Dumogi
nemu “Galang” ring rahina “Galungan”
Ketika
hendak bertutur tentang cerita rakyat, I Bhuta Dungulan dalam hati kecilku tertawa
“satua buin satuang” (cerita lagi diceritakan)
Ketika
hendak bertutur tentang kebajikan, I Bhuta Galungan dalam hati kecilku tertawa “sudah
bijakkah engkau?”
Ketika
hendak bertutur tentang ajaran agamaku, I Bhuta Amangkurat dalam hati kecilku tertawa
“sudah pahamkah kau?”
Ketika
hendak bertutur tentang susila, I Bhuta Wirosa dalam hati kecilku tertawa
“sudah patutkah kau jadi panutan?”
Ketika
hendak bertutur tentang sejarah, I Bhuta Togtogsil dalam hati kecilku tertawa “kau
manusia baru kemarin sore”
Ketika
hendak bertutur tentang budi perkerti, I Bhuta Prungut dalam hati kecilku tertawa
“sebaiknya kau berkaca dulu !”
Ketika
hendak bertutur tentang situasi sosial, I Bhuta Dengen dalam hati kecilku tertawa
“sudah beradabkah engkau?
Setiap
hendak menuangkan pikiran dalam bentuk tutur, kisah, tulisan, dll., para Bhuta
Kala dalam hati kecilku selalu jahil menertawaiku. “Kau bukan siapa - siapa,
kau bukan apa-apa, kau belum seberapa”. Demikian mereka menertawaiku.
Rupanya
aku I Jugul Punggung (si dungu) pongah juari bertutur. “Mabet ririh” sok tahu
sok bisa.
Aku
jadi malu kepada Sang Bhuta Dungulan, Bhuta Galungan, Bhuta Amangkurat, beserta
saudara - saudaranya. Mereka utusan Hyang Betari Nini Bagawati untuk mengingatkanku…
Sembah
sujud kehadapan para Leluhur, para Danghyang, para Mpu, Para Resi, Dewa Dewi,
Betara Betari, Hyang Betari Nini
Bagawati, Hyang Siwa Jagatkarana….
Dumogi
ngemanggihin GALANG ring rahina GALUNGAN.
Rahayu…
Dirgahayu …. Dirgayusa……
#Galungan
#BhutaDungulan #IJugulPunggungMabetRirih
kanduksupatra.blogspot.com
No comments:
Post a Comment