Melumpuhkan dan Mengganggu Konsentrasi
Lawan Politik
Seperti pernah disinggung jauh
sebelumnya bahwa secara langsung atau tak langsung, pastilah seseorang akan
bersinggungan dengan politik. Karena politik sejatinya adalah alat untuk
mencapai kekuasaan. Kekuasan yang diperoleh digunakan untuk menata kehidupan
masyarakat menuju pada kehidupan yang labih baik. Untuk penataan ke arah yang
lebih baik ini, masing-masing kelompok memiliki pandangan serta konsep yang
berbeda. Masing-masing yakin dengan konsepnya yang terbaik. Hal ini memunculkan
kelompok-kelompok politik, menimbulkan aliran dan ideologi politik. Inilah yang
kemudian memunculkan persaingan antara partai, antar kelompok untuk merebut posisi
kekuasaan.
Persaingan perebutan kekuasaan ini
lalu menimbulkan proses politik yang di dalamnya penuh dengan intrik pribadi
dan kelompok. Kondisi ini melahirkan berbagai macam strategi politik, taktik
politik, propaganda, dll. Tak salah kalau ada orang yang mencoba mengutak-atik
kata “politik” menjadi “Poli” adalah banyak, “tik” adalah taktik. Jadi secara
gamblang dikatakan bahwa politik mesti memiliki banyak taktik. Realitanya
memang politik mesti tegaan, politik mesti berani, politik mesti konsisten,
politk mesti pongah, banyak akal dan
strategi untuk mencapai tujuan politik.
Ketatnya persaingan dalam dunia
politik menyebabkan setiap adanya perhelatan politik pastilah ramai, hiruk
pikuk orang mencari dukungan alias kampanye, bersinggungan satu sama lain
kerapkali menimbulkan bentrok, kontak fisik, diwarnai kasak-kusuk di
masyarakat, dll. Di sinilah strategi para kontestan diadu. Banyak yang
mengandalkan dengan ketokohan saudara, bapak, ibu, garis keturunan ningrat, ada
pula melakukan kegiatan untuk menarik simpati. Pokoknya akal bulus pastilah
keluar saat diperlukan. Itu hanyalah sebagian kecil dari hiruk pikuk politik
yang tampak di permukaan.
Di balik itu, ada hal-hal yang
sudah menjadi rahasia umum, dimana kegiatan politik praktis di Bali bahkan di
Indonesia secara umumnya menggunakan kekuatan-kekuatan di luar kemampuan alamiah
manusia. Percaya atau tidak, terasa atau tidak, nyata atau tidak, pokoknya
praktek mistik dalam politik sangat kental terjadi. Bukan kali ini saja, namun
sudah terjadi sejak jaman dahulu.
Sesuatu yang tidak normal dilakukan
oleh seorang politisi untuk mempengaruhi lawan politiknya, mempengaruhi masa pemilih
dengan cara-cara tak normal tak masuk akal, dan tak logis, namun hasilnya dapat
dilihat. Ini adalah kerjaan dari paranormal / dukun-dukun politik sesuai dengan
order kliennya. Keberadaan dukun politik menjadi makin laris manis ketika perhelatan
politik dimulai. Semua mencari dukun, mencari jimat, semua pergi ke tempat angker,
sunyi dan sepi di malam hari.
Semua ini berawal dari kekawatiran
dari setiap politisi jangan-jangan lawan politiknya menggunakan cara mistik. Di
pihak lain yang dianggap lawan politiknya juga demikian pikirannya, akhirnya
semua politisi menggunakan cara-cara mistik. Semua mohon keberuntungan dalam
politik. Dukun politik yang hanya duduk-duduk di rumah laris manis kedatangan
para klien memohon jimat penyengker
agar tak terkena pengaruh majik dari lawan politknya. Apa yang dilakukan oleh
seorang politisi dalam hal mistik, ikutilah penelusuran singkat ini.
Ada seorang politisi datang ke
tempat paranormal, sebut saja Balian Sakti Tan Paingen Buin Aeng Sajan di sebuah
tempat di Bali. Si dukun pastilah bertanya apa yang diinginkan. Setelah itu
sang dukun pastilah akan memeriksa kondisi kejiwaan dari orang tersebut apakah
keadaan kosong atau sudah berisi jimat. Lalu apakah ia sudah terkena aura
mistik atau tidak. Sang dukun sesuai dengan kemampuannya lalu melakukan
tindakan. 1. Memperkuat mereka secara niskala dengan memberikan energi tertentu
sebagai pelindung 2. Memberikan jimat tertenu berupa sabuk, cincin, gelang,
keris , baju, dll, sebagai pelindung sekaligus untuk menambah kekuatan, wibawa,
dll. 3. Si Dukun memeriksa rumah yang bersangkutan apakah sudah bersih secara
niskala atau tidak, lalu menambahkan kekuatan tertentu untuk menjamin keselamatan
yang bersangkutan dari serangan mistik lawan-lawan politiknya 4. Mengajak si pemohon untuk datang ke tempat tertentu
memohon kepada para Dewa agar diberikan kekuatan dan kemenangan 5. Ada pula yang
bertindak kasar melalui balian saktinya, si pemohon meminta agar lawan
politiknya dilumpuhkan, seperti membuat lawan politiknya sakit, danseterusnya.
6. Bisa juga dilakukan seorang penekun spiritual mengalihkan perhatian pesaingnya
dengan mencoba mencelakai orang-orang terdekatnya seperti mencelakai istri,
anak, keluarga, atau orang terdekat, dengan harapan pesaingnya menjadi sibuk, kesedihan,
yang akhirnya mengacaukan konsentrasi. 7. Ada juga balian sakti melakukan dengan
cara menggunakan sarana tertentu, mencoba mengacaukan aura di sebuah kawasan
tertentu. Harapannya untuk mempengaruhi pikiran pemilih. Kekuatan aura kacau
ini, pemilih menjadi linglung dan mudah diarahkan untuk memilih kandidat
tertentu. Ini tentunya memerlukan kekuatan dan kesaktian yang lebih, karena
menyangkut pikiran orang banyak. 8. Ada pula dukun politik yang mampu untuk
mengacaukan pikiran para pemilih ketika memasuki ruang pemilihan. Bagi yang
kekuatan kejiwaannya lemah pastilah akan terpengaruh, bahkan konon pemilih
dibuat tak melihat gambar pilihannya, dan justru yang dilihatnya gambar yang
lain, dll
Artinya dengan kekuatan mistik
yang dimiliki untuk mengacaukan pikiran secara niskala. Sehingga dalam sebuah
perhelatan politik, dukun-dukun politik menjadi laris. Bahkan satu orang
kandidat bisanya mencari dukun lebih dari satu, tak di satu tempat namun tersebar
ke seluruh arah, dengan harapan bantuan kekuatan niskala datang dari segala
arah. Bahkan dalam sebuah laporan petanggunganjawaban dana kampanye disebutkan
bahwa seorang kandidat mengalokasikan dana untuk seorang balian adalah puluhan
juta rupiah. Bisa dibayangkan berapa duit dialokasikan untuk meminta bantuan
dukun-dukun politik jika seorang kandidat mendatangi enam, tujuh, delapan,
samapai sepuluh dukun politik. Artinya untuk ukuran Bali, maka anggaran untuk
dukun dalam politk sudah lumrah, bahkan ada yang menganggarkan sampai ratusan
juta rupiah. Si dukun mau-mau saja, siapapun yang datang mereka melayani.
Saking banyaknya sang kandidat
mencari balian sakti, banyaknya jimat yang dibawa untuk melindungi diri, justru
kerapkali membawa kekacauan aura dalam diri kandidat dan lingkungannya. Karena
energi yang dicurahkan oleh banyak dukun untuk melindungi seseorang tak
semuanya berjalan selaras, tak semuanya seimbang, dan bahkan ada diantara energi
tersebut ada yang bertolak belakang. Justru hal ini akan membawa dampak buruk,
bingung, bahkan sakit bagi yang bersangkutan. Dalam situasi seperti ini,
biasanya mereka merasa dirinya diserang oleh lawan politiknya. Padahal tidak.
Dalam kondisi seperti ini, kembali si politisi mencari kekuatan baru karena
kekuatan yang ada dirasa tak mampu menahan serangan lawan, maka nambahlah
balian pelindungnya. Padahal semua itu akibat dari kebanyakan balian yang
mengeluarkan energi yang tak selaras, bukan karena serangan musuh.
Itulah di balik layar mengenai
hiruk pikuk dunia politik. Penggunaan kekuatan mistik dalam politik ada yang
kasar dan ada pula yang halus. Hanya si pengorder dan si dukun bersangkutan
yang mengetahui keadaan yang pasti.
Demikian sekelumit kasak-kusuk
yang sering terdengar dalam permainan politik yang melibatkan kekuatan-kekuatan
di luar kekuatan alamiah manusia. Walaupun semua itu sah-sah saja, namun untuk
hal kemanusiaan, etika, moral, dan karma mesti menjadi bahan renungan bagi para
politisi. Budaya politik seperti ini melahirkan para pemimpin yang tak pernah
percaya diri. Pemimpin yang tergantung pada pada jimat-jimat, serta pemimpin
yang suka menakuti-nakuti dengan kekuatan gaib, dll. (Ki Buyut, 2016).
No comments:
Post a Comment