Asap abu vulkanik keluar dari garba (perut) Hyang Ibu Pertiwi atas dorongan Hyang Agni / Hyang Brahma dalam wujud magma. Meluncur melalui badan gunung / lingga acala Hyang Siwa Mahadewa. Ditebar ke segala arah oleh Sanghyang Maruta / Sanghyang Bayu berwujud angin. Di lain pihak Hyang Indra / Hyang Wisnu mengguyur dengan hujan untuk menyatukannya dengan permukaan bumi. Hyang Dewi Gangga berwujud air sungai dan anak sungai menelisik menyusupkannya ke seluruh permukaan bumi. Untuk selanjutnya diberkati oleh Hyang Dewi Sri sebagai benih kesuburan untuk kemakmuran manusia di bumi.
Artinya, dalam keyakinan leluhur yang memuliakan gunung dan alam, erupsi dimaknai sebagai Sanghyang Parama Kawi sedang berkarya untuk menjawab yadnya yang telah dilakukan umat manusia di dunia. Asap abu vulkanik dan material erupsi lainnya sejatinya adalah anugrah.
Sedangkan secara ilmiah, erupsi adalah sesuatu yang alamiah dan suatu keniscayaan dari sebuah gunung yang sedang menjalani kodratnya.
Itulah sebabnya erupsi disambut dengan kerendahan hati, dengan puja pangastuti (doa-doa), dengan ritual pemapag (penyambutan), ritual penyucian diri, dan sebagainya sesuai dengan rasa dan keyakinan untuk menyambut berkah Sanghyang Jagat Karana.
Dan….. ketika pemahaman ini melekat dalam sanubari manusia Bali (Hindu), lalu… duh kapan kita bisa mengatakan bahwa erupsi ini adalah sebuah Azab ? – yang dalam kamus Bahasa Indonesia berarti siksaan atau hukuman. Nggak lah ya…. ! Hehe….. Wantah iseng iseng manyurat. Ampura.
Foto ilustrasi: pinjaman.
#ErupsiGunungAgung #BerkahHyangWidhi #HyangGiriTohlangkir
kanduksupatra.blogspot.com
No comments:
Post a Comment