kanduksupatra.blogspot.com.
Dikisahkan Raja Mengwi bukan kepalang kesal hatinya karena daerah kekuasaannya
direbut oleh I Gusti Ngurah Pemecutan dijadikan Kerajaan Badung. Raja Mengwi
lalu meminta bantuan kepada Raja Buleleng, I Gusti Ngurah Panji Sakti. Beliau
menyanggupi sambil berkata sedikit sesumbar “Apa itu kerajaan Badung hanya
sebesar sarang ayam. Hanya dengan mengibaskan kancut pasti hancur olehku”.
Singkat
cerita, pada suatu hari berangkatlah Pasukan Goak (Laskar I Gusti
Ngurah Panji Sakti) menuju Kerajaan Badung. Sesampai di areal persawahan di
sebelah timur laut Puri Pemecutan pasukan itu berhenti. Raja Badung yang
mendengar bahwa wilayahnya diserang oleh Buleleng lalu memerintahkan Sikep
(Laskar Badung) untuk menghadapi Goak
Buleleng. Terjadilah perang antara Goak Buleleng dengan Sikep Badung. Sikep
Badung terdesak dan banyak yang gugur. Darahnya mengalir bersama aliran air
parit. Sikep Badung sementara mundur untuk menghadap raja ke Puri. Setelah
beberapa langkah dari arena pertempuran, ternayat Raja Badung telah berangkat
menuju tempat pertempuran. Raja Badung memerintahkan kembali berteempur.
Diperintahkan agar para Sikep turun ke “nyarangan” (petak sawah yang siap ditanami padi), mengambil lumpur untuk dilemparkan ke mata Goak.
Atas perintah tersebut, Laskar Sikep berbalik bersemangat kembali menuju medan
perang. Pertempuran semakin dasyat, dimana Pasukan Sikep Badung melempari Goak
Buleleng dengan lumpur. kanduksupatra.blogspot.com.
Pasukan
Goak terdesak lalu mundur. Pada saat bersamaan muncullah I Gusti Ngurah Panji
Sakti. Perang tanding pun terjadi antara Raja Buleleng dengan Raja Badung. Pertarungan
sangat dasyat, sama-sama sakti, sama-sama lihai dan hebat bersenjatakan pedang,
tombak dan keris. Sama-sama tak tergores sedikitpun oleh senjata. Sama-sama
kebal.
Pertempuran
yang begitu dasyat, tak ada yang kalah tak ada yang menang. Keduanya merasa
kepayahan. Dalam kelelahan mereka di pertempuran, tiba-tiba ada sabda Betara
Batur. “Hai anakku I Gusti Ngurah Panji Sakti dan I Gusti Ngurah Pemecutan,
janganlah dilanjutkan pertempuran ini. Biar sampai setahun berperang, tidak
akan ada yang kalah dan menang, karena kamu mempunyai anugerah yang sama dari
Aku Betara Batur. Jadi, engkau mempunyai kekuatan dan kekebalan yang sama pula.
Sebaiknya kamu mulai saat ini bersaudara, berteman akrab saling menolong satu
dengan yang lain”. kanduksupatra.blogspot.com.
Ketika
mendengar sabda itu lalu pertempuran dihentikan. Kedua belah pihak sama-sama
berhenti berperang. I Gusti Ngurah Panji Sakti berkata, “Hai adikku I Gusti
Ngurah Pemecutan kita disarankan oleh Betara Batur untuk tidak berperang satu
sama lain karena anugerah sama. Mulai saat ini saya tidak akan berani kepada
dinda, demikian pula dinda tidak berani kepada saya. Antara Buleleng dan Badung
tidak boleh ada perang lagi. Oleh karena itu aku I Gusti Ngurah Panji Sakti, mulai
saat ini dinda saya beri nama I Gusti Ngurah Pemecutan Sakti. Demikianlah untuk
diingat seterusnya. Sekarang saya berpamitan akan kembali ke Den Bukit, semoga
dinda selamat”. kanduksupatra.blogspot.com.
Raja
Badung menyetujui dan mengucapkan selamat jalan kepada I Gusti Ngurah Panji
Sakti. Setelah ditinggalkan oleh I Gusti Ngurah Panji Sakti bersama pasukan Goak,
maka Raja Badung kembali bersama para Sikep. Namun sebelum kembali beliau
berkata, “Oleh karena di tempat ini terjadi perang (siat), maka mulai saat ini
tempat ini dinamai “Taensiat” (taen
berarti pernah, “siat” berarti perang),
kini menjadi TAINSIAT. Demikian pula parit tempat darah para sikep bercampur
air parit itu mengalir karena airnya berwarna ungu. Untuk selanjutnya areal
parit tersebut dinamai “KALIUNGU”. kanduksupatra.blogspot.com.
Selanjutnya
raja dan Pasukan Sikep berjalan menuju
arah puri ke arah barat daya. Pada suatu tempat beliau ingat kembali dan
berkata, “Oleh karena di tempat ini Laskar Sikep mau berbalik ke medan perang
kembali untuk selanjutnya tempat ini diberi nama “Tampak Wangsul” (tampak, ‘tapak’, wangsul ‘kembali). Dalam
perkembangannya menjadi “TAMPAK GANGSUL”. Demikian untuk selanjutnya agar
diingat”.
Setelah berkata demikian, maka raja
beserta para sikep melanjutkan perjalanan ke puri.
Demikian
dikisahkan. Ampura. #SejarahBali #BudayaBali #AdatBali #MisteriBali #MitosBali
#TaksuBali #kanduksupatra.blogspot.com #kibuyutdalu #PongahjuariMituturin #OriginalArtikelByKanduk
No comments:
Post a Comment