah nadi. Mungkin
mereka tak menyangka kalau aktivitas mereka sedang ada yang menonton. Dan
malahan yang nonton tersebut adalah saudaranya sendiri.
I Nyoman Maluanrauh beserta teman-temannya, tetap
tiarap tanpa menghiraukan suasana di sampingnya. Sampai kira-kira sekitar dua
jam mereka asik menonton leak ngigel,
bahkan anak-anak itu semakin malam semakin asik menonton. Sampai akhirnya suatu
saat leak tersebut kembali bergerombol terbang ke tengah sawah dan akhirnya
berpencar. Mungkin mereka sudah selesai menjalankan ritual tariannya, untuk
kemudian bubaran dan sampai jumpa besok pagi. Mungkin begitu salam perpisahan
para leak api itu.
I Made Dorinanteka dan teman-temannya yang masih
melalung, segera terbangun dan memakai kembali pakaian mereka. Mereka dengan
takut-takut berani pada malam hari itu, mereka pun memutuskan untuk tak
melanjutkan ngintip jangkrik, sebab mereka sudah dapat ngintip leak. Mereka
pulang bersama dengan perasaan takut-takut berani. Mereka menuju rumah
masing-masing, sampai akhirnya mereka terbangun pada pagi hari.
Pada pagi yang cerah itu, ada sesuatu yang tak enak dalam diri I Ketut
Maluanrauh. Pada bagian butuh-nya
(kemaluan) ia merasakan ada yang tak beres, dan setelah dilihatnya ternyata butuh-nya besar sekali, alias beseh (bengkak). Nah mulailah ia
ketakutan dan kawatir karena kemarin malam menyaksikan banyak leak menari. Ia
kawatir jangan-jangan butuh-nya telah
dimakan leak. Ia kemudian datang ke rumah termannya yang lain yang diajak
ngintip dan menyampaikan masalahnya. Mereka pun menjadi semakin panik, pikirannya bukan-bukan. Mereka mencoba untuk nunas tamba di tempat
balian sakti yang ada di luar desanya.
Namun sebelum berangkat, mereka bertemu dengan I Kadek
Srantangsrenteng, kakak I Ketut. Ia seorang perawat kesehatan. Ia melihat I
Ketut sedikit mengerang dan raut mukanya kurang sehat. Ia mencoba untuk mencari
tahu ada apa dengan adiknya. Adiknya mencoba untuk berterus terang kepadanya
dan menyatakan dirinya bahwa butuh-nya
bengkak. Karena ngintip leak kemarin malam. Jangan-jangan ia terkena imbas
leak. Sambil ia menceritakan ngintip leak dengan cara melalung.
Sebelum berangkat, I Kadek mencoba memeriksa adiknya
di rumah menggunakan lampu senter. Dilihatnya kelamin I Ketut dengan seksama. I Kadek tersenyum, yang membuat I Ketut
bertanya-tanya. Ternyata I Kadek menemukan dua buah kepala semut gatal di
kemaluan I Ketut yang beseh itu.
Jelaslah semut ini yang mengigit kemaluannya kemarin hingga bengkak. Ini bukan
karena dimakan leak, tapi dimakan semut. Mendengar semua itu mereka menjadi
ngakak, seperti tertawa leak, karena dugaan mereka salah.
I Nyoman berpikir “mungkin karena saking asiknya
nonton leak ngigel (menari), sampai-sampai ada “leak semut” menyusup dan mengigit tak terasa.
Ha-ha….. Ada-ada saja….
Mereka tak jadi ke balian, kelamin mereka hanya
diolesi minyak kelapa, dan sore hari itu juga kelaminnya yang bengkak sudah
kembali kempes. Ha…ha…..
No comments:
Post a Comment