Wednesday, May 4, 2016

Misteri Jeritan Kedis Engkik-engkik Engkir



          
  Pernah mendengar burung Engkik-engkik Engkir? Atau paling tidak mendengar suaranya yang rada-rada sedih memelas di kejauhan yang berbunyi engkikkk… engkkiiikkk …. Engkkiiiiirrrrrr….. Suaranya mengundang rasa iba, karena ia berbunyi kadangkala di siang hari, pagi hari bahkan pada malam hari. Burung ini dalam bahasa Indonesianya disebut Burung Kedasih.
            Rupa dari burung ini mirip seperti burung crukcuk dengan ukuran yang juga sangat mirip. Biasanya burung ini muncul ketika musim hujan akan berakhir yakni pada sasih kedasa atau sekitar bulan Maret – April. Burung ini muncul setiap tahun sekali dengan suaranya yang menciri sekali. Dengan kemunculannya yang misterius dan setahun sekali, kemudian banyak mitos yang menyertai kehadiran burung ini.
            Konon burung ini akan melahirkan anaknya, namun sehabis melahirkan, maka dadanya akan pecah dan ia segera akan mati. Nah, kedatangan kematiannya tersebutlah yang diratapi oleh burung tersebut dengan mengalunkan suara yang sedih.
            Diyakini pula burung ini adalah burung yang sedang sengsara meratapi nasibnya dengan mengalunkan suara sedih engkik-engkik engkir. Katanya burung ini merasa sedih karena segera akan meninggalkan anaknya yang baru lahir untuk ditinggal mati, tak ada yang mengasuh. Karena itulah ia menangis sedih pagi, siang dan malam.         
            Kemudian ada mitos menyatakan bahwa burung ini adalah penjelmaan dari atma-atma kesasar atau roh-roh gentayangan yang sedangkan mendapatkan hukuman. Atau roh-roh yang tak mengetahui dimana ia berada, karena ia diliputi oleh kebingungan dan ketakutan, sehingga dengan demikian ia merasa ketakutan dan mengumandangkan suara yang sedih di atas pohon.
            Terlepas dari mitos yang berkembang secara turun temurun di masyarakat, apa sebenarnya burung Engkik-engkik Engkir tersebut?. Sejatinya burung tersebut adalah burung biasa dengan suara yang memang terdengar mengalun sedih, terdengar sampai pada jarak yang cukup jauh. Memang begitulah kicauannya. Mengenai postur tubuhnya sangat mirip dengan burung crukcuk, warnanya abu-abu, sedangkan di bagian kepala sedikit agak kelabu kebiruan. Kehadirannya pada bulan Maret-April. Karena memang burung ini adalah burung yang mengikuti arus hujan, sehingga ia harus bermigrasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Kebetulan bahwa hujan di Bali berlangsung pada bulan November sampai April maka burung ini muncul pada bulan Maret-April atau mungkin mendahului yakni pada bulan Februari, tergantung dari siklus hujan.
            Burung ini pada musim Maret-April itu adalah masanya untuk berkembang biak atau kawin dengan melantunkan suara yang merdu untuk menarik pasangan lawan jenisnya. Kemudian ketika perkawinan berlangsung, burung ini tak punya ketrampilan membuat sarang, sehingga untuk urusan bersarang ia harus menjadi parasit. Maksudnya adalah ia akan selalu mencari sarang burung crukcuk atau burung kepicitan atau burung cinglar yang sedang bertelur. Ketika pemiliki sarang tak ada, maka burung Engkik-engkikk Engkir tersebut bertelur di sarang burung tersebut. Agar tidak kentara perbuatannya, maka ia menjatuhkan telur burung pemilik sarang, sehingga ketika datang burung pemilik sarang (burung crukcuk atau burung kepicitan) untuk mengeram, maka burung crukcuk akan mengira bahwa ia telah mengerami telurnya sendiri. Padahal yang dieraminya adalah telur burung Engkik-engkik Engkir. Itulah sebabnya kalau diperhatikan di sekitar burung Engkik-engkik Engkir berbunyi, maka di sekitarnya pasti ada burung crukcuk atau burung cinglar. Mungkin di sekitar tersebut sedang ada burung crukcuk yang sedang bertelur. 
            Setelah menetas, maka burung crukcuk secara tak sengaja akan mengasuh anak dari burung Engkik-ngkik Engkir. Ketika itu induk burung Engkik-engkik Engkir tersebut sudah meninggalkan daerah tersebut untuk bermigrasi ke daerah lainnya.
            Si burung pengasuh ini akan setia mengasuh dan membesarkan anak yang bukan anak kandungnya sendiri. Karena burung ini juga mirip dengan dirinya, demikian pula dengan telurnya ukurannya sangat mirip, sehingga tak mengundang kecurigaan burung crukcuk.
            Itulah kehidupan biologis dari burung Engkik-engkik Engkir yang curang. Ia mengorbankan anak orang lain demi kelangsungan hidup anaknya. Ia sendiri adalah bukan sebuah burung yang trampil karena tak bisa membuat sarang. Burung ini juga burung yang malas, karena menyerahkan pengasuhan anak kepada burung lain. Ia adalah tipe burung sangat tega meninggalkan anaknya mengembara ke tempat-tempat yang ia ingini.
            Nah terkait dengan misteri burung Engkik-engkik Engkir yang ditandai dengan suaranya yang mengalun lantang, biasanya ia berbunyi di atas pucuk pohon yang tinggi. Dengan frekwensi suara yang tinggi kuat dan di tempat yang tinggi, maka suaranya terdengar sampai ke jarak yang jauh. Inilah pada jaman dahulu dipakai sebagai tanda Sasih Kedasa (bulan kesepuluh dalam penanggalan Bali). Terkait dengan tanda dari burung ini, konon kabarnya Ida Cokorda Pemecutan dari Puri Pemecutan sangat meyakini kehadiran burung ini sebagai pertanda Sasih Kedasa. Konon sebelum Ida Cokorda Pemecutan mendengar burung tersebut berbunyi lantang, maka tidak akan diadakan upacara odalan atau Ngedasa di Pura Tambangan Badung.
            Demikian kabarnya mengenai misteri burung Engkik-engkik Engkir.
(Ki Buyut Dalu/Inks)   

1 comment:

  1. Rupa dari burung ini mirip seperti burung crukcuk dengan ukuran yang juga sangat mirip. Biasanya burung ini muncul ketika musim hujan akan berakhir yakni pada sasih kedasa atau sekitar bulan Maret – April.

    http://www.agensabungayam.com/jadwal-sabong-ayam-sv388-27-april-2019/

    ReplyDelete