Monday, May 2, 2016

Prof. Dr. Ida Bagus Mantra. (9). Tidak Rukun Berarti Malapetaka.



       
Dalam pengarahannya kepada para peserta Pendidikan Calon Pinandita se-Indonesia Angkatan ke-8 Prof. Mantra secara khusus menjelaskan dan menemukan penting para peserta memahami dan menghayati secara mendalam ajaran-ajaran kesusilaan Hindu. Tattwa (filsafat agama), tata susila dan upacara adalah satu kesatuan utuh dari ajaran Hindu, dan tata susila sangat penting karena ia akan secara nyata tampak dalam tindakan atau tingkah laku.
       Dalam tradisi Hindu Indonesia kita memang memiliki sejumlah pedoman tata kesusilaan yang juga disebut sasana, terlebih lagi tuntunan kesusilaan bagi para pandita dan pinandita. Kitab-kitab (lontar) seperti Wreti Sasana, Siwa Sasana misalnya adalah bacaan awal bagi seorang calon pandita.
        Pada tahun 1983 Prof. Ida Bagus Mantra telah menerbitkan sebuah buku yang banyak dibaca berjudul Tata Susila Hindu Dharma (diterbitkan oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat). Buku ini dibaga menjadi 8 Bab, yaitu Pendahuluan, Dasar dari Tata Susila, Benar dan Salah, Pedoman dan Ukuran Tata Susila, Kebijakan dan Dasarnya, Bahagia dan Perasaan Hati, Kewajiban yang harus dijunjung, Kesusilaan dan kedursilaan yang dilakukan terhadap sesama manusia. Bab yang terakhir dibagi menjadi tiga sub bab, masing-masing berjudul : Kesusilaan dan keduesilaan antara yang lebih tinggi, kesusilaan dan kedursilaan antara orang yang sederajat (hubungan suami istri), dan kesusilaan dan kedursilaan terhadap yang lebih rendah.
        Begitu luas dan mendalamnya cakupan tata susila Hindu. Namun ada hal-hal yang mendasar yang dapat kita catat. Pada bagian awal buku ini Prof. Mantra telah menegaskan bahwa tujuan tata susila ialah untuk membina hubungan yang selaras atau hubungan yang rukun antara seseorang (jiwatma) dengan mahluk yang hidup di sekitarnya, perhubungan yang selaras antara keluarga yang membentuk masyarakat dengan masyarakat ityu sendiri, antara satu bangsa dengan bangsa lain dan antara manusia dengan alam sekitarnya. Telah menjadi kenyataan bahwa perhubungan yang selaras atau rukun antara seseorang dengan mahluk sesamanya, antara anggota-anggota sesuatu masyarakat, suatu bangsa, manusia dan sebagainya, menyebabkan hidup yang aman dan sentosa. Suatu keluarga masyarakat bangsa atau manusia, yang anggota-anggotanya hidup tidak rukun atau tidak selaras pasti akan runtuh dan hambruk. Perhubungan yang rukun (selaras) berarti kebahagiaan dan hubungan yang kacau, atau tidak rukun berarti mala petaka.
        Lebih lanjut dijelaskan bahwa tata susila membina watak manusia untuk menjadi anggota keluarga, anggota masyarakat yang baik, menjadi putra bangsa dan menjadi manusia yang berpribadi mulia, serta membimbing mereka untuk mencapai pantai bahagia. Selain dari pada itu, tata susila juga menuntun seseorang untuk mempersatukan dirinya dengan mahluk sesamanya dan akhirnya menuntun mereka untuk mencapai kesatuan jiwatmanya dengan paramatma (Hyang Widhi Wasa). Adapun kebahagian yang mutlak dan abadi hanya dapat dinikmati bilamana roh seseorang dapat mencapai kesatuan dengan Hyang Widhi ; karena hanya kesatuan antara jiwatma dengan Hyang Widhi itu saja yang dapat memberi kebahagiaan yang diliputi oleh perasaan tenang tenteram karena murninya roh (atma) yang disebut Ananda.
        Sangat jelas apa yang menjadi arah dan tujuan dari ajaran tata susila Hinduitu : kehidupan yang serasi dan harmonis sebagai landasan untuk mencapai tujuan yang tertinggi : Ananda.
        Setelah menjelaskan secara mendalam apa yang menjadi dasar dari tata-susila, apa yang disebut benar dan salah, pedoman dan ukuran tata susila dan seterusnya maka sampailah Prof. Mantra pada uraian tentang kesusilaan dan kedursilaan. Tampak Prof. Mantra memulai uraianya dari hal-hal yang sangat mendasar.
        Tentang kesusilaan dan kedursilaan dinyatakan bahwa hubungan kesusilaan dan kedursilaan berdasarkan atas rasa kasih dan dengki. Kasih mendorong rasa berkorban, rasa mengekang diri, rasa mengabdi untuk kebahagiaan sesamanya. Kasih muncul dari dalam kalbu yang merupakan alam Paramatma, yaitu alam Ananda (kebahagian). Kasih adalah dasar semula kebijakan (dharma) dan dengki adalah dasar kedursilaan (adharma). Persatuan sesuai dengan hokum kebenaran dan pemecahan bertentangan dengan hokum kebenaran itu. Kerukunan menunjukkan kemajuan dan percekcokan menunjukkan kemunduran . (Buyut/ dbs).
        




           

No comments:

Post a Comment