Thursday, December 3, 2015

Mencari Guna-guna, Diberi Sabuk Pengleakan



         

          Tersebutlah seorang pemuda desa yang sedang menginjak dewasa bernama I Made Ingkel Wong Kalagotong, dipanggil De Lagot. Penampilanya yang sedikit urakan, bergaya trendy dengan lagak bicaranya bagikan ABG di kota Megapolitan. Rambut disemir merah, dengan sisiran bergaya punk, tampak bagaikan tonye di empelan. Baju bermerek terkenal, celana sengaja dirobek-robek sedikit, diselipi rantai anjing di kantong celana berjingkrak-jingkrak mendengarkan musik barat, seperti bojog ngamah lunak. Belum lagi setiap hari, pagi sore, siang malam ia gruang-grueng di rurunge atau di jalan dengan sepeda motornya dipreteli, dengan knalpot mebedel. Sehingga suaranya membuat anjing tetangga bangun kepupungan, dan sapi-sapi berlarian. Belum lagi ia masuk dari satu warung ke warung yang lain dengan batang rokok yang tidak pernah absen terselip diantara jari tangannya. Bibir dan isit (gusi)nya yang hitam hangus karena rokok, ditambah kesukaannya minum arak atau tuak sampai mabuk. Dan ketika mabuk, maka tak lain yang dilakukannya adalah ngundang leak di pempatan desa.
Begitulah De Lagot, memang dikenal sebagai seorang pemuda yang suka pamer kekayaan ataupun kelebihan yang dimiliki. Mungkin boleh dikata De Lagot tergolong pemuda sombong. Dia kurang mendapat simpati dari teman-teman di kampungnya. Di mata para gadis desa tersebut De Lagot dikenal sebagai seorang play boy cap kambing kampung yang suka mempermainkan wanita di desanya. Sehingga banyak para orang tua yang mengingatkan anak gadisnya untuk berhati-hati dengan De Lagot yang urakan tersebut.
          Pada suatu ketika De Lagot yang tampil penuh percaya diri alias pede, sedang kesemsem dengan seorang gadis di desanya yang bernama Ni Luh Putu Jegeg Ayunulus Srigati Munggah, dipanggil Putu Srinulus. De Lagot pun rajin menyanggongi rumah Ni Luh Putu Srinulus, dan senantiasa ngobrol-ngobrol di depan rumah Putu Srinulus. Sesekali kemudian ia singgah ke rumah Luh Putu dengan berbagai alasan untuk dapat bertemu dan ngobrol dengan Ni Luh Putu. Ni Luh Putu Srinulus pun dapat menangkap apa maksud dan kehendak dari De Lagot. Bahkan orang tua Putu Srnulus yakni I Wayan Ketog dan ibunya Ni Luh Semprong mewanti-wanti kepada Ni Luh Putu agar hati-hati dan mempertimbangkan pendekatan yang dilakukan oleh De Lagot. Sehingga Ni Luh Putu dan keluarganya sedikit acuh dengan kehadiran De Lagot di rumahnya. Walaupun De Lagot menyatakan keseriusanya kepada Ni Luh Putu Jegeg Ayunulus Srigati Munggah, namun tetap meragukan kerseriusan hati De Lagot. De Lagot kemudian merasakan ada keraguan dari Ni Luh Putu Srinulus, dan adanya ketidakterimaan dari orang tua Ni Luh Putu.
Menyadari hal tersebut I Made Ingkel Wong Kalagotong merasa tidak dihargai oleh Ni Luh Putu Ayunulus dan keluarganya, sehingga dalam dirinya muncul perasaan jengah. Ia bertekad untuk mendapatkan dan mempersunting Ni Luh Putu. De Lagot putar otak mencari jalan keluar untuk mewujudkan keinginannya. Sambil bengong De Lagot mendapatkan jalan untuk menempuh jalan pintas. Ia memutuskan pergi ke rumah jero balian sakti untuk mendapatkan pengasih-asih atau guna-guna.
Diceritakan kemudian De Lagot pergi sendirian ke sebuah pondok yang jauh dari desanya. Pondok sang jero balian berada di sisin grembeng atau di pinggir kali yang ditumbuhi pohon besar, dan terkesan angker. De Lagot yang jengah tak menghiraukan sekitarnya. Dalam benaknya hanya satu, agar dapat sarana untuk menundukkan hati Ni Luh Putu Jegeg Ayunulus Srigati Munggah. Setelah berkonsultasi sebentar, kemudian apa yang dibutuhkan De Lagot telah didapat. Namun kali ini bukan lengis colek yang ia dapat, tetapi ia diberi sesabukan, yang berkasiat agar De Lagot selalu kelihatan tampan, dan hati orang tua si perempuan akan tunduk dan kagum dengan De Lagot. Begitu kata sang balian.
          Setelah mendapatkan sesabukan dari Jro Balian, dengan penuh percaya diri De Lagot bertandang ke rumah Ni Luh Jegeg Ayunulus Srigati Munggah. Ia pun berjalan menelusuri tegalan dengan pepohonan yang besar, dan didekat rumah Ni Luh Putu terdapat sebuah sungai yang cukup lebar. Dan untuk mencapai rumahnya, maka harus menyeberangi titi (jembatan kecil) yang terbuat dari kayu besar. Ketika melewati tukad tersebut, De Lagot melihat sebuah benda hitam bulat bulat mengambang di empelan tukad (bendungan kali) tersebut. Ia mendekati, dan terlihat olehnya sebuah nangka sedang masak, besar dengan bau yang enak dan manis. Ia berpikir, nangka ini pasti sangat enak kalau dimakan. Dan ia memutuskan sementara untuk meninggalkan buah nangka tersebut dengan harapan, nanti setelah datang dari rumah Ni Luh Putu, ia akan mengambil nagka tersebut.
Sampailah akhirnya De Lagot di rumah Ni Luh Putu, dimana didapatinya Ni Luh Putu sedang majejahitan. De Lagot dengan percaya diri ngobrol, namun orang tuanya tidak ada di rumah. Ni Luh Putu menemaninya dengan ramah. Dengan keramahannya tersebut, De Lagot menilai bahwa Ni Luh Putu Srinulus telah terkena pengaruh pengasih-asih sabuk yang dipakainya itu. Padahal sejatinya tidak demikian. Ni Luh Putu memang orang yang baik hati dan tidak mau menyakiti hati orang lain. Tetapi De Lagot saja yang salah tanggap alia GeEr.
Sampai akhirnya De Lagot minta pamit pulang. Di jalan ia kembali ingat dengan buah nangka di kali yang dilihatnya tadi. Dan ternyata nangka tersebut masih ada di sana. Ia berpikir, kenapa tidak ada yang mengambil buah nangka yang enak ini. Ia kemudian bergegas mengambil buah nangka tersebut, dan sedikit menutupnya dengan menggunakan daun pisang. Ia merasakan baunya sangat enak, dan ia akan membagikannya kepada semua orang di rumahnya. Ia pun kemudian membawa buah nangka tersebut. Orang-orang kampung melihat De Lagot membawa seekor bangkai anjing yang sudah bengkak, busuk dengan bau yang sangat tidak enak. Orang-orang yang melihat menjadi muntah-muntah. Tetapi bagi De Lagot, orang yang muntah tadi dilihatnya meneteskan air liur sebagai tanda sangat ingin dengan buah nangka yang dibawanya. Ia pun dengan gembira membawa nangka kesukaannya tersebut.
Orang-orang di jalan menjadi heran melihat tingkah De Lagot. Sampai di rumahnya, kemudian Made Kalagotong memanggil bapak dan ibunya, dan juga adiknya. Ia membawa nangka manis dalam pikirannya. Tetapi orang tua dan keluarganya sangat terkejut melihat De Lagot tergopoh-gopoh membawa seekor bangkai anjing bengkak dan busuk. Semua berlarian dan berteriak De Lagot jelema buduh. Kejadian tersebut dilihat oleh jero klian yang kebetulan mengerti masalah begituan. Jero klian memperkirakan bahwa De Lagot sedang kerasukan pengaruh ilmu hitam. Mungkin ia mengenakan atau memakai jimat atau sesabukan. Kemudian dipanggil orang tua dan tetangganya untuk memegang De Lagot agar ditelanjangi, kemudian dimandikan dengan air. Dan benar, bahwa di pinggang De Lagot terdapat sesabukan dengan berbagai bebuntilan. Made Ingkel Wong Kalagotong kemudian diberitahukan dan diperlihatkan bangkai anjing yang dibawanya tadi. Ia langsung tutup hidung dan muntah-muntah, lalu menjauhi bangkai anjing tersebut.
Jero klian kemudian secara diam-diam membisiki Made Lagot, “ini adalah sabuk pengeliakan yang kamu pakai. Sehingga semuanya kamu lihat terbalik. Semua yang bengu kamu rasakan harum dan enak. Semua yang baik kamu lihat jelek, dan yang jelek kamu katakan baik. Itulah pengaruh dari ilmu hitam dari sesabukan yang kamu pakai ini”.
Mendengar perkataan jero klian tersebut De Lagot menjadi teringat dan merasa salah mencari pengasih-asih. Maksud hati untuk mendapatkan Ni Luh Putu Jegeg Ayunulus Srigati Munggah, justru bangkai anjing busuk yang didapat. I Made Ingkel Wong Kala Gotong jadi malu.
Ampura, (Ki Buyut Dalu)



No comments:

Post a Comment