Thursday, March 5, 2015

Regrek Tunggek Cantik dari Renon



 
Desa Renon, tepatnya di seputaran jalan Tukad Balian, dikenal sebagai gudangnya semangka di kota Denpasar. Sejak dahulu daerah ini menghasilkan semangka, timun guling, dan timun gantung. Sampai sekarang tradisi menanam semangka masih dilakukan oleh petani setempat.
Sejalan dengan perkembangan pariwisata dan perkembangan pemukiman, wilayah ini memang tak dapat menghindar. Walaupun sawah masih luas, namun pemukiman juga sudah mulai merambah ke arah ini. Banyak bangunan baru di sana, selain oleh masyarakat di sana yang semakin berkembang, juga banyak dari penduduk pendatang. Bahkan penduduk urban dari daerah luar Bali ada di sana. Salah satunya adalah kelompok pemulung yang tinggal di sekitar jalan Tukad Balian, sekitar pertengahan antara Desa Renon dengan Sidakarya.
Di kawasan pemulung ini tampak sebuah bangunan  tua yang sudah rapuh. Setelah ditelusuri lebih dekat, di dalam rumah tua tersebut terdapat sebuah sumur tua. Sumur tua tersebut dimanfaatkan oleh para pemulung yang tinggal di sekitarnya untuk keperluan sehari-hari. Kumpulan pemulung memang cukup banyak serta dengan aktivitasnya yang senantiasa membuat suasana di kawasan tersebut tetap ramai apalagi dengan keliaran anak-anak, semakin meramaikan suasana di kawasan itu.
Namun akan sangat berbeda dengan malam hari. Suasana yang dingin di areal persawahan serta angin yang berhembus seringkali membuat para pemulung segera mengantuk dan tertidur pulas, suasana pun menjadi sunyi senyap. Dalam kesunyian tersebut, beberapa orang dari para pemulung sering menyaksikan sesuatu yang berkelebat di kegelapan malam. Tampak jelas olehnya bahwa ada penampakan seorang perempuan berambut panjang dengan kakinya yang borok, punggungnya juga borok. Ia menangis tersedu-sedu di tempat di sekitar sumur tua, di rumah tua tersebut.  Jalannya terseok-seok, sambil menangis dan minta tolong. Memang kehadiran dari perempuan tersebut tak menganggu dan tak mengusik ketentraman warga.
Warga yang yang kebetulan melihatnya, menjadi ketakutan dan segera masuk ke dalam rumah. Bagi mereka yang memiliki keberanian dan memiliki kemampuan sepiritual lebih, mencoba mengamati dan berkomunikasi dengan perempuan niskala tersebut. Dari komunikasi tersebut didapat nama perempuan cantik itu adalah Raden Ayu. Ia sering menangis kesedihan karena ia sekarang sudah tak memiliki tempat tinggal, ia hanya bisa berkeliaran di sekitar sumur tua tersebut.
Atas informasi tersebut, masyarakat pemulung yang semuanya adalah warga muslim mencoba untuk menenangkan Raden Ayu dengan caranya sendiri. Dengan harapan agar perempuan tersebut menjadi lebih tenang dan tak bersedih lagi dan tak gentayangan. Demikian juga agar ia tak mengganggu warga yang ada di sekitarnya.
Warga Hindu yang tinggal di sekitarnya juga rajin memberikan rarapan dan sebagainya, dengan harapan para penghuni niskala yanga ada di tempat itu menjadi bersahabat dan membantu dalam segala kegiatan sekala. Atas upaya tersebut keberadaan Raden Ayu menjadi lebih tenang, dan sampai saat ini sudah jarang menampakkan diri. Kini tak lagi terdengar rintihan tangisan kesedihan seorang wanita di malam hari yang memilukan hati dan menakutkan. Bagi yang bernyali besar mungkin akan merasa kasihan melihatnya, dengan badan tak terurus, kakinya borok, punggung borok, jalan terseok-seok, menangis tersedu-sedu berjalan menuju sumur tua. Yang sering melihat kehadiran perempuan tersebut adalah Bapak Agus yang tinggal di sekitar rumah tersebut.      



No comments:

Post a Comment