Pura Bukit
Gumang terletak di Desa Pekraman Bugbug, kabupaten Karangasem. Pura ini berdiri
di puncak sebuah bukit yang disebut dengan Bukit Gumang atau Bukit Juru, yang
tergolong tandus dengan ketinggian sekitar 279 di atas permukaan laut, hanya
dapat dicapai dengan menyusuri lereng bukit dari pinggir jalan raya yang berkelok
yang dikenal dengan kawasan Sanghyang Ambu. Kawasan bukit ini dihuni oleh
banyak kera-kera liar yang menjadi pengijeng
(penghuni) dari Pura Bukit Gumang. Konon menurut cerita penduduk, dulu ketika
masih hutannya lebat, di kawasan ini juga terdapat kawanan sapi liar yang disebut
dengan Sampi Gumang. Namun sekarang
keberadaannya sudah tidak ada lagi. Yang bertahan hidup di sana adalah kawanan kera liar yang disebut dengan
Bojog Gumang. Pura Bukit Gumang
secara turun temurun diempon oleh lima
desa pekraman yakni Desa Bugbug, Bebandem, Datah, Jasri, dan Ngis.
Dari jalan raya
menuju ke Pura, maka pengunjung akan
melewati tiga buha punggung bukit. Perjalanan menuju ke Pura Bukit
Gumang melewati jalan setapak berbatuan dan sekian banyak anak tangga yang di
kanan kirinya dipenuhi dengan pohon-pohon beserta semak-semak tanaman tandus. Sesekali
juga disapa oleh sekawanan kera yang menghuni perbukitan tersebut untuk meminta
sekedar gagapan (oleh-oleh makanan). Pada
punggung bukit yang ketiga, maka sampailah di depan candi bentar yang berdiri
megah di atas bukit Gumang. Dari ketinggian bukit, sesekali melepas pandangan
ke arah sekelilingnya yang indah. Di arah selatan tampak laut membiru, di
sebelah timur tampak perbukitan dan persawahan di bawahnya menghijau, sedangkan
di bangian butara kelihatan Gunung Agung yang indah. Di areal pura Bukit Gumang
tampak luas di dalamnya, tidak tertata dalam tri mandala, namun pelinggih-pelinggih di Pura Bukit Gumang tersusun
secara berderet menjadi enam bagian.
Pertama, leretan
bagian barat terdiri dari pelinggih Gaduh Maprucut sebagai stana Betara Gede
Gumang, yang disebut dengan pelinggih
Gaduh Pakan Lanang dan tiga buah pelinggih bebaturan
capah sebagai pelinggih taksu-taksu.
Di bagian selatan agak ke atas terdapat bangunan Bale Agung sebagai tempat metanding banten, dan sebuah tempat air
untuk keperluan upacara. Leretan bagian tengah berjejer dari utara ke selatan
terdapat bangunan bertumpang tiga sebagai stana Betara Tri Purusa. Di sebelah
selatan dari posisi tadi terdapat tonggak-tonggak sesaka sebagai tempat bale
panggungan sebagai stana dari Ida Betara dari Desa Bugbug, Bebandem, Jasri,
Datah, dan Ngis ketika berlangsung odalan. Di bagian selatannya dari leretan
tersebut terdapat pelinggih Gaduh Rong Kalih sebagai stana Bhatara Ayu Lulut stana
betara Ayu Mandasar dan Betara Ayu Mas, yang disebut dengan pelinggih Gaduh
Pakan Istri, yang dikelilingi oleh tiga buah bebaturan capah yang merupakan pelinggih taksu-taksu. Pada leretan bagian timur, dari utara ke selatan terdapat
pelinggih Sanggar Agung stana Hyang
Widhi dalam prabawanya sebagai Sanghyng Manik Anrawang atau Sanghyang Mahesora.
Di selatannya terdapat bale lantang dan
bale pawaregan, dan sebelah selatannnya lagi terdapat bale lantang tempat paebatan.
Pada bagian luar, di luar candi bentar sepanjang punggung bukit Gumang terdapat
pelinggih bebaturan capah sebagai
stana taksu-taksu antara lain
pelinggih pengayatan Sanghyang Ambu, Pelinggih Taksu di Canggleg, Pelinggih
Taksu di Canggleg Asah, Pelinggih Taksu di Kacu, dan pelinggih Taksu di
pemapagan. Pada bagian lereng kelod
kangin /tenggara terdapat sebuah pelinggih padma sari sebagai satana Jero Gede Jurang atau Jero Gede Pedasar yakni
Betara di Bukit atau Gili Byaha. Pada bagian barat daya atau kelod kauh terdapat dua buah pelinggih
bebaturan yakni bebaturan capah adegan sebagai linggih Taksu lanang dan istri.
Mengenai piodalan di Pura Bukit Gumang jatuh pada
hari Purnama Kapat. Dimana piodalan di
pura tersebeut dilaksanakan dua macam yakni piodalan alit (aci alit/usaba alit) yang disebut dengan Aci Kedulu Cenik atau Usaba
Kedulu Cenik, yang jatuh pada setiap tahun ganjil. Piodalan alit ini cukup
dilaksanakan oleh penyungsung dari desa pekaraman Bugbug. Kemudian Piodalan Ageng /Aci Kedulu Gede/Usaba Kedulu Gede/Aci Gumang Ageng/Usaba Gumang Ageng,
yang dilaksanakan pada setiap tahun genap. Dalam piodalan ini menghadirkan para
Dewa betara-betari yang berstana di di desa-desa pekaraman manca desa yakni
Bugbug, Bebandem, Jasri, Ngis, dan Datah.
Upacara Ageng didahului dengan Mabiyasa yakni rangkaian upacara
bersukaria menyambut kehadiran dari para Dewa atau Betara-betara dari
masing-masing desa karena lama tak bertemu. Upacara ini dilakukan dengan menarikan
dan mengadu-adu jempana atau joli oleh para pengiring/pemundut dari manca desa tersebut. Upacara ini bemakna untuk memohon
kesuburan dan kemakmuran agar hasil bumi melimpah. Proses ini diakhiri dengan
mempersatukan joli atau jempana Bhatara Ukir Gumang dengan
jempana Ida Betara Gede Manik Sakti yang berstana di Pura Puseh desa Bebandem. Demikian
pula dengan jempana dari desa yang lainnya dilinggihkan di bale panggungan,
untuk selanjutnya dilakukan rangkaian upacara selanjutnya.
Inilah adala
proses ritual yang menarik yang dilaksanakan di Pura Bukit Gumang. Orang awam
sering menyebut dengan Ida Betara mepalu/beradu
jempana. Padahal bukan begitu maknanya. Maknanya yang sebenarnya adalah sebagai ungkapan rasa sukacita serta memohon
kesuburan dan kemakmuran kehadapan Ida Betara.
Untuk hari piodalan alit maupun ageng, di Pura Bukit Gumang sudah tentu
diramaikan oleh pemedek. Namun ketika
hari biasa, sesekali juga ada pemedek yang tangil ke Pura Bukit Gumang untuk
melakukan persembahyangn khusus atau hanya untuk bertirthayatra. Pada hari-hari
biasa, pemedek mesti membawa sedikit gagapan untuk para monyet yang emnghuni
perbukitan tersbeut yang berkeliartan di sekitar pura. Jumlahnya memang tak
sedikit, dan kadangkala mereka karean lapar, seringkali sekawanan bojog
tersebut memecah konsentrasi ketika ngaturang bhakti. Sehingag alangkah baiknya
ketika menghaturkan bhakti pada hari biasa, sebaiknya ada yang mengawasi
bojog-bojog tersbeut. Sebab mereka sering ngelebar banten haturan sebelum
waktunya. (Ki Buyut Dalu/2008
/Inks)
No comments:
Post a Comment