Monday, May 2, 2016

Prof. Ida Bagus Mantra (10). GEDONG KIRTYA DAN PERADABAN KITA






          Peninggalan warisan budaya yang mengambil berbagai bentuk apakah itu dalam batu, perunggu, pembangunan-pembangunan yang bersejarah, naskah-naskah kuno dalam lontar dllnya, semuanya ini diabadakan dalam media-media tetapi dalam keadaan bisu yang perlu dipelajari lebih mendalam mengenai isinya. Sbelum studi mendalam dimulai mengenai ilmu-ilmu kekunaan dan purbakala, maka ia dapat menimbulkan salah pengertian karena banyak ketidaktahuan kita. Mulai abad ke 18 dan 19 dimulai peminat-peminat yang besar didunia Barat mengenai studi kekunaan (antiquarium dan arkeologi) termasuk juga bahasa-bahasa kuna dan ini membuka tabir pengertian kita akan pentingnya dan berharganya studi tersebut. Semua ini merupakan suara yang luhur dari peradaban-peradaban yang telah lewat yang membisikkan kepada kita dengan harapan-harapan pada manusia hidup sekarang.
        Demikian Prof. Mantra pada awal makalahnya “Gedong Kirtya; Latar Belakang Historis dan Peranannya dalam rangka Pelestarian Budaya Bali”, disajikan pada Serasehan Keberadaban Pembinaan Dan Pengembangan Gedong Kirtya, Tanggal 27 Agustus 1993 di STKIP Singaraja. Makalah kunci dalam saresahan tersebut ternyata tidak saja berbicara tentang Gedong Kirtya yang akhir-akhir ini sempat dibicarakan statusnya secara luas di media massa, tetapi juga ternyata menyiratkan pembicaraan yang mendasar tentang pembinaan yang Pengembangan kebudayaan, khususnya kebudayaan Bali.
         Setelah berbicara tentang sejarah berdirinya Gedong Kirtya yang dilatar belakangi oleh usaha”penyelamatan” naskah-naskah Lontar Prof. Mantra lebih lanjut menyatakan, “Kita patut merasa syukur atas usaha semua pecinta-pecinta budaya yang dapat menyelamatkan warisan budaya yang kebanyakan antara lain berbentuk lontar dllnya, yang sangat berharga dari sudu budaya Bali khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Khusus mengenai lontar-lontar yang isinya mengenai agama Hindu, Filsafat,cerita-ceritasebagai Mahabharata, Ramayana dan juga juga cerita rakyat, sejarah dllnya yang semuanya dapat dikembalikan pada zaman-zaman klasik dan sesudahnya dalam sejarah Indonesia. Waktu ini Indonesia mengalami zaman keemasannya yang menghasilkan zaman klasik yang besar karena isinya mengandung nilai-nilai yang abadi dan universal dalam kehidupan manusia dan yang sangat dibutuhkan oleh zaman sekarang dalam menghadapi hidup yang lebih maju dan kompleks yang memerlukan integritas yang tinggi.”
        Dalam kaitannya dengan kemajuan iptek ditegaskan bahwa justru dengan meningkatnya usaha-usaha kita mengejar kemajuan dibidang ilmi pengetahuan dan teknologi untuk menjadi landasan pembangunan di bidang pisik agar dapat meningkatkan standar hidup bangsa kita, makin dirasakan pentingnya humaniora sebagai antara lain : Agama, filsafat, sejarah, seni untuk memelihara integritas kita. Tujuan pembinaan kebudayaan adalah membina integritas bangsa. Rasa kemulian hidup, rasa kemanusiaan rasa kebahagian hidup adalah bidang humaniora yang mendorong kekuatan dan kemauan hidup yang mulia dapat berharga.
        Prof. Mantra juga menyatakan bahwa kita harus lebih keras bekerja lagi dalam bidang dan spesialisasi kita masing-masing, menggali semua potensi budaya bangsa termasuk apa yang kita warisi dan tersimpan didalam koleksi masalah-masalah lontar di Bali. Untuk mendapatkan esensi dari warisan naskah-naskah lontar itu, memerlukan tenaga-tenaga ahli untuk disebarluaskan isinya dan kegunaannya dalam hidup. Untuk ini perlu ahli-ahli dalam bidang agama dan filsafat Hindu, bahasa Sansekerta, bahasa Jawa Kuno dan bahasa Bali., sejarah, seni dan lain-lainnya. Dengan menguasai ini kita dapat menyelamatkan serta melestarikan Budaya Bali yang dapat memberikan sumbangan dalam membina jati diri bangsa, integritas bangsa menuju bangsa yang modern tetapi mempunyai landasan-landasan yang kuat.





PUSTAKA  KLASIK  DAN  IDE  SENTRAL


          Ada pesan yang disampaikan oleh Prof. Mantra ketika menyampaikan pidato purnabaktinya di Universitas Udayana beberapa waktu yang lalu. “Inilah tugas Saudara sekali pun untuk menggali dan mengenalkan sumber-sumber ini dari pusaka klasik kita serta menyebarluaskan untuk pengetahuan masyarakat yang lebih luas dan mendalam. Tidak salah bila orang mengatakan bahwa dalam pembinaan bangsa, investasi yang paling utama adalah di bidang kebudayaan dalam arti luas……Baik universitas maupun pemerintah daerah telah dapat menyelamatkan sebagai besar warisan -warisan naskah/lontar-lontar dan ini perlu orang-orang yang sudah mampu dan mempunyai kehalian untuk dapat meneliti dengan sungguh-sungguh sehingga mempunyai bahan cukup dalam menghadapi perubahan-perubahan, sesuai dengan apa yang ada dalam naskah-naskah klasik itu, setelah mendapat pengkajian yang mendalam sesuai dengan kepribadian dan jati diri kita”.


 (Ki Buyut/ dbs).





No comments:

Post a Comment