Monday, November 2, 2015

Leak Kapal Terbang



   
        
Masih ingat kejadian mobil sedan yang menyerempet seorang kakek di sebuah gang? Kali ini ceritanya lain lagi, di mana teknologi leak-nya sudah semakin canggih yakni menjadi sebuah pesawat terbang. Mengapa leak bisa meniru bentuk atau wujud seperti kapal terbang atau benda-benda canggih modern,  hanya untuk menyakiti bahkan membunuh orang lain? Sebenarnya apa tujuan mereka (para penganut ilmu hitam) membunuh mangsanya? Mengapa kemampuan itu tidak digunakan untuk kebaikan misalnya menjadi kapal terbang atau mobil untuk membantu mengangkut keluarga ke suatu tempat, dll?  Apakah karena dendam pribadi atau ada tujuan lain, sehingga orang-orang tak berdosa menjadi korban? Benarkah kata orang bahwa membunuh orang itu adalah wajar dan satu syarat untuk meningkatkan ilmunya? Terlepas dari kepercayaan itu, di Bali sering kali kejadian-kejadian di luar nalar dihubung-hubungkan dengan leak.
          Nang Lepug dari Denpasar Utara mengalami hal tersebut. Ceritanya adalah demikian, pada suatu malam seperti biasa Nang Lepug pergi mengairi sawahnya. Dia pergi sendirian sampai larut malam, hingga pukul 4 pagi karena pada waktu itu musim air agak seret sehingga harus bergilir mendapatkan air. Karena kebetulan sawah Nang Lepug berada paling ujung (hilir), maka ia mendapat jatah paling belakang. Seperti biasanya Nang Lepug ditemani oleh anjingnya yang bernama I Sempol.
          Malam itu Nang Lepug bersama I Sempol sedang asyik mengairi sawah sambil mencari lindung dan kakul. Sudah banyak lindung dan kakul yang ia punggut dari sawah. Hari pun semakin malam, semakin sunyi, dan semakin dingin. Namun, Nang Lepug dengan sabar menanti sampai petak-petak sawahnya yang telah ditanami padi terairi. Tak seorang pun krama subak dan petani yang ada di sawah ketika itu. Mereka sudah lebih dulu pulang karena sudah mendapatkan air. Tinggal Nang Lepug dan I Sempol di tengah sawah yang gelap dan dingin. Langit agak berawan sehingga tak ada bintang atau bulan yang kelihatan ketika malam itu.
          Di kegelapan tersebut Nang Lepug melihat sebuah nyala api yang dari jauh terlihat seperti cahaya lampu. Nang Lepug mengira bahwa itu adalah orang yang sedang nyundih (mencari lindung). Namun, setelah beberapa saat api itu menjadi semakin dekat dengannya, dan seraya terdengar suaranya seperti kapal terbang yang bergerak ke arahnya. Ketika itu Nang Lepug tak begitu peduli karena memang sering terlihat pesawat terbang melintas di atas pada malam hari.
          Namun, apa yang terjadi kemudian? Lampu pesawat tersebut semakin rendah dan semakin mendekat ke arahnya. Kapal itu menyambar Nang Lepug, tetapi Nang Lepug sempat berkelit sehingga terhindar dari tabrakan kapal terbang tersebut. Nang Lepug menjadi heran, kok ada kapal terbang melintas serendah itu. Anehnya, kapal tersebut berbalik arah kembali menuju Nang Lepug yang masih terheran-heran. Nang Lepug dan I Sempol kembali menghindar dan berlari sebisanya dari kejaran dan sambaran kapal terbang. Sampai puntag-pantig ia berlari dan seolah-olah kapal terbang itu masih berada di belakangnya. Sampai akhirnya, dengan terengah-engah Nang Lepug yang dibuntuti oleh I Sempol sampai di dekat rumah penduduk terdekat. I Sempol menggonggong tak henti-hentinya, sebagai pertanda ada makhluk aneh yang dilihatnya. Penduduk pun banyak yang terbangun mendengar keteb-keteb kaki Nang Lepug berlari disertai dengan gonggongan suara I Sempol yang disahuti oleh anjing kampung. Suasana menjadi ramai dan mencekam. Ketika itulah Nang Lepug menceritakan kejadian yang dialaminya kepada Nang Pangus.
          “Itulah kehebatan leak, dia bisa berwujud apa saja sesuai dengan kemauannya,dan sesuai dengan tingkatan ilmu yang dimilikinya. Mungkin nanti akan ada bentuk leak yang lebih canggih lagi seperti pesawat ulang-alik, berbentuk tank tempur, mobil formula satu, dll. Tapi sayangnya, kemampuan itu hanya biasa dipakai untuk menakuti orang lain. Coba saja itu bisa dipakai untuk hal yang baik seperti mengangkut orang barang, atau membantu yang lain, pastilah aku dengan rajin ikut belajar ngeleak,” kata Nang Pangus sedikit tertawa menyudahi perbincangannya yang ternyata kruyuk ayam telah terdengar sebagai pertanda menjelang pagi.
          Nang Lepug dan I Sempol pun kembali ke rumah. Semenjak itu Nang Lepug merasa tidak enak badan. Sekujur tubuhnya terasa sakit. Ia tak bisa bergerak dengan leluasa. Nang Lepug sudah dicarikan obat ke berbagai tempat yang diketahui oleh sanak keluarganya. Namun semua itu belum dapat membantu menyembuhkan sakit Nang Lepug yang disambar leak kapal terbang.
          Anehnya, jika seseorang tertabrak benda keras seperti kapal terbang seharusnya babak belur, tetapi badan Nang Lepug tidaklah begitu. Badan Nang Lepug masih terlihat utuh, tetapi ketika seorang balian datang untuk memeriksa dan mengetesnya dengan menggunakan yeh nyuh gading (air kelapa kuning), tampaklah badan Nang Lepug kebiruan. Ini sebagai pertanda bahwa badannya yang sakit itu karena imbas dari kekuatan leak kapal terbang yang menyambarnya beberapa hari lalu.
          Akhirnya, keluarga Nang Lepug mencoba untuk nunas tamba kepada orang-orang pintar yang diketahuinya. Nang Lepug rajin nunas tamba, walaupun belum begitu tampak hasil pengobatannya. “Semoga lekas sembuh Kak Lepug……”, mungkin demikian kata hati I Sempol yang saat itu sehat-sehat saja tak terkena imbas ilmu leak kapal terbang. Haaa…haaa…   ( Ki Buyut).
                  

 



No comments:

Post a Comment