Cerita
tentang seseorang engkebang memedi
(disembunyikan mahluk halus) pastilah lumrah di kalangan krama Bali. Sebab, di
seantero tanah Bali banyak terdengar cerita tentang seseorang yang
disembunyikan oleh memedi. Salah satunya adalah cerita yang datang dari Denpasar.
Ohhh
Denpasar…, kota yang begitu terang benderang masih juga ada memedi? Rupanya
memedi tak mengenal terang gelap, ramai ataui sepi. Sebab ia berada pada ruang
dan waktu yang berbeda. Ceritanya begini:
Pada
suatu hari sebutlah namanya I Wayan Pongek sudah cukup dewasa sekitar umur
sepuluh tahun. Tinggal seperti layaknya orang bali, berkumpul dengan keluarga
ayah dan ibu, serta kakanya. Kemudian di sebelah rumahnya juga masih keluarga
besar dari saudara bapak ibunya. Jadi tinggal dalam lingkungan keluarga besar.
Selain komplek rumah, di beberapa tempat di sekitarnya masih tersisa ruang yang
disebut dengan tebe atau pekarangan
kosong yang belum ada bangunannya yang ditumbuhi pohon besar termasuk pohon bambu.
Pada
suatu hari, I Wayan mau kencing sendirian menuju ke tebe yang ada di sebelah
rumahnya yang ditumbuhi pohon bambu itu. Hal itu diketahui oleh kakak dan ibunya.
Setelah sekian lama ia pergi ke tebe tersebut, ibunya baru ngeh “kok wayan
Pongek belum kembali dari tebe” demikian perfasaan hati ibunya. “Apakah ia
bermain di sana dengan temannya?”. Lalu ada niat dari ibunya untuk menengok ke
sana dengan siapa ia bermain. Ternyata setelah dilihat, I Wayan Pongek tak ada
di sana, sedangkan ia tak ada balik ke rumah. Kemudian ditanya tetangganya “apakah
ada melihat I Wayan Pongek?” semua tetangga tak ada melihatnya.
Ibunya
mulai kebingungan sampai kemudian sore hari I wayan tak kembali. Ada firasat
dari tenganganya, jangan-jangan I Pongek engkebang memedi, karean pergi ke tebe
tak kembali-kembali. Maka pada sore hari itu dilakukan pencarian bersama-dengan
para tetangga dengan membunyikan alat-alat bunyian seperti sok bodng, kulkul
tiying, panci dan lain-lain guna menimbulkan suara riuh dengan harapan si
memedi yang mengendalikan pikiran I Wayan akan melepaskannya. Upaya pada sore
hari itu tak membuahkan hasil. Keluarga cemas atas kejadian tersebut.
Kemudian
pada pagi harinya setelah semua selesai memasak, maka dilakukan upaya yang sama
dengan julmal yang lebih banyak untuk mecari I Wayan Pongek di tebe itu. Suasana
tebe menjadi semakin riuh. Setelah sejak pagi, siang kemudian menjelang sore
mengobok-obok tebe tersebut, akhirnya wayan tiba-tiba terlihat sedang duduk
termenung di atas sebuah batu yang ada di tebe tersebut. Segera saja kemudian
keluarganya mendekati dan menyapa I Wayan, I Wayan pun terkejut ketika banyak
orang menghampirinya.
Setelah
tenang di rumahnya baru kemudian I wayan Pongek menceritakan kejadian yang
dialaminya. Bahwa kemarin ketika ia hendak kencing di tebe, ia dihampiri oleh
beberapa orang yang seperti manusia berambut pirang. Mereka mengajak Wayan
jalan-jalan melali. I Wayan tak kuasa menolak, dan mengikuti saja kemana ia
diajak. Ia kemudian diajak ke tempoat-tempat yang sangat indah yang tak pernah
ia lihat sebelumnya. Dia juga diajak untuk menghampiri teman-temannya yang
lainnya di dunia itu. Ia pun menuruti saja keinginan dari mereka itu entah
diajak kemana. Di sana memenag ramai seperti halnya di dunia manusia, namun ia
tak ada yang kenal orang-orangnya.
Di
sisi lain ia juga melihat para keluarga dan dan masyarakat sekitarnya ramai
berjalan-jalan sambil memukul benda-benda. Sambil memanggil-manggil namanya.
Tapi ia tak kuasa menjerit serta tak ada niat untuk mennyahut. Padahal kakak,
ayah, ibu, dan orang-orang tetangga ada di sampingnya memanggil-manggil
namanya, tepi ia tak ada niat untuk menyahut.
Perjalanan
terus berlanjut melali di alam memedi dengan sajian yang indah. Dan ia juga melihat
orang semakian banyak datang memamggil-manggil namanya sambil membunyikan
benda-benda. Entah apa yang dirasakjan
oleh teman da orang-orang yang mengajakanya pergi tersebut, salah
seorang kemudian berkata “Wayan, kamu sudah dipanggil oleh orang tua dan
keluargamu, sekarang kamu boleh pulang”.
Setelah
mengatakan demikian, tiba-tiba saja orang itu hilang, dan ia merasakan dirinya
duduk di atas batu di tebe itu. Saat itu ia terheran-heran dengan dirinya. Alam
lain yang ia lihat tadinya tiba-tiba sirna begitu saja dan kembali melihat alam
biasa berupa tebe. Sampai akhirnya ia disadarkan oleh sapaan dari mereka-mereka
yang mencarinya.
Atas
kembalinya I Wayan Pongek ke rumah, maka keluarganya menjadi lega. Namun di
sisi lain mereka heran mendengar cerita engkebang memedi. I Wayan menceritakan
bahwa banyak orang atau penduduk alam niskala (alam memedi) tersebut yang
berambut pirang. Tapi yang menjadi pertanyaan, ketika ia dijemput oleh
orang-orang berambut pirang dan masih berada di sekitar wilayah itu, kenapa I
Wayan bisa tak terlihat. Padahal ia bisa melihat orang-orang atau keluarga yang
mencarinya.
Katanya
orang, semua ini akibat perbedaan dimensi waktu dan ruang, tetapi bagaimana ini
bisa terjadi. Bagaimana ia bisa masuk dalam dimensi waktu mahluk memedi itu,
sehingga sosok tubuhnya bisa tak terlihat. Bagiamana pula alam pikirannya bisa
terkontrol oleh dimensi alam memedi tersebut. Nah untuk yang ini… sepertinya
tak perlu dibahas habis sebab inilah misteri alam semesta, misteri dunia
niskala yang mungkin tak akan ditemukan jawabannya. Ya sih…. kayaknya begitu… biarkan misteri
menjadi misteri. (Buyut)
No comments:
Post a Comment