Thursday, March 5, 2015

Kepetengan




Suatu malam, dua orang pemuda yakni Yan Jubel bersama De Ancruk datang dari rumah temannya mau pulang. Mereka berdua naik sepeda motor, namun sebelumnya ia mampir dulu ke rumah temannya yang satu lagi yakni Man Blauk. Rumah Man Blauk agak jauh di dalam gang sempit. Karena di dalam gang sulit untuk memutar sepeda motor, maka mereka bedua memutuskan untuk menaruh sepeda motor di pinggir jalan di depan gang, mereka lalu masuk berjalan kaki ke dalam gang yang masih tanah alias belum dipaving.
Suasana gang itu memang agak gelap, karena maklum gang sempit dan yang menghuni di sana adalah mereka dari golongan ekonomi lemah. Jai yah.. seadanyalah gang tersebut. Gang itu cukup panjang dan minim penerangan. Suasana ketika itu adalah hari pemapag kajeng kliwon, dan waktu telah menunjukkan sekitar pukul sebelas malam. Mereka berdua melangkahkan kakinya di kesepian malam di gang tersebut. Hanya ada beberapa ekor anjing di depan rumah penduduk menggongong sebentar, lalu menghilang masuk ke rumah majikannya. Mereka terus melenggang digang sempit.
Nah sampai kira-kira dua puluh meter sebelum rumahnya Man Baluk, tepat di sana  ada sebuah pohon yang agak besar tumbuh di pinggir gang. Tiba-tiba mereka berdua merasa gelap sekali, semakin melangkah semakin gelap, sampai akhirnya mereka berdua tak melihat apa-apa, tak melihat jalan dan tak melihat rumah. Mereka berdua bingung mau melangkah kemana.
Yan Jubel pernah mendengar cerita kakeknya tentang orang yang tiba-tiba mengalami kegelapan pada malam hari. Kakeknya bilang kalau mengalami kegelapan tiba-tiba di malam hari, berarti di sekitar tempat tersebut sedang ada yang ngeleak. Maksudnya agar orang ngeleak tersebut tak terlihat oleh orang yang sedang lewat tersebut. Atau bisa saja ilmu kepetengan tersebut digunakan untuk menjebak orang yang lewat atau sasaran yang  akan dicelakai.           
Kakeknya bilang bahwa kalau sedang kena pepetengan, maka lebih baik nyongkok atau tidur di tanah. Kemudian ambil segenggam tanah, lalu lemparkan ke atas. Lakukan hal tersebut sebanyak tiga kali tak boleh kurang tak boleh lebih, serta tanah yang sudah digenggam tersebut tak boleh dilepas lagi sebelum dilempar. Artinya sekali gauk atau genggam langsung dilempar. Maksudnya secara filosofi menurut kakeknya bahwa orang tersebut memohon perlindungan kehadapan Hyang Ibu Pertiwi agar tak terkena celaka dan pengaruh kegelapan tersebut agar sirna. Demikian ia teringat dengan cerita kakeknya
Teringat dengan hal tersebut, Yan Jubel menyuruh De Ancruk untuk merunduk dan tidur di tanah berhimpitan. Lalu Yan Jubel mengambil tanah berdebu segenggam lalu dileparkan ke atas sembarangan. Genggaman kedua dilempar lagi. Ia mengambil lagi yang ketiga kalinya, namun tanah yang ia genggam tersebut agak belek dan lengket, lalu dilemparkan ke atas. Pada saat lemparan yang ketiga itu, suasana menjadi berangsur galang dan mereka dapat melihat gang itu kembali. Terlihat olehnya tembok dan pintu rumah Man Blauk. Mereka berpikir “syukurlah, kegelapan tersebut sudah sirna, berkat cerita si kakek terdahulu. Ternyata benar bahwa apa yang dikatakan kakek itu”. Demikian dalam hal Yan Jubel.
Kini ia sadar setelah mengambil tanah tiga kali itu ia merasakan ada yang belek yang ia genggam. Ia memeriksa tangannya dan ternyata baunya memang tak enak alias bengu. Rupanya pada genggaman terakhir tadi, yang ia  saup itu adalah tain cicing yang kebetulan ada di gang. Pantesan baunya keras sekali. Mereka lalu cepat-cepat masuk ke rumah Man Blauk dan mencuci tangan di sana. Mereka tak menceritakan kejadian itu pada Man Blauk.
Diceritakan mereka di rumah Man Blauk sebentar saja, sudah itu balik lagi. Mereka was-was, jangan-janagn terkena kepetengan lagi. Ternyata tidak. Sampai akhirnya mereka sampai di depan gang dan menghidupkan sepeda motor dan kembali ke rumah masing-masing.
Sampai di rumah, Yan Jubel berpikir tentang apa yang ia alami tadi. Ia mengingat cerita kakeknya terdahulu. Dan trenyata benar. Namun yang ia pikir lagi, kok bisa tanah itu membuyarkan kegelapan. Yan Jubel berpikir, jangan-jangan leak waktu itu ada di atas kepala kita, sehingga lemparan tanah atau debu tersebut mengenai mata leak tersebut, sampai-sampai sepenan. Lalu tak tahan dan lari menghilang. Apakah benar karena tanah?. Atau jangan-jangan lemparan terakhir yang tak sengaja adalah gumpalan tai kuluk yang membuat leak peteng tersebut menjadi kalang kabut. Entahlah, yang jelas teori itu benar dan ia selamat dari sekapan leak peteng itu.
Keesokan harinya, Yan Jubel dicari lagi oleh De Ancruk, untuk mengambil barang di rumah Man Blauk. Ia kembali berjalan berdua di gang, namun pada siang hari. Ia mengingat lagi kejadian tadi malam, di bawah pohon di gang tersebut. Waktu itu tampak olehnya bekas genggaman tangannya masih tampak di sana, dan lucunya lagi masih tampak bekas gompesan tanganya pada tahi kuluk yang masih sebagian. Melihat itu Yan Jubel menjadi geli dan tertawa dengan apa yang ia lihat.
Dalam kekonyolannya di gang kemarin, tiba-tiba  mereka berdua dikejutkan oleh sapaan seorang perempuan yang tengah umur lebih. Orang itu sambil membawa kapas dan menguasa matanya yang merah berkata kel kija gus?”
Dijawab oleh mereka  berdua  “tyang ngerereh Man Blauk”
Di jawab lagi “oh, mu naee keme, ia asane ada jumahne”
Perempuan tersebut sambil lalu menyahut dan kecah kecuh.
Yan Jubel dan De Ancruk heran, mengapa orang itu akrab dengan dirinya, padahal ia tak kenal dan tak pernah melihat sebelumnya.
Namun dalam sekejap Yan Jubel teringat dengan kejadian tadi malam. Ia sadar kalau orang tadi itu mengusap matanya dengan kapas, dan orang tersebut kayaknya sakit mata. Yan Jubel berpikir, jangan-jangan orang yang menyapa tadi itu adalah orang yang berada di kegelapan malam tadi. Mungkin mata mereka kena semburan debu tadi malam. Mungkin pas matanya yang kena sehingga sepenan, lalu lari. Atau mungkin juga terkena tai kuluk yang ia lempar pas kena mulutnya, sehinga sampai hari ini ia masih mual mau muntah terkena tahi kuluk. Haaaa…. Bisa jadi.
Ketika dilihat kembali, ternyata perempuan tersebut sudah keluar dai gang dan tak tampak lagi. Bah kemungkinan besar memang dia yang menjadi leak tadi malam. Tapi sekarang ia mencoba untuk menemui orang yang melemparnya dengan tanah tadi malam. Maksudnya mereka akan menyapa dan kalau yang disapa itu menyahut, maka secara tak langsung mereka sudah mendapatkan obat ari orang yang membuat dirinya sakit. Dan kalau mau sembuh cepat, maka yang bersangkutan biasanya minta sesuatu pada orang yang telah membuatnya sakit. Apabila diberikan entah itu makanan, minuman, atau yang lainnya, yang penting dikasi minta maka akan sembuh segera.
Mungkin dadong tadi gengsi meminta sesuatu karena belum kenal, dan agar tak kentara kalau yang menjadi leak kemarin adalah dirinya, sehingga dengan sapaan saja sudah cukup, walaupun nanti sembuhnya agak lama. Haa… lebih baik sembuh lebih lama, daripada malu kentara jadi leak. Saja masih…. “betul juga”.  


1 comment: