Dikisahkan
sesosok naga bernama Nagasesa, putra dari Sang Anantawisesa dan Dewi Wasu
(putri dari Anantaswara). Dalam keadaan biasa Nagasesa berwujud serupa manusia,
tetapi ketika bertriwikrama tubuhnya berubah menjadi naga raksasa, dimana setiap
1000 tahun sekali ia berganti kulit. Batara Guru pernah mengambil kulitnya yang
tersisa saat berganti kulit dan menciptanya menjadi makhluk ganas yang disebut
Candrabirawa.
Suatu
hari Nagasesa bertapa di Goa Ringrong (Rangreng) dengan mulut terbuka.
Tiba-tiba seberkas cahaya masuk ke mulutnya. Nagasesa langsung menutup
mulutnya. Lalu muncul Bathara Guru dan menanyakan kemana perginya cahaya itu.
Nagasesa mengatakan bahwa cahaya mustika itu ada pada dirinya. Mustika itu akan
diserahkan kepada Batara Guru apabila berkenan memeliharanya baik-baik. Batara
Guru menyanggupinya. Lalu Cupu Linggamanik yang semula berwujud cahaya itu
diserahkan.
Cupu
Linggamanik sangat penting bagi para dewa di kayangan. Atas kebaikannya, Nagasesa
diberikan kedudukan sederajat para dewa dan berhak atas gelar Batara / Sanghyang.
Sejak itu ia bergelar Sanghyang Anantaboga berkedudukan di Saptapatala (lapisan
ketujuh dasar bumi). Anantaboga juga diberi Aji Kawastram yang membuatnya bisa
berubah wujud menjadi apa saja.
Anantaboga
juga mampu menghidupkan orang mati, karena memiliki Tirta Amerta. Diceritakan suatu
ketika para dewa “ngebur” (mengaduk) dasar samudra untuk mendapatkan Tirta Amerta. Para Dewa mencabut Gunung Mandara
dibawa ke samudra, lalu dibalik sehingga puncaknya berada di bawah, selanjutnya
diputar untuk mengaduk dasar samudra. Setelah mendapatkan Amerta, para dewa
tidak sanggup mencabut kembali gunung itu. Anantaboga datang membantu dengan
cara melilit lalu mengangkatnya ke tempat semula. Itulah sebabnya Anantaboga
diperkenankan memiliki Tirta Amerta.
Lalu
untuk membangun ikatan keluarga, para dewa memberikan Anantaboga seorang
bidadari bernama Dewi Supreti sebagai istrinya, yang kemudian melahirkan Dewi
Nagagini dan Naga Tatmala. (Dewi Nagagini nantinya menikah dengan Bima,
melahirkan Sang Antareja).
Atas
kepemilikan Aji Kawastrawam, Anantaboga pernah menjelma menjadi “garangan”
(sejenis musang) yang menyelamatkan Pandawa dari amukan api pada peristiwa Bale
Sigala-gala (istana kardus).
Dalam
kisah selanjutnya, Anantaboga memberikan Tirta Amerta itu kepada cucunya yakni Antareja.
Pernah digunakan untuk menghidupkan Dewi Subadra yang terbunuh oleh Burisrawa
dalam kisah “Subadra Larung” / “Antareja Takon Bapa”. Tirtha Amerta ini juga
pernah digunakan oleh Dewi Supreti untuk menghidupkan anaknya yakni Naga Tatmala
yang dihukum mati oleh Batara Guru.
Demikian
dikisahkan dalam Kelir Wayang Purwa. Ampura.
#WayangPurwa #Anantaboga #Nagasesa #CupuLinggaManik
#BataraGuru #SaptaPatala
kanduksupatra.blogspot.com
No comments:
Post a Comment