Wednesday, December 2, 2015

Mitologi Ratu Gede Mecaling, Daun Pandan, dan Barong Landung




Ada sebuah catatan sejarah Bali berbaur dengan mitologi yakni perihal kekalahan dari Dalem Bungkut (raja Nusa Penida) dalam perang tanding melawan Kriyan Jelantik Bogol (pimpinan Laskar Gelgel) ketika penyerangan ke Nusa Penida atas perintah Dalem Gelgel. Semua harta benda raja Nusa Penida tersebut diboyong ke Gelgel oleh Kriyan Jelantik bersama dengan para laskarnya. Namun sebelum wafat, Dalem Bungkut berpesan bahwa rohnya tidak akan pergi ke sorga, namun akan tetap tinggal di Nusa Penida. Roh ini akan mengganggu penduduk pulau Bali. Roh ini berwujud sangat menyeramkan, bertaring panjang. Oleh Karena itu beliau disebut dengan Ratu Gede Mecaling.
Menjelang beberapa bulan setelah Dalem Bungkut wafat, maka Ratu Gede Mecaling mulai memerintahkan para jin, setan, liak, gamang, memedi dan sejenisnya untuk mengacaubalaukan penduduk Bali, karena beliau menaruh dendam kepada penduduk Bali. Akibatnya di Bali terjadi wabah, banyak penduduk yang sakit dan meninggal dunia. Ketakutan selalu menghantui penduduk Bali kala itu. Anjing melolong di malam hari, suara burung juga saling bersahutan di malam hari. Dimana para jin, setan, gamang, memedi, liak, dan sebagainya lalu lalang di desa desa di Bali, mencari mangsa untuk penyamblehan pengleakan. Mereka menyembah kepada Ratu Gede Mecaling.
Semua dukun tak bisa menyembuhkan penyakit dan setiap yang sakit pasti menemui ajalnya. Tidak ada satu obat pun yang dapat menyembuhkan penyakit. Penduduk semakin dicekam rasa ketakutan dan penyakit. Segala penawar yang digunakan untuk menawar penyakit tak mempan lagi. Barong ket, barong dedari, sanghyang jaran, sanghyang naga, sanghyang bojog, sanghyang deling, sanghyang celeng, sanghyang keret, sanghyang dangkluk, sanghyang macan, barong bangkal, barong bangkung, dll. tak sanggup memberikan penawar terhadap penyakit yang disebabkan oleh amukan para laskar liak, dedemit, gamang, memedi, jin setan murid-murid dari Ratu Gede Mecaling.
Ketika wabah sedang berkecamuk, pada suatu hari seseorang anggota masyarakat karena saking takutnya, maka ia bersembunyi di luar rumah yakni di bawah semak-semak pohon pandan yang ada di sekitar rumahnya. Pada malam itu ia tak bisa tidur karena saking takutnya. Dari bawah semak-semak pohon pandan, pada saat sandikala ia melihat banyak mahluk aneh sedang berkumpul di suatu tempat. Ia menyaksikan para liak, jin setan, dedemit, gamang dan sebagainya. Rupa-rupanya semuanya itu adalah anak buah dari Ratu Gede Mecaling yang sedang merencanakan sesuatu untuk mengacaukan kehidupan tanah Bali. Setelah beberapa saat mereka berkumpul, lalu datang sosok yang tinggi besar, hitam, menyeramkan dengan taring yang panjang dan tajam. Seketika semua jin, setan, liak, dgamang, dll. menyembah. Ratu Gede mecaling kemudian memberikan pengarahan kepada seluruh laskar niskala tersebut. Sebentar kemudian mereka bubar untuk mencari mangsa masing-masing. Penduduk yang bersembunyi di bawah pohon pandan tersebut sempat menyaksikan postur tubuh dan wajah sosok tinggi besar tersebut.
Keesokan harinya, ketika matahari sudah terbit, maka penduduk tersebut kemudian pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah ia kemudian membuat sosok tiruan menyerupai sosok tinggi besar menyeramkan yang dilihatnya tadi malam dari rerimbunan pohon pandan. Setiap malam, sosok yang kemudian disebut dengan Barong Landung tersebut selalu diarak keliling desa. Setiap jin setan gamang memedi dan sejenisnya yang melihat keberadaan dari Ratu Gede Mecaling ada di desa tersebut, maka laskar liak tersebut akan mengurungkan niatnya untuk mengacaukan daerah tersebut, karena laskar liak tersebut sangat menghormati Ratu Gede Mecaling. Dengan demikian desa tersebut terhindar dari grubug atau wabah penyakit.
Hal yang sama kemudian ditiru oleh desa-desa lain di sebelahnya dengan tujuan agar terhindar dari amukan para laskar Ratu Gede Mecaling. Barong Landung ini sampai sekarang dipakai sarana untuk memohon tirtha penawar dan pengruawatan oleh penduduk desa agar terhindar dari wabah penyakit dan pengaruh negatif lainnya. Oleh karena penduduk melihat keberadaan jin setan dan Ratu Gede Mecaling dari bawah pohon pandan, maka  sampai saat ini daun pandan digunakan digunakan sebagai pelengkap upakara dalam rangka penolak bala dan pecaruan sasih kenem. Demikian dikisahkan. Ampura. (Ki Buyut Dalu).

No comments:

Post a Comment