Friday, May 27, 2016

Mistik Politik dan Dukun Politik




Melumpuhkan dan Mengganggu Konsentrasi Lawan Politik

Seperti pernah disinggung jauh sebelumnya bahwa secara langsung atau tak langsung, pastilah seseorang akan bersinggungan dengan politik. Karena politik sejatinya adalah alat untuk mencapai kekuasaan. Kekuasan yang diperoleh digunakan untuk menata kehidupan masyarakat menuju pada kehidupan yang labih baik. Untuk penataan ke arah yang lebih baik ini, masing-masing kelompok memiliki pandangan serta konsep yang berbeda. Masing-masing yakin dengan konsepnya yang terbaik. Hal ini memunculkan kelompok-kelompok politik, menimbulkan aliran dan ideologi politik. Inilah yang kemudian memunculkan persaingan antara partai, antar kelompok untuk merebut posisi kekuasaan.
Persaingan perebutan kekuasaan ini lalu menimbulkan proses politik yang di dalamnya penuh dengan intrik pribadi dan kelompok. Kondisi ini melahirkan berbagai macam strategi politik, taktik politik, propaganda, dll. Tak salah kalau ada orang yang mencoba mengutak-atik kata “politik” menjadi “Poli” adalah banyak, “tik” adalah taktik. Jadi secara gamblang dikatakan bahwa politik mesti memiliki banyak taktik. Realitanya memang politik mesti tegaan, politik mesti berani, politik mesti konsisten, politk mesti pongah, banyak akal dan strategi untuk mencapai tujuan politik.
Ketatnya persaingan dalam dunia politik menyebabkan setiap adanya perhelatan politik pastilah ramai, hiruk pikuk orang mencari dukungan alias kampanye, bersinggungan satu sama lain kerapkali menimbulkan bentrok, kontak fisik, diwarnai kasak-kusuk di masyarakat, dll. Di sinilah strategi para kontestan diadu. Banyak yang mengandalkan dengan ketokohan saudara, bapak, ibu, garis keturunan ningrat, ada pula melakukan kegiatan untuk menarik simpati. Pokoknya akal bulus pastilah keluar saat diperlukan. Itu hanyalah sebagian kecil dari hiruk pikuk politik yang tampak di permukaan.
Di balik itu, ada hal-hal yang sudah menjadi rahasia umum, dimana kegiatan politik praktis di Bali bahkan di Indonesia secara umumnya menggunakan kekuatan-kekuatan di luar kemampuan alamiah manusia. Percaya atau tidak, terasa atau tidak, nyata atau tidak, pokoknya praktek mistik dalam politik sangat kental terjadi. Bukan kali ini saja, namun sudah terjadi sejak jaman dahulu.
Sesuatu yang tidak normal dilakukan oleh seorang politisi untuk mempengaruhi lawan politiknya, mempengaruhi masa pemilih dengan cara-cara tak normal tak masuk akal, dan tak logis, namun hasilnya dapat dilihat. Ini adalah kerjaan dari paranormal / dukun-dukun politik sesuai dengan order kliennya. Keberadaan dukun politik menjadi makin laris manis ketika perhelatan politik dimulai. Semua mencari dukun, mencari jimat, semua pergi ke tempat angker, sunyi dan sepi di malam hari.
Semua ini berawal dari kekawatiran dari setiap politisi jangan-jangan lawan politiknya menggunakan cara mistik. Di pihak lain yang dianggap lawan politiknya juga demikian pikirannya, akhirnya semua politisi menggunakan cara-cara mistik. Semua mohon keberuntungan dalam politik. Dukun politik yang hanya duduk-duduk di rumah laris manis kedatangan para klien memohon jimat penyengker agar tak terkena pengaruh majik dari lawan politknya. Apa yang dilakukan oleh seorang politisi dalam hal mistik, ikutilah penelusuran singkat ini.
Ada seorang politisi datang ke tempat paranormal, sebut saja Balian Sakti Tan Paingen Buin Aeng Sajan di sebuah tempat di Bali. Si dukun pastilah bertanya apa yang diinginkan. Setelah itu sang dukun pastilah akan memeriksa kondisi kejiwaan dari orang tersebut apakah keadaan kosong atau sudah berisi jimat. Lalu apakah ia sudah terkena aura mistik atau tidak. Sang dukun sesuai dengan kemampuannya lalu melakukan tindakan. 1. Memperkuat mereka secara niskala dengan memberikan energi tertentu sebagai pelindung 2. Memberikan jimat tertenu berupa sabuk, cincin, gelang, keris , baju, dll, sebagai pelindung sekaligus untuk menambah kekuatan, wibawa, dll. 3. Si Dukun memeriksa rumah yang bersangkutan apakah sudah bersih secara niskala atau tidak, lalu menambahkan kekuatan tertentu untuk menjamin keselamatan yang bersangkutan dari serangan mistik lawan-lawan politiknya  4. Mengajak si pemohon untuk datang ke tempat tertentu memohon kepada para Dewa agar diberikan kekuatan dan kemenangan 5. Ada pula yang bertindak kasar melalui balian saktinya, si pemohon meminta agar lawan politiknya dilumpuhkan, seperti membuat lawan politiknya sakit, danseterusnya. 6. Bisa juga dilakukan seorang penekun spiritual mengalihkan perhatian pesaingnya dengan mencoba mencelakai orang-orang terdekatnya seperti mencelakai istri, anak, keluarga, atau orang terdekat, dengan harapan pesaingnya menjadi sibuk, kesedihan, yang akhirnya mengacaukan konsentrasi. 7. Ada juga balian sakti melakukan dengan cara menggunakan sarana tertentu, mencoba mengacaukan aura di sebuah kawasan tertentu. Harapannya untuk mempengaruhi pikiran pemilih. Kekuatan aura kacau ini, pemilih menjadi linglung dan mudah diarahkan untuk memilih kandidat tertentu. Ini tentunya memerlukan kekuatan dan kesaktian yang lebih, karena menyangkut pikiran orang banyak. 8. Ada pula dukun politik yang mampu untuk mengacaukan pikiran para pemilih ketika memasuki ruang pemilihan. Bagi yang kekuatan kejiwaannya lemah pastilah akan terpengaruh, bahkan konon pemilih dibuat tak melihat gambar pilihannya, dan justru yang dilihatnya gambar yang lain, dll
Artinya dengan kekuatan mistik yang dimiliki untuk mengacaukan pikiran secara niskala. Sehingga dalam sebuah perhelatan politik, dukun-dukun politik menjadi laris. Bahkan satu orang kandidat bisanya mencari dukun lebih dari satu, tak di satu tempat namun tersebar ke seluruh arah, dengan harapan bantuan kekuatan niskala datang dari segala arah. Bahkan dalam sebuah laporan petanggunganjawaban dana kampanye disebutkan bahwa seorang kandidat mengalokasikan dana untuk seorang balian adalah puluhan juta rupiah. Bisa dibayangkan berapa duit dialokasikan untuk meminta bantuan dukun-dukun politik jika seorang kandidat mendatangi enam, tujuh, delapan, samapai sepuluh dukun politik. Artinya untuk ukuran Bali, maka anggaran untuk dukun dalam politk sudah lumrah, bahkan ada yang menganggarkan sampai ratusan juta rupiah. Si dukun mau-mau saja, siapapun yang datang mereka melayani.
Saking banyaknya sang kandidat mencari balian sakti, banyaknya jimat yang dibawa untuk melindungi diri, justru kerapkali membawa kekacauan aura dalam diri kandidat dan lingkungannya. Karena energi yang dicurahkan oleh banyak dukun untuk melindungi seseorang tak semuanya berjalan selaras, tak semuanya seimbang, dan bahkan ada diantara energi tersebut ada yang bertolak belakang. Justru hal ini akan membawa dampak buruk, bingung, bahkan sakit bagi yang bersangkutan. Dalam situasi seperti ini, biasanya mereka merasa dirinya diserang oleh lawan politiknya. Padahal tidak. Dalam kondisi seperti ini, kembali si politisi mencari kekuatan baru karena kekuatan yang ada dirasa tak mampu menahan serangan lawan, maka nambahlah balian pelindungnya. Padahal semua itu akibat dari kebanyakan balian yang mengeluarkan energi yang tak selaras, bukan karena serangan musuh.
Itulah di balik layar mengenai hiruk pikuk dunia politik. Penggunaan kekuatan mistik dalam politik ada yang kasar dan ada pula yang halus. Hanya si pengorder dan si dukun bersangkutan yang mengetahui keadaan yang pasti.  
Demikian sekelumit kasak-kusuk yang sering terdengar dalam permainan politik yang melibatkan kekuatan-kekuatan di luar kekuatan alamiah manusia. Walaupun semua itu sah-sah saja, namun untuk hal kemanusiaan, etika, moral, dan karma mesti menjadi bahan renungan bagi para politisi. Budaya politik seperti ini melahirkan para pemimpin yang tak pernah percaya diri. Pemimpin yang tergantung pada pada jimat-jimat, serta pemimpin yang suka menakuti-nakuti dengan kekuatan gaib, dll. (Ki Buyut, 2016).  


No comments:

Post a Comment