Tuesday, November 17, 2015

ADAT MESATYA DI BALI (6), Kesaksian Friederich ( 1841)




Kesaksian Friederich ( 1841)
             Dr. R. Th. Friederich adalah seorang yang sengaja didatangkan oleh Gubernur Jandral Hindia Belanda sebagai penasehat dalam urusan adat, agama dan budaya Bali, karena dia adalah seorang  orientalis dan linguis yang ahli tentang agama Hindu dan mahir berbahasa Sansekerta dan Jawa Kuno. Kehadirannya pada pelebon Raja Gianyar pada tanggal 20 Desembar 1847 adalah bersama dengan Helms dan Mads Lange.
            Kesaksiannya tidak jauh berbeda dengan kesaksian Helms. Dia juga menekankan kebingungannya bahwa selama upacara berlangsung, penonton bersorak-sorai, seperti menonton pertunjukan biasa dengan diiringi gamela yang terus menerus dipukul. Serdadu-serdadu menambah kegaduhan dengan suara tembakan-tembakan bedilnya dan meriam juga ditembakkan. Tidak seorang pun dari 40.000 penonton yang tidak menunjukkan wajah gembira ria, bak menyaksikan pertunjukan hebat. Tidak ada yang menunjukkan rasa belas kasihan dan rasa berdosa, kecuali beberapa orang Eropa yang keinginannya hanya satu, yaitu secepatnya mengakhiri pelaksanaan adat yang barbar itu.
            Demikianlah ringkasan kesaksian lima orang asing tentang upacara mesatia di Bali dari zaman Gelgel, semasa pemerintahan Dalem Sagening sampai dengan menjelang dikalahkannya kerajaan Buleleng oleh Belanda pada tahun 1849 yang disarikan dari artikel panjang yang berjudul Human Sacrifise in Bali: Sources, Notes, and Commentary  karya pakar sejarah, Alfons  van der Kraan. Tentu saja jumlah upacara masatia di Bali tidak hanya yang terekam dalam tulisan kelima orang itu saja. Jumlahnya pasti lebih banyak, hanya saja tidak terekam atau sudah ada yang merekammnya tetapi tidak dipublikasikannya. (Ki Buyut Dalu).

No comments:

Post a Comment