Dikisahkan Betara Guru memiliki
putra bernama Naga Besuki, tinggal bersama di Gunung Semeru. Pada suatu pagi
Naga Besuki menghadap ayahnya. Betara Guru berkata “wahai anakku, kenapa tumben
pagi-pagi datang ke mari?
Naga Besuki berkata “ayah, anaknda
ingin sekali bertemu dengan saudara-saudara yang ada di Bali yakni Betara Geni
Jaya yang berstana di Gunung Lempuyang, Betara Mahadewa di Gunung Agung, Betara
Hyang Tumuwuh di Batukaru, Betara Manik Umang di Gunung Beratan dan Betara Hyang
Tugu di Gunung Andakasa. Anaknda sangat rindu bertemu dengan suadara di Bali.
Itulah sebabnya anaknda mohon ijin untuk pergi ke Bali”
Betara Guru berkata “anakku sayang,
kalau boleh janganlah anaknda pergi ke Bali untuk mencari saudaramu. Sebab
pulau Bali itu sangat jauh dari sini. Bila anaknda ke sana maka sudah tentu
akan menyeberang laut. Selain itu keempat sudaramu berstana berjauhan satu sama
lain dan dibatasi oleh hutan belantara yang berbahaya. Ayah yakin engkau akan
menemui kesulitan dalam perjalanan. Dan seandainya engkau ke sana, maka siapa
yang akan ayah ajak untuk menjaga Gunung Semeru”
Naga Besuki berkata lagi “kalau
demikian ayahnda berarti melarang anaknda ke Bali dan ayahnda meragukan
kesaktianku. Tadi ayah mengatakan bahwa pulau Bali dibatasi laut. Kalau hanya
laut, maka gampang bagiku untuk mengatasinya. Demikian juga ayah mengatakan
tempat saudaraku berjauhan satu sama lainnya dibatasi hutan. Seberapa besarkah
pulau Bali itu? Demikian Naga Besuki berkata dan meremehkan perjalanan menuju
ke Bali
“Jangan meremehkan pulau Bali.
Jangan dianggap pulau Bali sebesar telur. Naga Besuki, kalau demikian maumu
ayah tak lagi akan melarangmu. Pergilah ke pulau Bali” Demikian Betara Guru.
Naga Besuki dengan gembiranya mohon
pamit untuk pergi ke pulau Bali. Naga Besuki berangkat dari Semeru menuju
Blambangan. Dalam perjalanan, segala yang dilewati menjadi rusak dan banyak
pohon yang tumbang, karena Naga Besuki amatlah besar dan panjang. Demikian juga
dengan binatang hutan semua berlarian.
Tak lama dalam perjalanan sampailah
Naga Besuki di Blambangan. Naga Besuki naik ke atas gunung di Blambangan untuk
melihat pulau Bali. Oleh karena dari kejauhan, maka pulau Bali kelihatan sangat
kecil. Kemudian Naga Besuki berkata dalam hati “ternyata aku telah dibohongi
oleh ayah. Sudah nampak pulau Bali sebesar telur. Ayah tak percaya dengan
kemampuanku”
Apa yang dikatakan oleh Naga Besuki
telah diketahui oleh Betara Guru dan beliau mengikuti perjalanan Naga Besuki,
namun beliau tak tampak. Tiba-tia kemudian Betara Guru menampakkan diri di
depan Naga Besuki dan berkata “Hai Naga Besuki, karena engkau telah meremehkan
pulau Bali dan mengatakan sebesar telur maka sekarang buktikanlah. Dari sini
kelihatan sebuah puncak gunung, gunung itu bernama Gunung Simanunggal. Dapatkah
engkau menelan puncak gunung tersebut? Kalau engkau bisa maka ayah yakin dengan
kesaktianmu”
Naga Besuki berkata “baiklah ayah.
Kalau demikian perintah ayah, maka anaknda akan menelan puncak gunung
Simanunggal. Bahkan kalau ayah mengijinkan maka anaknda akan menelan pulau Bali
sekaligus”
Naga Besuki bersiap-siap untuk
menelan pulau Bali. Dari mata Naga Besuki memancar sinar terang memandang tajam
Gunung Simanunggal. Tampak Naga Besuki bagaikan seekor burung Garuda raksasa
yang sedang menyambar puncak gunung Simanunggal. Tapi sayang, jangankan menelan
semuanya, menelan puncak Gunung Simanunggal saja tak bisa. Naga Besuki lalu mengelapar-gelepar sambil
membelah puncak gunung Simanunggal, yang menyebabkan puncak Gunung bagian
selatan terlempar. Naga Besuki mencoba sekuat tenaga dan berulang-ulang untuk
dapat menelan puncak Gunung Simanunggal, namun tak berhasil. Hal tersebut
diketahui oleh Betara Guru.
Betara Guru berkata “Naga Besuki,
masihkah engkau ingin melanjutkan kehendakmu?
Naga Besuki berkata “Anaknda mohon ampun atas
keangkuhan anaknda. Anaknda telah menganggap enteng dan meremehkan pulau Bali.
Sekarang silahkan ayahnda menghukum anaknda atas keangkuhan ini”
Betara Guru bersabda “anakku Naga
Besuki, mulai saat ini ayah mengingatkanmu mulai sekarang jangan lagi
meremehkan pulau Bali. Agar engkau mengetahui saja bahwa Bali artinya Sakti.
Oleh karena itu, mulai saat ini ayahnda perintahkan kepadamu agar tinggal di gunung
Simanunggal, bersama dengan sudara-saudaramu menjaga pulau. Runtuhnya puncak
Gunung Simanunggal bagian selatan adalah atas perbuatanmu, maka dari itu engkau
harus menjaganya agar tak runtuh lagi”
Demikian sabda Betara Guru kepada
Naga Besuki. Dan mulia saat itu Naga Besuki sangat taat kehadapan titah Hyang
Betara Guru. Dan semenjak Naga Besuki berstana di Gunung Simanunggal, maka
sangat jarang terjadi gempa, banjir, dan angin ribut di Bali.
(kanduk supatra / ki buyut dalu) #OriginalArtikelByKanduk
No comments:
Post a Comment