Made Lanying Lanyuk sibuk mengurus
istrinya Ni Luh Kembang Bungah Semar Mesem yang kecelakaan, kakinya keseleo tertindih
motor. Made Lanying mengajak istrinya ke balian pijat. Namun ia dihadapkan pada
pilihan, karena balian tukang pijat ada dua yang rumahnya bersebelahan. Dipilihlah
balian yang rumahnya lebih di depan. Canang dengan sesari dua puluh ribu dihaturkan,
lalu prosesi dimulai dengan minyak “sakti”.
Sang balian berlagak menerima bisikan niskala,
lalu berkata “badah… ne ulung sing je ulian apa. Ada anak nyengkalen. Sandalne
misi pepasangan. Kutang sandal to, pang sing nyengkalen buin”. (…Yang menyebabkan
celaka adalah perbuatan orang yang tidak suka kepadanya, dengan cara memasang suatu
di sandalnya. Sandal itu harus dibuang agar tak mencelakai lagi..!).
Karena ingin sembuh, mereka percaya lalu
membuang sandal itu di depan pintu gerbang rumah sang balian. Sandal itu baru,
sayang sekali… demikian Made dalam hati.
Merekapun pulang. Sampai di rumah De
Lanying berpikir lagi “untung saja liak itu hinggap di sandal, bagaimana kalau liak
itu hinggap di motor, berarti motor itu harus dibuang. Waduh …”
Setelah dua hari, sakit istrinya tak ada
perubahan. Ia berpikir lagi. Kalau dihitung biayanya, sesari Rp 20.000, harga
sandal Havaianas Rp 250.000, total biaya Rp270.000. Belum lagi dua hari tak
kerja, tak ada pemasukan. De Lanying bergegas berobat ke balian yang satunya. Ia
mengendap-endap masuk ke rumah pekak balian, tak enak dilihat oleh balian kemarin.
Dengan kepercayaan penuh Made Lanying
nunas tamba. Lagi-lagi De Lanying dikejutkan oleh pernyataan balian bahwa tulang
istrinya sudah hancur. Made Lanying panik, ia berpikir istrinya tak bisa
berjalan lagi. Namun si pekak balian meyakinkan bahwa istrinya akan sembuh.
Singkat cerita, mereka berdua pulang dengan kaki bengkak.
Ni Luh Kembang merasakan sakit yang
sangat, kakinya bengkak, tak bisa tidur. Made Lanying kembali mencari seorang balian
untuk mengecek kaki istrinya serta situasi rumah. Hasilnya kembali mengejutkan.
Konon istrinya diserang liak barak, yang menyebabkan kakinya bengkak dan merah.
Sang balian komat kamit agar liak barak itu keluar dari kaki Ni Luh Kembang.
Proses itu pun selesai, berharap bengkak
kaki istrinya sembuh. Beberapa saat setelah sang balian pulang, tiba-tiba sakit
itu semakin jadi. Lagi-lagi De Lanying tak
tidur semalaman. Poyoklah mereka. Dalam kebingungan dan ngantuk, pagi itu
datanglah Ketut Podol Tumpul. Didapati mereka sedang murung. Made Lanying bercerita.
Ketut Podol menyarankan segera ke Puskemas.
Mereka bergegas ke Puskemas berbekal kartu
BPJS. Kaki Ni Luh Kembang diperiksa. Ia tak cerita kalau kakinya sudah diobati
oleh tiga orang balian. Perawat membersihkan kakinya yang bengkak karena ada luka
kecil kemasukan tanah lalu infeksi. Diberikan obat anti radang dan antibiotik “Kapsul
Tetra”.
Singkat cerita… Ni Luh merasa lega dan bisa
tidur lelap karena rasa sakit, bengkak, dan warna merahnya berkurang. Dalam
beberapa hari sembuh. Sambil memegang obat dari Puskesmas, De Lanying berkata
“ternyata Liak Sandal dan Liak Barak yang dibilang oleh balian hanyalah akal -
akalan saja. “Liak sandal” dan “Liak barak” musnah oleh “Kapsul Tetra”. Ternyata “Balian Puskesmas” lebih sakti.
Demikian ia bersyukur keadaan istrinya
sudah sembuh, sambil menyesali sandal baru Havaianas istrinya dibuang. Hehe…
Ampura. Hanyalah bebanyolan konyol yang tak banyol, kurang afdol, mungkin Be
Genyol.
#SatuaLiakBanyol #BudayaBali
kanduksupatra.blogspot.com
No comments:
Post a Comment