Kanduksupatra.blogspot.com.
Bagaimana mungkin leluhur yang telah tiada sejak berabad abad yang lalu bisa
menghidupi manusia yang ada saat ini?
Saya yang melontarkan pertanyaan ini
pada awalnya juga ragu! Apa benar seperti kata hati saya ini?. Setelah bengong
sesaat, ternyata saya punya keyakian bahwa memang benar manusia Bali saat ini
dihidupi oleh para leluhur. Ini bukan mistis, bukan dongeng, dan bukan pula
mitos. Dasar pemikirannya begini:
Peradaban manusia Bali sejatinya
terbentuk di nusantara ini sejak dahulu kala secara berjenjang mulai jaman bahari,
pra sejarah, jaman Siwa Budha nusantara, jaman Bali kuno, jaman Bali Majapahit
serta jaman Bali kekinian. Dalam kurun sejarah panjang inilah manusia Bali
hidup dan berkembang, melahirkan tradisi, budaya, dan peradaban dijiwai
mitologi animisme dinamisme, bersenyawa dengan kearifan Siwa Buda, disemarakkan
oleh Bhairawa Tantra.
Peradaban ini sejatinya tersebar di
seluruh nusantara. Namun dalam perjalanannya, sejarah berkata lain. Belahan
bumi nusantara lainnya ada yang telah mengadopsi cara hidup, cara pandang serta
keyakinan yang baru, berbeda dengan keyakinan leluhur sebelumnya. Berubah pula
adab, peradaban, adat, serta budayanya. Sedangkan manusia Bali masih kukuh
dengan keyakinan leluhur nusantara. Oleh karena itu Bali menjadi lain, Bali
menjadi tersendiri dan menyendiri, Bali menjadi unik, walaupun sebagian yang
skeptis mengatakan “aneh”. Bali menjadi bahan pembicaraan orang-orang di luar
sana. Bali dipuji oleh banyak orang dan tidak sedikit pula yang “membenci”. Konon
Bali sangat eksotis, dirasa sebagai surga, negeri para dewa, tanah mistik
berlatar mitos, walaupun mereka yang tak sepaham mengatakan bahwa Bali
“penyembah berhala”. Banyak yang ingin merasakan getaran magis tanah Bali, menikmati
kesenian Bali, keindahan seni lukis, dan patung Bali yang menawan, walaupun ada
pula yang ingin “menghapus” tradisi manusia Bali. Bali menjadi karakeristik.
Bali dirasakan sangat beda. Banyak turis datang, banyak kegiatan diadakan konon
untuk mendapatkan inspirasi. Berbarengan dengan itu, banyak lapangan kerja,
banyak investasi, banyak penghasilan. Pariwisata berkembang, manusia Bali bisa
hidup darinya. Tidak saja manusia Bali yang memeluk keyakinan leluhur, bahkan mereka yang tak sepaham pun menikmati
manisnya anugrah leluhur ini di tanah Bali.
Bali tak memiliki tambang minyak, emas,
perak, timah, batubara, dll. Bali hanya memiliki keyakinan dan spirit yang
diwarisi dari para leluhur. Pemuliaan warisan leluhur dengan segala ritual dan
mitologinya inilah yang kemudian
menempatkan manusia Bali sebagai manusia yang unik dengan tradisi,
ritual dan peradabannya. Ritual inilah yang memberikan energi positif kepada
tanah Bali, yang menjadi daya tarik dari orang-orang dari belahan bumi nun jauh
di sana untuk melihat manusia unik yang bernama MANUSIA BALI. Inilah sejatinya
menghidupi manusia Bali. Bukan teknologi, bukan kekayaan tambang, bukan yang
lain. Hanya satu yakni KETEGUHAN HATI MANUSIA BALI MENJALANKAN TRADISI DAN
KEYAKINAN LELUHUR.
Bali tak berarti apa-apa bila jauh dari
keyakinan leluhur. Peradaban manusia Bali akan hampa dan hambar tanpa spirit leluhur.
Bali akan meredup tanpa peradaban leluhur. Bali akan ditinggal wisatawan bila
meninggalkan keyakinan leluhur. Dan…. Bali akan hancur jika menyimpang dari
ajaran leluhur.
Pada akhirnya akal sehat saya berkata, haruskah
Bali dan Manusia Bali berpaling kepada keyakinan dan kebudayaan orang lain?
Mereka yang sehat akan berkata “tidak”. Bagi mereka yang masih punya akal akan
berkata “untuk apa berpaling!.
Kita berharap keteguhan manusia Bali
dalam menjalankan tradisi leluhur diikuti oleh saudara-saudara di seluruh NUSANTARA dalam rangka membangkitkan spirit
nusantara. Dari Bali untuk Nusantara Jaya. Dari Bali untuk Nusantara, Merah
Putih, Pancasila, Garuda, Bineka Tunggal Ika. Sujud bakti kepada leluhur
nusantara. Ampura. kanduksupatra.blogspot.com. / ki buyut dalu.
#OriginalArtikelByKanduk
#OriginalArtikelByKanduk
No comments:
Post a Comment