Dalam kitab Adi
Parwa pada masa lalu dikisahkan dua orang raksasa kembar melakukan tapa yang
sangat tekun. Kedua raksasa tersebut bernama Raksasa Sunda dan Raksasa
Upasunda. Keduanya bertapa bermaksud mendapatkan anugrah agar dapat menguasai
kayangan para dewa..
Keduanya bertapa
sangat keras dan tekun, sehingga membuat para dewa di kayangan menjadi kawatir.
Jangan-jangan tapanya berhasil sehingga niatnya untuk menguasai kayangan dan
mengusir para dewa dari suarga. Dicarilah upaya oleh para dewa untuk
menggagalkan kehendak dari dua raksasa sakti tersebut. Dewa Brahma kemudian
minta kepada Dewa Wiswakarma untuk menciptakan seorang bidadari yang sangat
cantik untuk menggoda tapa dari kedua raksasa tersebut. Dewa Wiswakarma
kemudian menciptakan seorang bidadari yang cantik dengan menggunakan bunga
ratna dan biji wijen. Terciptalah seorang bidadari cantik yang
diberi nama Dewi Nilotama.
Karena saking
cantiknya bidadari tersebut, membuat Dewa Brahma berkepala empat agar dapat
menyaksikan kecantikan bidadari Dewi Nilotama dari segala arah. Demikian pula
dengan Dewa Indra menjadi bermata seribu, untuk dapat melihat kecantikan Dewi
Tilotama dari segala penjuru.
Bidadari Dewi Nilotama
kemudian menjalankan tugasnya ke dunia untuk mengganggu tapa raksasa Sunda dan
Upasunda. Dalam tapanya yang berat tersebut, kedua raksasa tersebut sangat
terpesona dengan kecantikan dari bidadari Dewi Tilotama. Kedua raksasa tersebut
kemudian menghentikan tapanya, dan berusaha untuk mendapatkan bidadari cantik
itu. Raksasa Sunda dan Upasunda yang kembar dan sama-sama sakti tersebut
akhirnya berperang mati-matian. Duniapun menjadi genjong karena perkelahian
dasyat antara dua saudara kembar raksasa tersebut. Akhirnya kedua raksasa
tersebut menemui ajalnya memperebutkan Nilotama. Bidadari Dewi Nilotama
kemudian kembali ke kayangan, karena tugasnya telah selesai. Kemudian para Dewa
di kayangan kembali merasa lega dan tidak kawatir lagi dengan rencana dari
kedua raksasa tersebut.
Karena Bidadari Dewi Tilotama
diciptakan dari bunga ratna, maka atas jasa tersebut, bunga ratna mendapat wara
nugraha (anugrah) sebagai bunga utama untuk memuja Hyang Widhi dan para
Dewa, dan sebagai bunga utama untuk kegiatan keagamaan untuk sarana pemujaan.
Sehingga sampai saat ini masyarakat Hindu Bali di Bali menggolongkan bunga
ratna sebagai bunga yang utama, selain bunga tunjung, dll.(Ki Buyut).
Eza DDR3 r Ace Rp dr Ade
ReplyDeletecwc
ReplyDelete