Upacara ngangkid
pada prinsipnya adalah upacara penebusan. Yakni penebusan hutang-hutang pada
kehidupan terdahulu, khususnya hutang dari mereka yang mantuk mepewayangan atau
yang bereinkarnasi. Disebut ngangkid, karena setelah menghaturkan penebusan,
lalu sang dumadi mengambil / mengangkat (disebut ngangkid) sebuah benda (batu /
kayu) dari dasar pantai atau sungai), sebagai simbol dari mengangkat semua
karmawasana baik dari sang atma manumadi. Kemudian melepas jukung adalah simbol
dari melepas semua karmawasana buruk dari sang dumadi.
Dari semua proses penebusan dan
pengangkatan serta pelepasan ini, maka terjadi penyatuan yang sempurna antara
raga atau badan kasar dengan atma sang dumadi. Proses penyatuan inilah yang
disebut dengan mesakapan. Karena tempatnya di pasih atau di sumber air, maka
disebut dengan mesakapan ke pasih.
Kenapa di pasih? Ini terkait
dengan proses kehidupan terdahulu berakhir di laut yakni ketika upacara ngaben
atau memukur, semua berakhir di pasih atau laut. Sehingga untuk proses memulai
atau penjemputan pun dilakukan di pasih.
Dengan penyatuan yang sempurna
ini, diharapkan mereka yang melangsungkan upacara mesakapan ke pasih terbebas
dari ikatan / beban / hutang-hutang kehidupan masa lalu yang kerapkali
mempengaruhi kehidupan saat ini. Sebab sering anak-anak atau sang mantuk
mepewayanagn menjadi memiut, atau berlaku tak wajar, bandel, atau kerapkali
berlaku hal-hal yang di luar nalar kita. Artinya tujuan akhir dari upacara ini
adalah terjadinya keharmonisan kehidupan lahir batin sang mantuk mepewayangan
dalam menjalankan kehidupan di dunia sesuai dengan karmanya.
Intinya, mesakapan ke pasih
adalah penebus hutang panumadian, untuk keharmonisan kehidupan.
Catatan: upacara ini sejatinya merupakan rangkaian acara pawetuan atau otonan. Sejatinya semua orang sudah melakukan ritual ini pada saat otonan pertama yakni dilakukan di kali dan membawa banten ke pasih. Namun dalam kondisi tertentu di rumah tangga, upacara ini dilakukan lagi secara khusus dalam keluarga besar. Dan dalam perjalanan waktu, beberapa keluarga di gumi badung (Kota Denpasar dan Kabupaten Badung) mentradisikan upacara ini dalam keluarganya. Sehingga upacara mesakapan ke pasih ini kelihatannya cuman ada di Denpasar dan Badung.
Catatan: upacara ini sejatinya merupakan rangkaian acara pawetuan atau otonan. Sejatinya semua orang sudah melakukan ritual ini pada saat otonan pertama yakni dilakukan di kali dan membawa banten ke pasih. Namun dalam kondisi tertentu di rumah tangga, upacara ini dilakukan lagi secara khusus dalam keluarga besar. Dan dalam perjalanan waktu, beberapa keluarga di gumi badung (Kota Denpasar dan Kabupaten Badung) mentradisikan upacara ini dalam keluarganya. Sehingga upacara mesakapan ke pasih ini kelihatannya cuman ada di Denpasar dan Badung.
Tulisan puniki kadi nasikin segara. Kirang langkung ampura. Kanduk Supatra
Becik pisan puniki untuk pencerahan umat hindu.
ReplyDelete