|
Gunung Bromo |
Seperti yang sudah diungkapkan di dalam
Lontar Tantu Panggelaran, bahwa Gunung Bromo (Gunung Brahma) adalah gunung yang
diciptakan untuk meyangga Gunung Semeru agar kondisinya tetap kokoh. Dengan
kokohnya Gunung Semeru, maka Tanah jawa akan menjadi stabil.
|
Pura Luhur Poten di Lautan Pasir Bromo |
Di kawasan Gunung Bromo terdapat banyak
gunung-gunung lainnya. Kawasan tersebut dinamakan Pegunungan Tengger yang
dihuni oleh masyarakat pemeluk Hindu Jawa. Mereka disebut masyarakat Suku
Tengger. Nama Tengger berasal dari legenda masyarakat di sana yakni kisah cinta
Roro Anteng (wanita cantik keturunan Majapahit) dengan Joko Seger (anak seorang
brahmana). Dari kedua nama itu dipadukan menjadi Teng-Ger (roro anTENG dan joko
seGER). Pasangan suami istri tidak memiliki keturunan, lalu memohon kehadapan
Dewa yang berstana di Gunung Brahma (Bromo). Permohonannya terkabul dan
memiliki banyak anak. Atas rasa syukur mereka kehadapan Batara di Gunung
Brahma, mereka menghaturkan sesaji setiap bulan
purnama sasih sada. Persembahan syukur inilah yang melahirkan upacara Kesodo (ke-sada) di Gunung Bromo oleh
masyarakat Tengger.
|
Pura Luhur Poten |
Dalam perjalanan sejarah
masyarakat suku Tengger, tahun 2000 didirikanlah sebuah tempat pemujaan kepada
Dewa yang berstana di Gunung Bromo. Tempat pemujaan itu dibangun di sebuah poten (sebidang tanah di lautan pasir). Setelah
berdiri tempat pemujaan itu diberi nama PURA LUHUR POTEN (pura yang berada di
lautan pasir). Pura ini menjadi pusat kegiatan pemujaan dalam rangka yadnya
kesada dan kegiatan keagamaan Suku Tengger. Pura Luhur Poten sebagai tempat
pemujaan kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam Prabhawa sebagai Batara
Brahma. Pura ini disungsung oleh ribuan umat di kawasan Tengger yang terdiri
dari desa-desa pegunungan seperti desa Argosari, Ngadisari, Ngadas, Sukapura,
Tosari, Wonokitri, dll., yang tersebar di empat kabupaten yakni Lumajang,
Probolinggo, Pasuruan, dan Malang.(Ki Buyut Dalu, 2016).
No comments:
Post a Comment