Cara Leluhur
Memuliakan Air
kanduksupatra.blogspot.com. “Dimana air
menyembul / empul di sana Dewa berstana. Dimana air mengalir di sana Dewa
berstana. Dimana air berkumpul, di laut, di danau, di sungai, di bendungan, di
sanalah Dewa berstana. Di sanalah tempat suci. Dirikanlah tempat pemujaan di
sana. Agamamu memuliakan air. Agama tirtha sebutannya. Hyang Dewi Gangga turun
dari kayangan menganugrahkan kehidupan. Hyang Dewi Mangening membersihkan alam
semesta. Hyang Dewi Suci Nirmala menganugrahkan kesucian jiwa raga. Bersujudlah
kepadaNya !” Demikian para leluhur berpesan untuk mengawali tulisan ini.
Pura Anantaboga demikian tempat suci ini
diberi nama, merupakan pura beji (tirta) yang terletak di tengah hutan pinus di
lereng Gunung Raung. Tepatnya di Dusun Wonoasih, Desa Sumberwadung, Kecamatan
Genteng, Kabupaten Banyuwangi, kurang lebih satu jam perjalanan dari Kota
Banyuwangi. Terletak di kawasan tertutup hutan pinus yang sangat luas, tanpa
tembok pembatas, menyatu dengan hutan pinus yang subur, sejuk dan indah dengan aura
suci nan magis.
Perjalanan menuju areal pura dimulai
dengan menapaki jalan bebatuan mulai dari sebuah Desa di pinggir hutan yang
bernama Desa Sumber Wadung, kurang lebih satu kilo meter, lalu memasuki kawasan
pura. Untuk bersembahyang di kawasan suci ini, pemedek akan melalui beberapa
tahapan, yakni:
1.
Pelinggih
Ratu Gede sebagai penjaga kawasan suci ini, sebagai tempat pemujaan Ratu Gede
Dalem Ped, sekaligus sebagai permohonan atau pekeling pertama untuk melakukan
persembahyangan di kawasan ini. Dari
pelinggih ini selanjutnya menuju:
2.
Pancoran
Solas yang di tengahnya terdapat Lingga Yoni. Tempat ini digunakan untuk tempat
menyucikan jiwa raga (melukat) sebelum persembahyangan lebih lanjut. Pancoran
solas yang berada di bagian kiri (barat) untuk laki-laki, yang kanan (timur) untuk
perempuan. Sedangkan yang di hulu adalah pancoran khusus untuk memohon
kesembuhan. Dari pancoran solas ini menuju ke bagian yang lebih tinggi, yakni:
3.
Pelinggih
Siwa Buda yang berada di bawah pohon beringin raksasa. Pada bagian ini terdapat
sebuah pelinggih padma capah di bagian depan. Pohon beringin ini diyakini dahulu
adalah sebuah pelinggih yang ditumbuhi beringin. Pada bagian atas batang beringin
terdapat lingga yoni yang besar. Untuk mencapainya harus menaiki batang pohon beringin.
4.
Linggih
Ibu Pertiwi. Terletak di pinggir kolam yang
jernih airnya dengan beberapa tingkatan yang bersumber dari mata air di lereng
Gunung Raung. Pelinggih ini adalah untuk memuja Hyang Ibu Pertiwi yang telah
memberikan pijakan hidup kepada manusia di dunia.
5.
Pelinggih
Wisnu diwujudkan dengan patung Dewa Wisnu berwanakan burung garuda yang
terletak di atas gumuk bebatuan.
6.
Di
bagian timur paling selatan terdapat pelinggih Gana / Ganesa berupa patung di
atas gumuk bebatuan. Dewa ini dipuja adalah ssebagai penjaga kayangan para
dewa, serta sebagai pemberi perlindungan serta memohon kecerdasan.
7.
Pelinggih Tirta Empul terletak di hulu kolam dengan
mata air pegunungan sebagai beji dari Ida Betara. Tempat ini berupa sebuah
pelinggih gedong batu sebagai tempat pemujaan Dewi Gangga memohon kesucian
untuk membersihkan segala kekotoran jasmani dan rohani. Airnya yang mengalir
akan memberi kehidupan bagi mahluk di dunia.
8.
Gumuk
Bedawangnala terletak di bagian barat kawasan ini. Tempat ini berupa gumuk
bebatuan dan sangat baik untuk bermeditasi.
9.
Paling
di hulu adalah pelinggih Padmasana, terletak di atas bebatuan. Padmasana
terbuat dari batu hitam, di depannya ditempatkan patung Lembu Nandini, sebagai
simbol Purusha Predana.
Menurut penuturan jero mangku yang
ngayah di pura Anantaboga, situs pura ini baru ditemukan tahun 2010. Berawal
dari seseorang umat yang ketika bersembahyang di Pura Sandya Dharma (pura yang
ada di Desa Sumber Wadung) mengalami kerauhan. Dari kerauhan tersebut didapat
petunjuk untuk menelusuri kawasan suci yang merupakan beji Ida Betara. Setelah
ditelusuri ke tengah hutan, didapatilah tempat ini dengan beberapa sumber mata
air serta beberapa peninggalan-peninggalan pemujaan jaman dahulu.
Atas dasar tersebut kemudian
masyarakat berkoordinasi dengan pihak Perhutani yang memiliki kewenangan
mengelola wilayah ini. Lalu diijinkanlah untuk membuat tempat pemujaan secara
terbatas. Sebab tempat ini bukan diperuntukkan bagi keperluan ibadah, hanyalah
untuk perkebunan. Atas ijin tersebut, maka dibuatlah pelinggih – pelinggih
tanpa dibatasi tembok penyengker. Inilah menjadi ciri khas dari pura Anantabhoga
yang menyatu dengan alam, berpenyengker pepohonan pinus. Artinya luas pura
menjadi tak terbatas.
Pembangunan pura ini rampung tahun
2012 dengan biaya dari dana punia masyarakat Hindu sekitarnya, serta para
dermawan dari Bali maupun luar Bali. Terwujudlah tempat ini menjadii tempat
suci yang disebut dengan Pura Beji Anantaboga.
Dan atas berdirinya pura ini, semoga
Hyang Dewi Gangga / Hyang Dewi Mangening / Hyang Suci Nirmala senantiasa
mengalirkan air kehidupan, menganugrahkan kesucian di Tanah Jawa, serta
memancarkan vibrasi kesadaran bagi insan-insan Tanah Jawa akan keagungan budi pekerti
leluhur. Rahayu…rahajeng……
kanduksupatra.blogspot.com. (Ki
Buyut Dalu).
#OriginalArtikelByKanduk
#OriginalArtikelByKanduk
No comments:
Post a Comment