Tersebutlah seorang pemuda desa yang
sedang menginjak dewasa bernama I Made Ingkel Wong Kalagotong, dipanggil De
Lagot. Penampilanya yang sedikit urakan, bergaya trendy dengan lagak bicaranya
bagikan ABG di kota Megapolitan. Rambut disemir merah, dengan sisiran bergaya
punk, tampak bagaikan tonye di empelan. Baju bermerek terkenal,
celana sengaja dirobek-robek sedikit, diselipi rantai anjing di kantong celana
berjingkrak-jingkrak mendengarkan musik barat, seperti bojog ngamah lunak.
Belum lagi setiap hari, pagi sore, siang malam ia gruang-grueng di rurunge
atau di jalan dengan sepeda motornya dipreteli, dengan knalpot mebedel.
Sehingga suaranya membuat anjing tetangga bangun kepupungan, dan
sapi-sapi berlarian. Belum lagi ia masuk dari satu warung ke warung yang lain
dengan batang rokok yang tidak pernah absen terselip diantara jari tangannya.
Bibir dan isit (gusi)nya
yang hitam hangus karena rokok, ditambah kesukaannya minum arak atau tuak
sampai mabuk. Dan ketika mabuk, maka tak lain yang dilakukannya adalah ngundang
leak di pempatan desa.
Begitulah De Lagot, memang dikenal sebagai seorang
pemuda yang suka pamer kekayaan ataupun kelebihan yang dimiliki. Mungkin boleh
dikata De Lagot tergolong pemuda sombong. Dia kurang mendapat simpati dari
teman-teman di kampungnya. Di mata para gadis desa tersebut De Lagot dikenal
sebagai seorang play boy cap kambing kampung yang suka mempermainkan
wanita di desanya. Sehingga banyak para orang tua yang mengingatkan anak
gadisnya untuk berhati-hati dengan De Lagot yang urakan tersebut.
Pada suatu ketika De Lagot yang tampil
penuh percaya diri alias pede, sedang kesemsem dengan seorang
gadis di desanya yang bernama Ni Luh Putu Jegeg Ayunulus Srigati Munggah,
dipanggil Putu Srinulus. De Lagot pun rajin menyanggongi rumah Ni Luh Putu
Srinulus, dan senantiasa ngobrol-ngobrol di depan rumah Putu Srinulus. Sesekali
kemudian ia singgah ke rumah Luh Putu dengan berbagai alasan untuk dapat
bertemu dan ngobrol dengan Ni Luh Putu. Ni Luh Putu Srinulus pun dapat
menangkap apa maksud dan kehendak dari De Lagot. Bahkan orang tua Putu Srnulus
yakni I Wayan Ketog dan ibunya Ni Luh Semprong mewanti-wanti kepada Ni Luh Putu
agar hati-hati dan mempertimbangkan pendekatan yang dilakukan oleh De Lagot.
Sehingga Ni Luh Putu dan keluarganya sedikit acuh dengan kehadiran De Lagot di
rumahnya. Walaupun De Lagot menyatakan keseriusanya kepada Ni Luh Putu Jegeg
Ayunulus Srigati Munggah, namun tetap meragukan kerseriusan hati De Lagot. De Lagot
kemudian merasakan ada keraguan dari Ni Luh Putu Srinulus, dan adanya
ketidakterimaan dari orang tua Ni Luh Putu.
Menyadari hal tersebut I Made Ingkel Wong Kalagotong
merasa tidak dihargai oleh Ni Luh Putu Ayunulus dan keluarganya, sehingga dalam
dirinya muncul perasaan jengah. Ia bertekad untuk mendapatkan dan
mempersunting Ni Luh Putu. De Lagot putar otak mencari jalan keluar untuk
mewujudkan keinginannya. Sambil bengong De Lagot mendapatkan jalan untuk
menempuh jalan pintas. Ia memutuskan pergi ke rumah jero balian sakti untuk
mendapatkan pengasih-asih atau guna-guna.
Diceritakan kemudian De
Lagot pergi sendirian ke sebuah pondok yang jauh dari desanya. Pondok sang jero
balian berada di sisin grembeng atau di pinggir kali yang ditumbuhi
pohon besar, dan terkesan angker. De Lagot yang jengah tak menghiraukan
sekitarnya. Dalam benaknya hanya satu, agar dapat sarana untuk menundukkan hati
Ni Luh Putu Jegeg Ayunulus Srigati Munggah. Setelah berkonsultasi sebentar,
kemudian apa yang dibutuhkan De Lagot telah didapat. Namun kali ini bukan lengis
colek yang ia dapat, tetapi ia diberi sesabukan, yang berkasiat agar
De Lagot selalu kelihatan tampan, dan hati orang tua si perempuan akan tunduk
dan kagum dengan De Lagot. Begitu kata sang balian.
Setelah mendapatkan sesabukan dari Jro
Balian, dengan penuh percaya diri De Lagot bertandang ke rumah Ni Luh Jegeg
Ayunulus Srigati Munggah. Ia pun berjalan menelusuri tegalan dengan pepohonan
yang besar, dan didekat rumah Ni Luh Putu terdapat sebuah sungai yang cukup
lebar. Dan untuk mencapai rumahnya, maka harus menyeberangi titi (jembatan
kecil) yang terbuat dari kayu besar. Ketika melewati tukad tersebut, De Lagot
melihat sebuah benda hitam bulat bulat mengambang di empelan tukad (bendungan kali) tersebut. Ia mendekati, dan terlihat
olehnya sebuah nangka sedang masak, besar dengan bau yang enak dan manis. Ia
berpikir, nangka ini pasti sangat enak kalau dimakan. Dan ia memutuskan
sementara untuk meninggalkan buah nangka tersebut dengan harapan, nanti setelah
datang dari rumah Ni Luh Putu, ia akan mengambil nagka tersebut.
Sampailah akhirnya De Lagot di rumah Ni Luh Putu,
dimana didapatinya Ni Luh Putu sedang majejahitan. De Lagot dengan percaya diri
ngobrol, namun orang tuanya tidak ada di rumah. Ni Luh Putu menemaninya dengan
ramah. Dengan keramahannya tersebut, De Lagot menilai bahwa Ni Luh Putu Srinulus
telah terkena pengaruh pengasih-asih sabuk yang dipakainya itu. Padahal
sejatinya tidak demikian. Ni Luh Putu memang orang yang baik hati dan tidak mau
menyakiti hati orang lain. Tetapi De Lagot saja yang salah tanggap alia GeEr.
Sampai akhirnya De Lagot minta pamit pulang. Di jalan
ia kembali ingat dengan buah nangka di kali yang dilihatnya tadi. Dan ternyata
nangka tersebut masih ada di sana. Ia berpikir, kenapa tidak ada yang mengambil
buah nangka yang enak ini. Ia kemudian bergegas mengambil buah nangka tersebut,
dan sedikit menutupnya dengan menggunakan daun pisang. Ia merasakan baunya
sangat enak, dan ia akan membagikannya kepada semua orang di rumahnya. Ia pun
kemudian membawa buah nangka tersebut. Orang-orang kampung melihat De Lagot
membawa seekor bangkai anjing yang sudah bengkak, busuk dengan bau yang sangat
tidak enak. Orang-orang yang melihat menjadi muntah-muntah. Tetapi bagi De
Lagot, orang yang muntah tadi dilihatnya meneteskan air liur sebagai tanda
sangat ingin dengan buah nangka yang dibawanya. Ia pun dengan gembira membawa
nangka kesukaannya tersebut.
Orang-orang di jalan menjadi heran melihat tingkah De
Lagot. Sampai di rumahnya, kemudian Made Kalagotong memanggil bapak dan ibunya,
dan juga adiknya. Ia membawa nangka manis dalam pikirannya. Tetapi orang tua
dan keluarganya sangat terkejut melihat De Lagot tergopoh-gopoh membawa seekor
bangkai anjing bengkak dan busuk. Semua berlarian dan berteriak De Lagot
jelema buduh. Kejadian tersebut dilihat oleh jero klian yang
kebetulan mengerti masalah begituan. Jero klian memperkirakan bahwa De Lagot
sedang kerasukan pengaruh ilmu hitam. Mungkin ia mengenakan atau memakai jimat
atau sesabukan. Kemudian dipanggil orang tua dan tetangganya untuk
memegang De Lagot agar ditelanjangi, kemudian dimandikan dengan air. Dan benar,
bahwa di pinggang De Lagot terdapat sesabukan dengan berbagai bebuntilan.
Made Ingkel Wong Kalagotong kemudian diberitahukan dan diperlihatkan bangkai
anjing yang dibawanya tadi. Ia langsung tutup hidung dan muntah-muntah, lalu
menjauhi bangkai anjing tersebut.
Jero klian kemudian secara diam-diam membisiki Made
Lagot, “ini adalah sabuk pengeliakan yang kamu pakai. Sehingga semuanya kamu
lihat terbalik. Semua yang bengu kamu rasakan harum dan enak. Semua yang
baik kamu lihat jelek, dan yang jelek kamu katakan baik. Itulah pengaruh dari
ilmu hitam dari sesabukan yang kamu pakai ini”.
Mendengar perkataan jero klian tersebut De Lagot menjadi
teringat dan merasa salah mencari pengasih-asih. Maksud hati untuk mendapatkan
Ni Luh Putu Jegeg Ayunulus Srigati Munggah, justru bangkai anjing busuk yang
didapat. I Made Ingkel Wong Kala Gotong jadi malu.
Ampura, (Ki Buyut Dalu)
No comments:
Post a Comment