Peninggalan warisan budaya yang
mengambil berbagai bentuk apakah itu dalam batu, perunggu,
pembangunan-pembangunan yang bersejarah, naskah-naskah kuno dalam lontar
dllnya, semuanya ini diabadakan dalam media-media tetapi dalam keadaan bisu
yang perlu dipelajari lebih mendalam mengenai isinya. Sbelum studi mendalam
dimulai mengenai ilmu-ilmu kekunaan dan purbakala, maka ia dapat menimbulkan
salah pengertian karena banyak ketidaktahuan kita. Mulai abad ke 18 dan 19
dimulai peminat-peminat yang besar didunia Barat mengenai studi kekunaan
(antiquarium dan arkeologi) termasuk juga bahasa-bahasa kuna dan ini membuka
tabir pengertian kita akan pentingnya dan berharganya studi tersebut. Semua ini
merupakan suara yang luhur dari peradaban-peradaban yang telah lewat yang
membisikkan kepada kita dengan harapan-harapan pada manusia hidup sekarang.
Demikian Prof. Mantra pada awal
makalahnya “Gedong Kirtya; Latar Belakang Historis dan Peranannya dalam rangka
Pelestarian Budaya Bali”, disajikan pada Serasehan Keberadaban Pembinaan Dan
Pengembangan Gedong Kirtya, Tanggal 27 Agustus 1993 di STKIP Singaraja. Makalah
kunci dalam saresahan tersebut ternyata tidak saja berbicara tentang Gedong
Kirtya yang akhir-akhir ini sempat dibicarakan statusnya secara luas di media massa, tetapi juga ternyata menyiratkan pembicaraan yang
mendasar tentang pembinaan yang Pengembangan kebudayaan, khususnya kebudayaan Bali.
Setelah berbicara tentang sejarah
berdirinya Gedong Kirtya yang dilatar belakangi oleh usaha”penyelamatan”
naskah-naskah Lontar Prof. Mantra lebih lanjut menyatakan, “Kita patut merasa
syukur atas usaha semua pecinta-pecinta budaya yang dapat menyelamatkan warisan
budaya yang kebanyakan antara lain berbentuk lontar dllnya, yang sangat
berharga dari sudu budaya Bali khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Khusus mengenai lontar-lontar yang isinya mengenai agama Hindu,
Filsafat,cerita-ceritasebagai Mahabharata, Ramayana dan juga juga cerita
rakyat, sejarah dllnya yang semuanya dapat dikembalikan pada zaman-zaman klasik
dan sesudahnya dalam sejarah Indonesia. Waktu ini Indonesia mengalami zaman
keemasannya yang menghasilkan zaman klasik yang besar karena isinya mengandung
nilai-nilai yang abadi dan universal dalam kehidupan manusia dan yang sangat
dibutuhkan oleh zaman sekarang dalam menghadapi hidup yang lebih maju dan
kompleks yang memerlukan integritas yang tinggi.”
Dalam kaitannya dengan kemajuan iptek
ditegaskan bahwa justru dengan meningkatnya usaha-usaha kita mengejar kemajuan
dibidang ilmi pengetahuan dan teknologi untuk menjadi landasan pembangunan di
bidang pisik agar dapat meningkatkan standar hidup bangsa kita, makin dirasakan
pentingnya humaniora sebagai antara lain : Agama, filsafat, sejarah, seni untuk
memelihara integritas kita. Tujuan pembinaan kebudayaan adalah membina
integritas bangsa. Rasa kemulian hidup, rasa kemanusiaan rasa kebahagian hidup
adalah bidang humaniora yang mendorong kekuatan dan kemauan hidup yang mulia
dapat berharga.
Prof. Mantra juga menyatakan
bahwa kita harus lebih keras bekerja lagi dalam bidang dan spesialisasi kita
masing-masing, menggali semua potensi budaya bangsa termasuk apa yang kita
warisi dan tersimpan didalam koleksi masalah-masalah lontar di Bali. Untuk mendapatkan esensi dari warisan naskah-naskah
lontar itu, memerlukan tenaga-tenaga ahli untuk disebarluaskan isinya dan
kegunaannya dalam hidup. Untuk ini perlu ahli-ahli dalam bidang agama dan
filsafat Hindu, bahasa Sansekerta, bahasa Jawa Kuno dan bahasa Bali., sejarah,
seni dan lain-lainnya. Dengan menguasai ini kita dapat menyelamatkan serta
melestarikan Budaya Bali yang dapat memberikan sumbangan dalam membina jati
diri bangsa, integritas bangsa menuju bangsa yang modern tetapi mempunyai
landasan-landasan yang kuat.
PUSTAKA KLASIK
DAN IDE SENTRAL
Ada
pesan yang disampaikan oleh Prof. Mantra ketika menyampaikan pidato
purnabaktinya di Universitas Udayana beberapa waktu yang lalu. “Inilah tugas
Saudara sekali pun untuk menggali dan mengenalkan sumber-sumber ini dari pusaka
klasik kita serta menyebarluaskan untuk pengetahuan masyarakat yang lebih luas
dan mendalam. Tidak salah bila orang mengatakan bahwa dalam pembinaan bangsa,
investasi yang paling utama adalah di bidang kebudayaan dalam arti luas……Baik
universitas maupun pemerintah daerah telah dapat menyelamatkan sebagai besar
warisan -warisan naskah/lontar-lontar dan ini perlu orang-orang yang sudah
mampu dan mempunyai kehalian untuk dapat meneliti dengan sungguh-sungguh sehingga
mempunyai bahan cukup dalam menghadapi perubahan-perubahan, sesuai dengan apa
yang ada dalam naskah-naskah klasik itu, setelah mendapat pengkajian yang
mendalam sesuai dengan kepribadian dan jati diri kita”.
(Ki Buyut/ dbs).
No comments:
Post a Comment