Friday, November 6, 2015

Mau Nangkep Penjahat, Ketemu Orang Ngeleak





Ini adalah penuturan dari seorang anggota Buser (buru sergap) di jajaran salah satu Polsek di Bali. Sebut saja nama anggota Buser tersebut I Wayan Buser. Sebagai seorang buser, ia jarang di rumah, ia banyak di lapangan untuk mengintai dan memburu para buronan polisi. Tak kenal pagi, siang, sore, atau malam. Tak memperhitungan hujan, angin atau panas terik. Tak peduli dengan terang atau gelap. Dan satu lagi, buser tak kenal yang namanya tempat tenget atau tidak tenget. Dalam suasana apapun, kalau sudah namanya tugas, maka harus jalan.
Suatu malam ia bertugas mengintai dan memburu seorang buronan. Ia berangkat sendirian di tengah malam mengendarai sepeda motor Vesva di kegelapan malam. Pengintaiannya sampai pada suatu kawasan Desa di Kabupaten Badung. Suasana di jalan tersebut lengang karena tengah malam, ditambah lagi lampu penerangan jalan sangat minim, yang membuat suasana ruas jalan tersebut menjadi gelap gulita. Melintaslah I Wayan Buser di jalan tersebut dengan lampu vesvanya yang remang-remang.
Saat melintas di tempat yang agak bengang (sepi) dan gelap, tiba-tiba ia dikejutkan dengan adanya sesosok orang yang berkelebat di kegelapan malam menyeberang jalan. Orang tersebut berhenti di tengah jalan. I Wayan Buser pun tiba-tiba mengerem. Sosok manusia yang dilihatnya itu belum jelas rupanya. Ketika mau memastikan siapa yang berdiri di jalan tengah malam tersebut, tiba-tiba muncul segerombolan anjing yang mengitari dirinya, dan menggonggong sejadi-jadinya.
I Wayan Buser tak beranjak dari tempatnya. Dasar Buser, memang wanen (pemberani). Dalam kegelapan malam, dan ramainya gonggongan anjing di tengah jalan, I Wayan  Buser mencoba untuk menyorotkan lampu vespanya ke arah orang yang berdiri di depannya. Alangkah terkejutnya Si Wayan ketika yang disorotnya tersebut adalah sesosok kera besar, sebesar manusia, ngejengit, dengan matanya yang nelik, gigi rangap.
Menyaksikan sosok tersebut, I Wayan Buser segera mengambil langkah seribu, menerjang kegelapan malam. Tak peduli siapa di depan, entah anjing-anjing tersebut mengejar atau tidak. Pokoknya lari secepatnya. Ia juga tak tahu apakah bojog yang sedari tadi memandangnya itu juga turut mengejar. Nggak tahulah….
Sampai akhirnya dengan nafasnya ngos-ngosan ia sampai di rumahnya. Di rumah ia mulai teringat bahwa saat itu adalah hari rerainan tenget yakni Kajeng Kliwon Enyitan. Ia kembali berpikir tentang sosok yang ditemuinya tadi. Apakah itu bojog asli, bojog siluman, ataukah unen-uen Ida Betara yang sedang melancaran (jalan-jalan)?
Kalau misalnya itu  bojog asli, kok jalannya tegak dan keluar malam hari berkeliaran di jalan. Padahal di sekitarnya tak ada hutan lindung. Kayaknya sih itu bukan bojog asli. Terus kalau dibilang unen-unen/ancangan Ida Betara bisa jadi. Tetapi kenapa bisa kelihatan senyata itu dan dalam jangka waktu yang lama. Biasanya menurut cerita orang, unen-unen Ida Betara paling hanya kelihatan sekilas atau bisa juga bersinar. Jadi kayaknya itu bukan unen-unen Ida Betara. Terus apa yang dilihatnya?....
Bisa saja saat kajeng kliwon enyitan tersebut ada oang yang mencoba keririhan (kehebatan) dalam menguasai ilmu pengiwa alias ngeleak. Bisa saja saat itu orang yang ngeleak sedang ngelekas/nadi (berubah wujud), kemudian berjalan ke mana yang ia inginkan pada malam itu. Entah untuk mencari mangsa atau hanya sekedar untuk berjalan dan menakuti orang. Bisa jadi demikian.
Atau mungkin bisa jadi seseorang yang penganut ilmu leak, karena pergi malam ke sawah untuk mengairi sawahnya sampai larut malam, kemudian ia mengenakan sabuk-nya. Tak disadari sabuk yang ia pakai tersebut telah nadi dengan sendirinya dan tak disadari oleh yang memakai bahwa dirinya dilihat orang lain sepert bojog. Karena tak sadar berubah wujud, maka orang tersebut biasa saja berjalan-jalan dan menyapa orang, namun bagi orang lain menakutkan.
Bisa saja orang tadi yang berupa bojog tersebut maksudnya baik menyapa I Wayan Buser, tapi ia tak sadar kalau ia sudah berubah menjadi bojog. Sehingga dengan ramahnya ia ngejengit (tersenyum) di hadapan I Wayan Buser. Mungkin dalam hatinya ia bertanya “bapak polisi mau kemana malam-malam, siapa dicari malam begini. Bapak dari mana dll ?”. Mungkin demikian pertanyaan dalam hatinya.
Anjing pun melihatnya aneh, sehingga ia digonggong ramai-ramai. Pastilah orang itu sudah biasa lewat jalan itu. Kalau tak biasa, mana mungkin orang tersebut berani berjalan sendirian di kegelapan malam sendirian. Tapi ia tak sadar kalau sabuknya nadi pada malam hari itu. Ah pokoknya pikiran I Wayan Buser melayang-layang pada malam itu.
Ia lebih condong pada kesimpulannya bahwa dirinya (I Wayan Buser) bertemu orang yang sedang ngelekas malam itu. Jadi maksud hati untuk mengejar penjahat, kok malah ketemu orang ngeleak. Haaaaa… dan anehnya lagi, kok tumben si buser ketakutan…..  (Ki Buyut).


No comments:

Post a Comment