Friday, August 21, 2015

Bangkal Ngamah Tepung




          Ada kisah berbau mistis di pedesaan Buleleng Barat, tepatnya di salah satu banjar di Desa Bengkel. Diceritakan ada seorang kakek (sebut saja namanya Kak Gaul) dikenal oleh masyarakat memiliki kewisesan (ilmu magik) yang tinggi. Cuman orang-orang tak pernah tahu persis ilmu apa yang dimiliki dan seberapa tinggi ilmu sang kakek, apakah imu pengiwa atau penengen. Yang jelas pergunjingan di masyarakat dikatakan bahwa sang kakek (Kak Gaul) memiliki ilmu tinggi dan sering menunjukkan kebolehan, bahkan sering menjahili orang alias ugig. Demikian cerita awalnya.
          Sejalan dengan usianya yang sudah lingsir (tua), Kak Gaul kemudian meningal dunia. Santer terdengar kabar bahwa Kak Gaul meninggal karena kalah mesiat (perang ilmu hitam). Dengan meninggalnya Kak Gaul, maka persiapan upacarapun dipersiapkan. Namun ada hal yang mengganjal, sebab dewasa tidak mengijinkan Kak Gaul diaben dalam waktu yang cepat, sehingga harus menunggu agak lama, sekitar sebulan ia dibaringkan di rumahnya menunggu dewasa yang baik.
          Selama sebulan para kerabat dan krama banjaran setiap malam magebagan (jaga) di rumah Kak Gaul yang dikenal sakti tapi ugig. Bisa dibayangkan situasi saat itu. Suasana desa yang sunyi, malam dengan penerangan seadanya, dingin, ditambah lagi yang meninggal adalah orang sakti ugig di desanya. Pastilah akan memberikan suasana lain yang berbau mistik selama masa magebagan. Mungkin saja teman-teman Kak Gaul berkunung pada malam hari dengan berbagai bentuk leak sebagai ucapan bela sungkawa, atau mungkin musuh-musuhnya banyak yang datang pada malam hari dengan berbagai wujud mistik sebagai ejekan kepadanya. Tetapi selama magebagan tersebut tak ada yang mengalami hal tersebut. Mungkin saja yang magebagan tidak merasakan atau memang ketika kehadirannya, para leak biasanya memasang penyengker agar aksinya tak ketahuan. Bisa saja, orang namanya ilmu mistik. Yang jelas proses magebagan jalan seperti biasa.
          Diceritakan kemudian menjelang hari pengabenan Kak Gaul, banyak kerabat dan krama banjar yang datang nguopin (membantu) persiapan upacara. Terutama para istri (perempuan) menyiapkan sarana upacara, dibantu oleh lelaki. Pada suatu siang tampak kerumunn para istri nguopin di rumah sang kakek. Tiba-tiba ada seorang ibu geleh (berteriak) berkata  celuluk…..celuluk….. celuluk…… yang menyebabkan para istri kaget dan berhamburan, padahal ibu-ibu yang lain tak melihat. Perempuan yang melihat celuluk tersebut nyelek ati alias pingsan, mungkin saking kaget dan takut. Padahal itu siang hari. Bisa saja salah satu teman dari si kakek datang ikut membantu persiapan upacara. Kalau celuluk itu luh (cewek) bisa saja itu dedeman dari Kak Gaul ketika masih hiup, alias selingkuhannya, ha…ha…
          Keesokan harinya, ibu-ibu dan bapak-bapak secara biasa nguopin ke rumah si kakek. Percakapan saat itu diwarnai oleh kejadian mistik kemarin siang. Sedang asiknya mereka bersenda gurau sambil menyiapkan sarana upacara, tiba-tiba ada salah seorang ibu-ibu dari mereka yang kembali geleh berterak mengatakan ada bangkal (celeng) ngamah (makan) tepung. Ada celeng ngamah tepung….. ada celeng ngamah tepung….sambil menunjuk ke arah tertentu. Kembali mereka kaget dan berhamburan ingin tahu kejadian tersebut. Sayang sekali, yang menyaksikan bangkal tersebut keburu pingsan. Sedangkan yang lainnya tak melihat apa-apa.
          Suasana menjadi gaduh berbau mistik ketika acara pengabenan Kak Gaul yang memiliki ilmu mistik ketika masih hidup. Kasak-kusuk di antara masyarakatpun ramai, merambah ke kampung sebelah.
          Salah seorang warga kampung, I Kumis Jempe berkata “leak-leak yang terlihat di siang bolong tersebut mungkin saja adalah teman-teman atau murid dari pekak sakti. Mungkin muridnya lupa menaruh sabuk pengleakannya di rumah, atau ia tak tahu kalau sabuk pengeleakan yang ia kenakan tersebut masih on alias masih aktif, alias belum di shut down sehingga di bawa ke tempat orang nguopin dan ngelekas di siang bolong”. I Kumis Jempe kembali berkata “Kak Gaul boleh meninggal, tetapi sabuk dan ilmunya masih hidup, serta pengikutnya masih banyak. Pastilah ia akan mencari pewaris ilmunya”.
          Teman I Kumis, yakni I Kales berkata “aku salut dengan Kak Gaul, ia banyak punya teman, banyak punya pengikut, banyak punya simpatisan. Kalau saja Kak Gaul jadi caleg dengan sistem tarung bebas pastilah ia akan menang dan menjadi wakil rakyat dari partai leak sakti”. I Kales menambahkan ”kalau di TV ada lagu Bali berjudul Bangkung ngamah Gula, nanti aku mau bikin lagu berjudul Bangkal Ngamah Tepung ha…ha….”
          Ah.. cai ada ada dogenan, siepang ibane….” Demikian I Kumis Jempe menutup pembicaraan dengan dengan logat Buleleng yang sangat kental. (Ki Buyut/ Inks)


No comments:

Post a Comment