Ada kisah berbau mistis di pedesaan
Buleleng Barat, tepatnya di salah satu banjar di Desa Bengkel. Diceritakan ada
seorang kakek (sebut saja namanya Kak Gaul) dikenal oleh masyarakat memiliki kewisesan (ilmu magik) yang tinggi.
Cuman orang-orang tak pernah tahu persis ilmu apa yang dimiliki dan seberapa
tinggi ilmu sang kakek, apakah imu pengiwa
atau penengen. Yang jelas
pergunjingan di masyarakat dikatakan bahwa sang kakek (Kak Gaul) memiliki ilmu
tinggi dan sering menunjukkan kebolehan, bahkan sering menjahili orang alias ugig. Demikian cerita awalnya.
Sejalan dengan usianya yang sudah lingsir (tua), Kak Gaul kemudian
meningal dunia. Santer terdengar kabar bahwa Kak Gaul meninggal karena kalah mesiat (perang ilmu hitam). Dengan
meninggalnya Kak Gaul, maka persiapan upacarapun dipersiapkan. Namun ada hal
yang mengganjal, sebab dewasa tidak mengijinkan Kak Gaul diaben dalam waktu
yang cepat, sehingga harus menunggu agak lama, sekitar sebulan ia dibaringkan
di rumahnya menunggu dewasa yang baik.
Selama sebulan para kerabat dan krama
banjaran setiap malam magebagan
(jaga) di rumah Kak Gaul yang dikenal sakti tapi ugig. Bisa dibayangkan situasi
saat itu. Suasana desa yang sunyi, malam dengan penerangan seadanya, dingin,
ditambah lagi yang meninggal adalah orang sakti ugig di desanya. Pastilah akan
memberikan suasana lain yang berbau mistik selama masa magebagan. Mungkin saja teman-teman Kak Gaul berkunung pada malam
hari dengan berbagai bentuk leak sebagai ucapan bela sungkawa, atau mungkin
musuh-musuhnya banyak yang datang pada malam hari dengan berbagai wujud mistik
sebagai ejekan kepadanya. Tetapi selama magebagan
tersebut tak ada yang mengalami hal tersebut. Mungkin saja yang magebagan tidak merasakan atau memang
ketika kehadirannya, para leak biasanya memasang penyengker agar aksinya tak ketahuan. Bisa saja, orang namanya ilmu
mistik. Yang jelas proses magebagan
jalan seperti biasa.
Diceritakan kemudian menjelang hari pengabenan Kak Gaul, banyak kerabat dan
krama banjar yang datang nguopin
(membantu) persiapan upacara. Terutama para istri
(perempuan) menyiapkan sarana upacara, dibantu oleh lelaki. Pada suatu siang
tampak kerumunn para istri nguopin di
rumah sang kakek. Tiba-tiba ada seorang ibu geleh
(berteriak) berkata celuluk…..celuluk….. celuluk…… yang menyebabkan para istri kaget
dan berhamburan, padahal ibu-ibu yang lain tak melihat. Perempuan yang melihat celuluk tersebut nyelek ati alias pingsan, mungkin saking kaget dan takut. Padahal
itu siang hari. Bisa saja salah satu teman dari si kakek datang ikut membantu
persiapan upacara. Kalau celuluk itu luh
(cewek) bisa saja itu dedeman dari
Kak Gaul ketika masih hiup, alias selingkuhannya, ha…ha…
Keesokan harinya, ibu-ibu dan
bapak-bapak secara biasa nguopin ke
rumah si kakek. Percakapan saat itu diwarnai oleh kejadian mistik kemarin
siang. Sedang asiknya mereka bersenda gurau sambil menyiapkan sarana upacara,
tiba-tiba ada salah seorang ibu-ibu dari mereka yang kembali geleh berterak mengatakan ada bangkal (celeng) ngamah (makan) tepung. Ada
celeng ngamah tepung….. ada celeng ngamah tepung….sambil menunjuk ke arah
tertentu. Kembali mereka kaget dan berhamburan ingin tahu kejadian tersebut.
Sayang sekali, yang menyaksikan bangkal tersebut keburu pingsan. Sedangkan yang
lainnya tak melihat apa-apa.
Suasana menjadi gaduh berbau mistik
ketika acara pengabenan Kak Gaul yang memiliki ilmu mistik ketika masih hidup.
Kasak-kusuk di antara masyarakatpun ramai, merambah ke kampung sebelah.
Salah seorang warga kampung, I Kumis
Jempe berkata “leak-leak yang terlihat di siang bolong tersebut mungkin saja
adalah teman-teman atau murid dari pekak sakti. Mungkin muridnya lupa menaruh
sabuk pengleakannya di rumah, atau ia tak tahu kalau sabuk pengeleakan yang ia
kenakan tersebut masih on alias masih
aktif, alias belum di shut down
sehingga di bawa ke tempat orang nguopin
dan ngelekas di siang bolong”. I Kumis Jempe kembali berkata “Kak Gaul boleh
meninggal, tetapi sabuk dan ilmunya masih hidup, serta pengikutnya masih
banyak. Pastilah ia akan mencari pewaris ilmunya”.
Teman I Kumis, yakni I Kales berkata
“aku salut dengan Kak Gaul, ia banyak punya teman, banyak punya pengikut,
banyak punya simpatisan. Kalau saja Kak Gaul jadi caleg dengan sistem tarung
bebas pastilah ia akan menang dan menjadi wakil rakyat dari partai leak sakti”. I Kales menambahkan
”kalau di TV ada lagu Bali berjudul Bangkung
ngamah Gula, nanti aku mau bikin lagu berjudul Bangkal Ngamah Tepung ha…ha….”
“Ah.. cai ada ada dogenan, siepang ibane….”
Demikian I Kumis Jempe menutup pembicaraan dengan dengan logat Buleleng yang
sangat kental. (Ki Buyut/ Inks)
No comments:
Post a Comment