Langkah monumental yang dilakukan
oleh Prof. Mantra adalah diselenggarakannya “Pesta Kesenian Bali”. Sejak
pertama kali menduduki jabatan sebagai Gubernur Bali, Pesta Kesenian Bali
digelar di hari libur sekolah selama sebulan. Maka kitapun menduga ada proses
transmisi budaya di sini, penerusan nilai-nilai budaya kepada masyarakat,
khususnya kepada para pelajar kita.
Suatu kali Presiden Soeharto
menyatakan. “Saya membuka Pesta Kesenian Bali di lapangan puputan Badung,
Denpasar. Di depan ribuan seniman dan masyarakat Denpasar itu, saya tegaskan
pembangunan bangsa yang mengabaikan kebudayaannya akan melemahkan sendi
kehidupan bangsa itu sendiri. Karena itu sejak semula bangsa Indonesia
bertekad membangun masa depannya yang kuat dengan berpijak di atas kepribadian
dan tumbuh di atas nilai-nilai budayanya sendiri. Bangsa Indonesia bukan
bangsa yang miskin budaya. Karena itu kewajiban kita semua untuk memelihara dan
mengembangkan kesenian tradisional atau kesenian daerah itu sama sekali bukan
pemborosan. Ia mempunyai nilai investasi kultural yang sangat penting. Bukan
saja bagi kehidupan sosial budaya iti sendiri, tetapi juga buat kehidupan sosial
ekonomi bangsa kita”.
Jelas sekali apa yang dinyatakan oleh
Presiden Soeharto, bahwa aktivitas Pesta Kesenian Bali paling tidak mempunyai
nilai ganda, nilai budaya sendiri, tetapi juga nilai sosial ekonomi. Dalam yang
terakhir itu, orang pun segera mengaitkan Pesta Kesenian Bali dengan
kepariwisataan.
Prof. Dr Selo Sumarjan seorang ahli
ilmu sosial yang ternama memberi penilaian sebagai berikut : “Sebagai Gubernur yang
berpandangan luas maka Prof. Mantra berjasa menciptakan sarana-sarana modern di
Bali yang dapat mengembangkan kepariwisataannya. Untuk menggairahkan para
budayawan dan seniman Bali, Prof. Mantra waktu menjabat sebagai Direktur
Jenderal Kebudayaan berpendapat bahwa diperlukan suatu tempat di mana hasil
seni yang terbaik dari pulau Bali mendapat kehormatan untuk dipamerkan kepada
umum. Kemudian atas usahanya didirikan suatu pusat kebudayaan (Werdhi Budhaya)
di Denpasar. Sekarang tempat itu menjadi impian setiap seniman Bali agar hasil
karyanya dapat terpilih untuk dipajang di sana.
Kesempatan untuk pentas di Pusat Kebudayaan itu dianggap sebagai pengakuan dan
kehormatan yang amat tinggi”.
Memang antara Pesta Kesenian Bali,
Pusat Kebudayaan Bali dan kepariwisataan di Bali
adalah suatu jalinan. Pusat Kebudayaan telah menjadi salah satu obyek wisata
yang potensial di Bali. Tetapi Pesta Kesenian
Bali, Werdi Budaya bukanlah semata-mata sebuah obyek wisata, tetapi lebih dari
itu. Di sini daya cipta daya kreativitas ditumbuhkan, di sini transmisi dan
tranformasi budaya dilakukan.
No comments:
Post a Comment