Kisah unik
dialami oleh seorang pemuda bernama I Wayan Bronges. Penampilannya memang
yahuudd…, gaul, semangat hidup tinggi, gairah tinggi, dan agresif. Pokoknya
setiap sore ia keluar rumah entah itu keliling kota, menonton hiburan, atau
kunjungi pacar, dengan kendaraan trail kesayangannya. Trail bawaannya memang
cocok dengan gayanya yang sedikit urakan, kocak, namun baik hati.
Suatu malam
minggu, dengan semangat tinggi ditambah kecretan minyak wangi, menambah gairah
asamaranya. Sore menjelang malam ia pergi ke rumah pacaranya di bilangan Sanur
dengan motor trailnya yang tinggi, tanpa reting. Ia pakai jaket kulit, dengan
saputangan terlilit di leher. Pokoknya hari itu ia keren sekali. Sesampainya di
rumah sang idola, ia disambut senyum merekah membuai hati. I Bronges bergegas
mohon diri kehadapan orang tua si perempuan. Mereka berdua keluar rumah, entah
kemana. Tiba-tiba saja di jalan ia ingin membawa gadis pujaannya menuju ke
kawasan Renon yang masih sepi di sekitar perkantoran. Sampailah ia di sebuah kantor,
di sana ada perempatan yang agak sepi, ada tempat duduk yang bagus, di bawah
pohon suar yang besar dan rimbun. Mereka asik memadu asmara, entah apa lagi
lanjutannya dalam malam yang sepi.
Singkat cerita,
tanpa disadari sampailah mereka tengah malam sekitar pukul sebelas malam. Ia
bergegas pulang. Ketika itu hujan mulai rintik-rintik jatuh menerpa kepala dan
terasa dingin. I Bronges mencoba menghidupkan trailnya yang sedari tadi menjadi
saksi bisu terhadap kisah percintaan mereka berdua. Setelah sekian kali
distarter, ternyata motornya tak mau hidup sama sekali. Padahal tadi paginya ia
sudah menservis sepeda motor
trailnya, dengan harapan tak ada gangguan ketika apel nanti.
Sampai peluh pidit (berkeringat) ia
menghidupkan motornya, namun tak hidup-hidup. Ia lalu sadar bahwa ia telah
melakukan sesuatu yang tak pantas di tempat itu, apalagi di bawah pohon suar
yang besar. Pikirannya sudah melayang ke arah mistik “Jangan-jangan ada yang
menunggu tempat ini, jangan-jangan saya diganggu oleh penunggu di sini.
Jangan-jangan motor ini ada yang menyumbat”
Ia teringat
dengan cerita teman-temannya yang jail. Ia kemudian membalikan badannya kea rah
pacarnya. Ia membuka sedikit sabuk dan resleting celananya, yang membuat
pacarnya kaget, dan bilang jangan-jangan. Dikiranya ia membuka celana untuk
mengagahi dirinya yang sampai saat ini masih suci.
Ternyata I
Bronges mencabut beberapa helai bulun
butuh (maaf: bulu burung) sambil mengerang sedikit kesakitan dengan mata
terpejam. Bulu tersebut ia taburklan di atas motor dengan perkataan jangan
mengganggu. Pacarnya tak mengerti dengan apa yang dilakukan oleh I Bronges. Ia
kembali menstater, dan sekali starter langsung hidup.
Lega hati I
Bronges dengan resep “bulu burung hantu” tersebut ia mampu mengusir mahluk
malam yang mengganggu. Ia segera pulang menghantar pacarnya. Sambil pulang ia
berpikir. Ia tak percaya dengan apa yang ia lakukan tadi. Masak sih “bulu
burung hantu” menyebabkan mahluk halus bisa lari. Apakah mereka takut dengan
bulu, ataukah mereka geli dengan bulu-bulu yang dicabut tersebut, ataukah
mereka jijik dengan bau celana dan bau dari bulu itu. Entahlah, ia pun tak
tahu, yang jelas itu hanyalah cerita temannya yang ia coba-coba dalam situasi
terjepit. Eh ternyata memang mujarab.
I Bronges malam
itu langsung pulang sambil terheran-heran, dan sedikit geli. Iiiiihhhhh nakaaalll.
Diceritakan oleh
I Made Setiawan, Semawang, Sanur.
No comments:
Post a Comment