Tuesday, August 4, 2015

Parsel untuk Ida Betara





Jaman memang sudah berkembang jauh, peradaban sudah semakin mencari bentuknya menyesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat dunia saat ini yang didominasi oleh teknologi informasi. Tak ketinggalan dalam kehidupan sosial, adat dan keagamaan di tanah Bali yang konon masih eksotik. Namun eksotis prilaku dan budaya masyarakat Bali kini sudah terusik oleh dunia modern bahkan sudah mencari bentuknya sendiri dalam peradaban modern. Yang menjadi fokus perhatian penulis dalam hal ini adalah perkembangan dari bentuk gebogan atau banten tegeh yang dibuat sebagai persembahan kehadapan Ida Betara Betari, Dewa Dewi, manifestasi Ida Sanghyang Widhi Wasa sebagai rasa syukur dan simbol ketulusiklasan. Dimana sebagaimana layaknya dari banten tegeh atau gebogan pada awalnya didominasi oleh jajanan bali seperti jaja begina, jaja uli, gipang, satuh, iwel, tape dirangkai dengan buah-buah lokal seperti pisang, manggis, mundeh, sotong, sentul, semaga, jeruk bali, manas, poh, bahkan buah-buhan langka seperti batulampe, serta potongan tebu manis, dll.
Namun sejalan dengan perkembangan jaman disertai dengan kelangkaan dari buah lokal akibat kalah saing dan kalah rasa dengan buah impor, maka keberadaan dari buah lokal sudah tergeser tempatnya di atas dulang banten gebogan, didominasi oleh buah impor seperti apel dengan berbagai merk, per, san kis, markisa, kiwi, anggur, dll. Demikian juga dengan jajanan lokal sudah tergeser kedudukannya di atas rangkaian gebogan bali, dimana didominasi oleh  produk modern seperti roti-roti, bolu, ciki-ciki, coklat, pancake / jajanan modern lainnya. Bahkan kini dilenghkapi dengan minuman - minuman sof dring seperti pocari sweat, teh kotak, coca cola kaleng, sprite kaleng, fanta, bahkan bir, dll. Memang dirangkai bagus dan indah, tanpa menghilangkan komponen pokok dari banten tersebut seperti nasi, lauk pauk bali, sampian, tumpeng, tape, bantal, dan kelengkapan lainnya.
Namun hal ini menjadi agak sedikit lucu aja dan sesuatu yang baru bagi penulis. Sebab rangkaian tersebut mengingatkan kita ketika hari raya umat lain atau tahun baru yang biasa mengirim parsel kepada teman, kerabat dan pejabat. Penulis hanya menganalogilkan banten tegeh atau gebogan yang dibuat oleh ibu-ibu Bali saat ini hampir menyerupai parsel. Sehingga tak jarang orang nyeletuk banten yang dibuat itu adalah “Parsel buat Ida Betara”. Bali memang kreative. Tapi….. (Ki Buyut Dalu/inks).

No comments:

Post a Comment